Menuju konten utama

Kemelut Saham Garuda Indonesia yang Masih Terpuruk Sejak IPO

Pada hari pertama IPO, harga saham Garuda langsung terpuruk. Sejak saat itu, harga saham Garuda hanya sekali melampaui harga IPO-nya.

Kemelut Saham Garuda Indonesia yang Masih Terpuruk Sejak IPO
Warga mengabadikan karangan bunga ucapan terima kasih hingga dukungan kepada Menteri BUMN di halaman Kementerian BUMN Jakarta, Jumat (6/12/2019). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/ama.

tirto.id - Saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) terpuruk selama sepekan terakhir, dimulai sejak kasus penyelundupan motor gede Harley Davidson dan sepeda mahal Brompton mencuat.

Kasus itu pun berbuntut panjang. Menteri BUMN Erick Thohir mencopot jabatan Direktur Utama Garuda I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra, termasuk jajaran direksi lainnya yang dianggap terlibat dalam penyelundupan barang mewah itu.

"Akan memberhentikan sementara waktu semua anggota direksi yang terindikasi terlibat langsung dan tidak langsung dalam penyelundupan Harley dan Brompton dalam Airbus A330-900 dari Perancis pada 17 November sesuai ketentuan berlaku," kata Komisaris Utama Garuda Indonesia Sahala Lumban Gaol dalam konferensi pers di Kementerian BUMN, Sabtu (7/12/2019).

Menteri BUMN Erick Thohir memang melakukan pertemuan pada Sabtu lalu, untuk membahas kasus penyelundupan Harley. Dua hari sebelumnya, Erick Thohir mengumumkan pencopotan Ari Askhara, dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Mereka buka-bukaan soal temuan Komite Audit, soal keterlibatan Ari Askhara dalam penyelundupan Harley tersebut.

Temuan soal penyelundupan tersebut langsung direspons negatif oleh pasar. Pada Senin, 2 Desember harga saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) masih bercokol di Rp540. Namun, sejak kasus penyelundupan Harley mencuat, dan berbuntut pada pencopotan Dirut, harga saham GIAA terus terpuruk. Pada Jumat, 6 Desember 2019, harga saham GIAA ditutup di Rp484.

Jatuh Bangun Selama 2019

Harga saham Garuda sepanjang 2019 memang mengalami ujian yang cukup berat. Mengawali perdagangan 2019, harga saham Garuda terpuruk di kisaran Rp290.

Catatan harga yang buruk itu karena perolehan kinerja Garuda pada tahun sebelumnya, yang masih saja merugi. Pada 2017, Garuda masih mencatat kerugian hingga US$213,4 juta, atau setara Rp2,88 triliun.

Kerugian Garuda pada 2017 bukan tanpa sebab. Pengeluaran yang harus dirogoh kala itu memang membengkak, mulai dari meningkatnya harga bahan bakar avtur hingga biaya extra ordinary terkait pembayaran pengampunan pajak dan denda legal di pengadilan Australia. Jumlahnya mencapai 145,8 juta dolar AS.

Saat kinerja laporan keuangan 2017 diumumkan pada akhir Februari 2018, tren harga saham Garuda terus menurun hingga ke titik terendah di Rp202 per saham pada November 2018. Harga saham Garuda perlahan mulai naik pada bulan berikutnya.

Harga saham Garuda pada awal 2019 dibuka di angka Rp298. Seiring membaiknya kondisi pasar modal dan optimisme pasar, saham Garuda terus menghijau. Harga terbaik saham Garuda dicapai 6 Maret 2019 yang mencapai Rp630 per saham.

Namun setelah itu, harga saham Garuda mulai menurun. Saham Garuda makin jatuh saat RUPST digelar pada April, di mana teruangkap adanya manipulasi laporan keuangan yang dilakukan direksi Garuda demi tercatat membukukan laba.

Catatan laba itu dihasilkan dari kontrak kerjasama antara Garuda dan Mahata bernilai US$239,94 juta, dan berlaku selama 15 tahun. Oleh Garuda, kontrak tersebut seluruhnya sudah dibukukan di tahun pertama, masuk sebagai pendapatan lain-lain.

Padahal sesuai ketentuan, nilai transaksi selama 15 tahun seharusnya dibagi rata setiap tahunnya selama durasi kerja sama yang disepakati. Berkat manipulasi itu, Garuda membukukan laba bersih hingga US$5,02 juta. Jika kontrak tersebut tidak dicatatkan, Garuda harusnya rugi hingga US$244 juta.

Sejak kasus manipulasi laporan keuangan mencuat, harga saham Garuda juga terus terpuruk dan cukup lama berada di bawah level Rp500. Level terendahnya dicapai pada 28 Juni, ketika saham Garuda hanya berharga Rp366 atau separuh dari harga IPO.

Namun, setelah Garuda memperbaiki laporan keuangannya, saham Garuda perlahan mulai membaik, dan kembali menembus Rp500. Apalagi setelah Garuda mengumumkan perolehan laba bersih sebesar US$98,34 juta atau sekitar Rp1,39 triliun pada kuartal III-2019.

Setelah itu, harga terbaik Garuda dicapai pada 21 Oktober, sebesar Rp605. Harga terus stabil di tengah gejolak pasar saham global. Penurunan tajam saham Garuda baru benar-benar terjadi saat kasus selundupan Harley muncul.

Terpuruk Sejak IPO

Kinerja buruk saham Garuda sepanjang 2019 itu melengkapi kisah kontroversialnya sejak IPO. Jika kebanyakan emiten mencatatkan gain atau kenaikan harga saham pada hari pertama IPO-nya, tidak demikian dengan Garuda.

Pada hari pertama perdagangannya di Bursa Efek Indonesia pada Jumat (11/2/2011), harga Saham Garuda ditutup turun 17,44% ke Rp620, dari harga perdana Rp750.

IPO Garuda juga tidak mendapat antusiasme. Dari total saham yang ditawarkan sebanyak 6,335 miliar lembar saham, sebanyak 3,008 miliar lembar saham atau setara Rp2,25 triliun harus diserap oleh para penjamin pelaksana emisi.

Dalam hal ini, para penjamin emisi itu masih “saudara merah putih” mereka BUMN juga PT Bahana Securities, PT Danareksa Sekuritas, dan PT Mandiri Sekuritas. Total dana yang berhasil dihimpun dari IPO adalah sebesar Rp4,75 triliun.

Saat IPO, Garuda juga hanya mendapatkan nilai bawah. Pada prospektus penawarannya, Garuda membidik harga saham Rp750-1.100 per lembar.

Menutup tahun 2011, harga saham Garuda berada di level Rp475. Butuh 1,5 tahun untuk mengembalikan harga saham Garuda. Harga saham tertinggi Garuda dicapai pada 17 Juli 2012, saat menembus Rp770.

Namun, setelahnya harga saham Garuda secara perlahan berada dalam tren penurunan, meski sesekali naik. Investor merasa pesimistis dengan kinerja Garuda di tengah tekanan harga avtur yang menyebabkan biaya operasional membengkak.

Di saat yang sama, permintaan melemah karena mahalnya harga tiket. Duet maut tersebut membuat kinerja Garuda terengah-engah, yang pada akhirnya menyeret harga sahamnya.

Baca juga artikel terkait SAHAM GARUDA INDONESIA atau tulisan lainnya dari Nurul Qomariyah Pramisti

tirto.id - Bisnis
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Ringkang Gumiwang