tirto.id - Baru-baru ini viral video menyayat hati kondisi jenazah jemaah haji terlantar di jalanan Jamarat -- lokasi melempar jumrah -- pada malam hari saat jemaah haji menjalani ibadah Mabit di Mina, Minggu hingga Selasa (10 - 12) Juni 2024 kemarin.
Merespons video yang banyak beredar di Medsos tersebut, Direktur Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama, Hilman Latif, mengatakan konteks video tidak tepat kalau narasinya ratusan jenazah-jenazah itu jemaah haji Indonesia.
"Jadi tentang gambar yang beredar dan video viral. Memang ada jemaah haji Indonesia wafat. Tapi jemaah kita yang wafat dalam penanganan baik oleh tim kesehatan," katanya, Kamis (20/06/2024).
"Gambar itu, yang beredar tidak mencerminkan yang terjadi pada jemaah kita. Jumlah jemaah wafat banyak, tapi tidak sebanyak tahun lalu," katanya menambahkan.
Ia melanjutkan, konteks video yang beredar tersebut juga tidak terkait jemaah haji Indonesia. Justru di lapangan, petugas haji Indonesia full team. Ada beberapa spot atau pos petugas haji di Jamarot yang langsung menanganinya.
Sementara itu, Kabid Kesehatan PPIH Arab Saudi, Indro Murwoko, mengungkap data kematian yang tercatat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI). Ia menyebut, sampai sekarang data jemaah wafat di Mina sebanyak 29 orang dan di Arafah ada 11 orang, sehingga totalnya 40 orang.
"Dari data itu terbagi ada yang wafat di Tenda, ada di Poskes (Pos Kesehatan) di Arafah dan Mina, ada di Jamarot dan Rumah Sakit Arab Saudi. Itu baik yang di Arafah maupun di Mina," katanya.
Untuk peristiwa Arafah sebanyak 6 orang meninggal di Rumah Sakit Arab Saudi. Kemudian di Poskes Arafah ada 3 jenazah. Lalu meninggal di hotel atau di tenda ada 2 orang. Sementara di Mina ada yang di tenda dan Poskes Jamarot.
Sedangkan untuk jemaah wafat secara keseluruhan sejak hari pertama penyelenggaraan haji sampai kemarin data di KKHI sebanyak 185. Penyebab 40 jemaah wafat di Arafah dan Mina, ia melanjutkan, tidak semuanya karena heat stroke.
Dari sertifikat kematian atau certificate of death (COD) yang dibuat oleh tenaga kesehatan, penyebab kematian bermacam-macam; sebagian besar karena serangan jantung, penyakit stroke, kemudian ada yang dehidrasi.
"Jadi bermacam-macam. Tapi memang itu relevan dengan penyakit-penyakit yang diderita sebelumnya sejak di tanah air," kata Indro.
Ia melanjutkan, untuk sertifikat kematian di tenda dibuat oleh tenaga kesehatan kloter. Jika meninggal di Poskes dibuat oleh tenaga kesehatan di sana, maupun tenaga kesehatan kloter jemaah tersebut.
"Jadi selama ini dari laporan tenaga kesehatan di lapangan, jemaah kita yang sakit ataupun pingsan selalu dilakukan tindakan, kemudian dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat," ujarnya.
"Sejauh ini kita tidak mendapatkan laporan yang tidak ditangani. Kalau diberitakan (jenazah) hanya ditutupi kain ihrom gitu ya, itu kita tidak mendapatkan laporan-laporan itu," ujarnya merespons video viral tersebut.
Seorang petugas haji yang kebetulan di Jamarat juga memberi kesaksian tidak melihat jenazah jemaah Indonesia keleleran ditutupi kain ihram. Petugas perempuan itu membenarkan memang ada peristiwa tersebut, namun tidak memakai identitas jemaah Indonesia.
"Saya lihat waktu itu, tapi dari kulit, postur, kemudian identitas jemaah bukan jemaah kita. Itu pas malam-malam, jemaah negara lain," kata seorang petugas haji yang tak mau disebut nama tersebut.
Penanganan jenazah haji Indonesia
Indro Murwoko menambahkan, semua jenazah jemaah Indonesia yang ditemui tenaga kesehatan ditangani secara medis. Kalau misal membutuhkan tindakan lebih maka dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat, ke Poskes Arafah, Mina maupun RS Arab Saudi.
"Ya, jadi ketika ada jemaah meninggal, tenaga kesehatan akan membuat certificate of death, COD itu. Kemudian berkoordinasi dengan maktab atau sektor, kemudian melengkapi administrasi lainnya seperti kesediaan dimakamkan dan segala macam," ujarnya menambahkan.
Kemudian biasanya akan diserahkan oleh masyariq atau maktab untuk proses pemulasaraannya. Jadi, seluruh proses pemulasaran akan dilakukan oleh Masyariq dan Maktab.
"(Petugas) kesehatan kewenangannya hanya membuat sertifikat kematian, serat keterangan kematian," katanya.
Penulis: Muhammad Taufiq
Editor: Anggun P Situmorang