Menuju konten utama

Kemenangan Persija yang Berujung Penangkapan & Pelanggaran Prokes

Persija menang. Suporter merayakannya. Buntutnya adalah pelanggaran protokol kesehatan dan penangkapan oleh polisi.

Kemenangan Persija yang Berujung Penangkapan & Pelanggaran Prokes
Pemain Persija mengangkat trofi Piala Menpora usai mengalahkan Persib Bandung pada pertandingan leg dua final Piala Menpora di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Minggu (25/4/2021). ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/aww.

tirto.id - Selebrasi The Jakmania, pendukung Persija Jakarta, berujung penangkapan oleh polisi karena dianggap melanggar protokol kesehatan, Minggu (25/4/2021) malam. Sebelumnya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengimbau mereka tak melakukan itu.

"Saya mengajak kepada semua, kita rayakan di rumah saja, jangan berbondong-bondong keluar, jangan berkerumun, karena itu punya risiko penularan. Kita masih pada masa pandemi," kata Anies.

Perayaan ini dilakukan usai Persija keluar sebagai pemenang Piala Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) dengan mengalahkan klub asal Bandung, Persib. Macan Kemayoran membungkam Maung Bandung dengan agregat 4-1. Pada pertandingan pertama, Kamis 22 April, Persija menang 2-0. Pertandingan kedua Minggu 25 April lalu Persija menang lagi 2-1.

Kerumunan suporter muncul di kawasan Sudirman-Thamrin, tepatnya di Bundaran Hotel Indonesia (HI). Mereka konvoi menggunakan sepeda motor sambil menyemburkan petasan ke udara.

Epidemiolog sekaligus peneliti dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Mouhamad Bigwanto menilai kerumunan The Jak melanggar protokol kesehatan dan berpotensi jadi tempat penyebaran virus Corona. "Risiko itu ada, apalagi sampai terjadi kerumunan sebanyak itu. Dan melanggar protokol kesehatan. Suporter belum dewasa dalam menyikapi situasi pandemi," kata Bigwanto kepada reporter Tirto, Senin (26/4/2021).

Situasi ini semakin disayangkan karena pasien yang masuk Wisma Atlet Kemayoran meningkat dari 1.200 orang pada Selasa (20/4/2021) menjadi 1.600 pada Jumat. Sementara total kasus positif di DKI per Minggu sebanyak 405.063: 6.645 meninggal dan 391.301 telah dinyatakan sembuh.

Terlebih lagi, peristiwa itu terjadi ketika tren kepatuhan menjalankan perilaku 3M (menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) di DKI menurun, menurut survei yang dilakukan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dengan Unicef. Pada Januari 2021, persentasenya sebanyak 40 persen, lalu Februari menurun menjadi 20 persen. Kemudian pada Maret di bawa 10 persen, lalu April nyaris 0 persen.

"Potensial lonjakan kasus bisa terjadi bila aktivitas penduduk meningkat, abai perilaku 3M, dan peningkatan mutan virus," kata epidemiolog dari FKM UI Pandu Riono kepada reporter Tirto, Senin.

65 The Jakmania Ditangkap

Saat peristiwa terjadi, Polda Metro Jaya langsung bergegas ke lapangan dan membubarkan kerumunan. Dasarnya adalah mereka tidak mengantongi izin dan hingga saat ini PPKM masih berjalan dan kegiatan berkumpul dilarang.

Sebanyak 65 orang ditangkap untuk dimintai keterangan: 52 pria dewasa, 1 perempuan dewasa, dan 12 anak-anak.

Hasil pemeriksaan adalah "mereka spontanitas". "Mereka berkumpul karena memang dianggap bahwa Bundaran HI itu adalah ikonnya Persija, setiap ada kemenangan mereka akan berkumpul di sana. Itu menurut keterangannya," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus kepada wartawan, Senin.

Selain diperiksa, mereka juga dites kesehatan. Hasilnya semua negatif COVID-19. Para The Jak pun dipulangkan bergilir.

Meski begitu kasus tak berhenti sampai sana. Polisi masih menelusuri media sosial para pendukung Persija untuk mengetahui apakah ada pihak yang mengajak massa untuk berkonvoi dan berkerumun. "Kami masih dalami lagi, termasuk apakah mungkin ada ajakan [berkumpul] melalui media sosial," ucapnya.

Yusri menyatakan penyidik akan memanggil pengurus The Jakmania untuk pemeriksaan.

Ketua Umum The Jakmania Diky Budi Ramadhan menyatakan tak ada ajakan resmi untuk merayakan kemenangan di Bundaran HI hingga berimbas melanggar protokol kesehatan. Kata Diky, pihaknya sudah mengimbau para pendukung untuk merayakan kemenangan di rumah maupun di wilayah masing-masing.

"Euforia memang terjadi, tapi tidak ada ajakan resmi. Pengurus sudah mengimbau, Gubernur juga [mengimbau]," kata Diky saat dikonfirmasi wartawan Tirto, Senin.

Diky memang mengimbau kepada anggotanya agar tidak berkerumun dan melanggar protokol kesehatan bahkan sebelum pertandingan final leg kedua dimulai di Instagram.

Diky juga mengaku masih terus melakukan komunikasi dengan pihak kepolisian. "Sampai saat ini komunikasi jalan kok," katanya.

Kerumunan juga sebenarnya dilakukan oleh suporter Persib Bandung, Bobotoh, bahkan mereka melakukan kerusuhan. Alhasil, 10 orang ditangkap polisi.

Bigwanto mengatakan pemerintah kecolongan atas kerumunan yang dibuat oleh Jakmania dan Bobotoh. Seharusnya, kata dia, pemerintah melalui intelijen bisa mengantisipasi kerumunan tersebut dengan berjaga di sejumlah lokasi yang kemungkinan jadi tempat berkumpulnya para suporter.

Selain itu, pemerintah juga seharusnya "mengundang kedua perwakilan tim berikut suporter agar tidak melakukan selebrasi ketika menang."

Menurutnya, perilaku-perilaku mereka sama saja tidak menghargai tenaga kesehatan yang tengah berjuang menangani COVID-19. "Mereka juga tidak peduli keluarganya, karena ketika pulang berpotensi menularkan dan jadi klaster keluarga. Selain itu juga merugikan citra sepakbola dan suporter," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait PIALA MENPORA 2021 atau tulisan lainnya dari Haris Prabowo & Riyan Setiawan

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Haris Prabowo & Riyan Setiawan
Penulis: Haris Prabowo & Riyan Setiawan
Editor: Rio Apinino