tirto.id - Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Syailendra mengatakan industri peternakan ayam lokal harus segera berbenah untuk mengatasi persoalan biaya produksi yang masih relatif mahal. Menurut Syailendra kehadiran daging ayam impor, terutama dari Brasil sudah semakin dekat dan berpotensi mengalahkan daging ayam dalam negeri yang tak mampu bersaing.
“Kalau tidak meningkatkan daya saing seperti disampaikan tadi, ini Brasil sudah di depan mata,” ucap Syailendra dalam diskusi virtual bertajuk ‘Harga Jagung Melambung’, Selasa (20/4/2021).
Syailendra mengatakan daging ayam impor dari Brasil seharusnya sudah masuk dalam waktu dekat, tetapi tertunda karena Indonesia masih mengupayakan banding. Sayangnya, Syailendra tak begitu yakin bila banding akan membuahkan hasil signifikan.
Ia bilang, “Tapi kalau melihat tren, ini akan kalah tetap pak. ini hanya soal mengulur waktu saja. Kita tidak tahu apakah mampu mengulur waktu dalam setahun, satu setengah atau dua tahun tetapi daging ayam yang murah akan masuk.”
Kondisi dalam negeri, kata Syailendra masih jauh dari siap untuk menghadapi daging ayam impor yang cukup murah hingga bisa dibandrol dengan harga Rp14.000/kg. Ia mencontohkan harga ayam di Indonesia saat ini malah cukup mahal bahkan berada di kisaran Rp30.000-44.000/kg lantaran harga pokok produksi yang terus naik.
Salah satu kenaikan terbesar dirasakan pada biaya pakan yang menyumbang 66% biaya pokok produksi daging ayam. Kenaikan harga pakan ini tak lepas dari lonjakan harga jagung yang berkontribusi pada 45-50% bahan baku pakan. Ia mencatat kenaikan harga jagung sudah hampir mencapai 30% dari kisaran Rp4.200/kg.
Kenaikan harga jagung ini cukup signifikan dampaknya. Ia mencontohkan, jika harga jagung Rp4.500/kg saja, maka harga pakan ayam broiler bisa menyentuh Rp8.200-8.300/kg.
Belum lagi jika memperhitungkan biaya bibit ayam atau DOC yang menyumbang 22% biaya produksi. DOC, kata Syailendra juga memiliki tren terus naik.
Syailendra sempat terpikir bila Indonesia perlu mengatasi mahalnya harga pakan dengan impor pakan. Namun, ia menilai hal itu memiliki banyak risiko, “Harus dipertimbangkan, teman-teman pabrik pakan masa harus tutup?”
Oleh karena itu, Syailendra menilai solusi untuk tingginya biaya produksi ini sebaiknya datang dari dalam negeri dulu. Ia meminta agar para pelaku industri di perunggasan dapat melakukan efisiensi sehingga mampu bersaing.
“Saya ingin mengajak teman-teman. Kita lakukan efisiensi dan meningkatkan produktivitas kita. Bagaimana harga pakan itu murah, DOC murah sebelum yang dari luar akan menyerbu ke kita,” ucap Syailendra.
“Bayangkan ayam Brasil Rp14.000/kg masuk gimana ceritanya nanti," pungkasnya.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Bayu Septianto