Menuju konten utama

Kelahiran Razer Phone dan Kegagalan Ponsel Gaming

Razer Phone bukan yang pertama menawarkan ponsel gaming. Ia harus membuktikan diri agar tak menambah daftar kegagalan ponsel sejenis.

Kelahiran Razer Phone dan Kegagalan Ponsel Gaming
razer phone. FOTO/razerzone.com

tirto.id - Razer, perusahaan yang didirikan oleh pemuda asal Singapura bernama Min-Lang Tan, mampu mengusik perhatian warganet. Perusahaan yang memulai perjalanan bisnisnya dari tetikus (mouse) khusus untuk gim “Boomslang” merilis smartphone khusus gim bernama “Razer Phone” awal November. Keputusan ini sebagai langkah berani di tengah persaingan ponsel pintar yang sudah multifungsi.

Baca juga: Harga dan Spesifikasi Ponsel Game Razer Phone

Sebagai smartphone dengan titel “phone for gaming” Razer Phone datang dengan spesifikasi yang tak sembarangan. Prosesor yang sama seperti yang tersemat di Samsung Galaxy S8, Note8, dan Google Pixel 2, layar 5,7 inci dengan resolusi 1.440 piksel dari panel bikinan Sharp bernama IGZO.

Panel LCD ini punya kemampuan refresh-rate hingga 120Hz, speaker stereo yang memanfaatkan teknologi Dolby Atmos, RAM sebesar 8GB serta memori internet 64GB. Ponsel ini juga dilengkapi dual kamera belakang dengan bukaan f/1,8 dan f/2,6, dan baterai berkapasitas 4.000mAh. Deretan spesifikasi kelas atas itu tersemat pada Razer Phone.

Ini tentu racikan yang sangat pas untuk sebuah “phone for gaming.” Hebatnya, racikan mantap tersebut diberi sentuhan teknologi pendingin “thermals” yang mumpuni. Cocok untuk mendinginkan suhu perangkat manakala memainkan gim kelas berat.

Razer Phone, seperti ponsel pintar non-iPhone lainnya, hadir dengan menggunakan sistem operasi berbasis Android versi Noughat. Sayangnya, kebanyakan perusahaan yang merilis smartphone ke pasaran hadir dengan user interface bikinan sendiri, Razer Phone memilih memanfaatkan user interface bernama “Nova Launcher” sebagai basis utama tampilan muka. Ini tentu catatan bagi Razer, karena perusahaan seperti Xiaomi mem-bundling smartphone bikinan mereka dengan user interface bernama MIUI.

Secara tampilan, Razer Phone jauh dari kesan sebagai “gadget for gaming” pada umumnya. Penampakan Razer Phone tak ada kesan berat, mahal, dan lampu warna-warni seperti yang tersemat pada semua perangkat berlabel “for gaming” pada Razer Phone. Ia hadir dengan desain produk yang dapat diadu dengan konsep layar yang nyaris tanpa tepi seperti Samsung Galaxy S8 maupun iPhone X.

Desain Razer Phone yang terbilang manis, lahir dari sebuah smartphone bernama Robin, smartphone bikinan startup bernama Nextbit yang kemudian diakuisisi oleh Razer.

Baca juga: Berapa Lama Orang Mengganti Ponsel?

Meskipun Razer hadir dengan spesifikasi mumpuni, dengan konsep “phone for gaming” yang diusung Razer bukanlah konsep yang menggembirakan bila merujuk pada sejarahnya. Razer bukan perusahaan pertama yang melahirkan smartphone khusus gaming. Sebelumnya ada perusahaan teknologi besar maupun startup, smartphone khusus gaming silih berganti dirilis ke pasaran. Sayangnya produk-produk khusus tersebut gagal di pasaran.

Sony misalnya, perusahaan yang sukses melahirkan konsol gim paling populer bernama PlayStation, pun tak berkutik di dunia “phone for gaming.” Smartphone khusus gim bikinan mereka bernama Xperia Play, tak terdengar lagi kabarnya. Nasib serupa juga dialami Nvidia, perusahaan pembuat graphical processing unit. Smartphone yang memiliki “stik PlayStation” bernama Nvidia Shield, gagal di pasaran.

JDX, startup yang mencoba peruntungan di segmen khusus ini pun gagal di pasaran. Smartphone mereka bernama JDX S5110 tak berkutik meraih hati pemain gim. Padahal, S5110 memiliki spesifikasi mumpuni untuk bermain gim. Smartphone tersebut didesain mirip dengan PlayStation Portabel. Selain itu, JDX S5110 pun memiliki kemampuan simulator Nintendo 64 dan Sega Genesis.

Selain smartphone khusus gaming, perangkat-perangkat tambahan yang menyasar segmen serupa juga mengalami nasib yang tak jauh berbeda. Tactile+Plus, suatu stick/stiker khusus yang terbuat dari bahan semacam plastik yang dapat mengubah layar smartphone manjadi terasa seperti “stik PS” pun gagal di pasaran.

Infografik  razer

Kegagalan smartphone khusus gim terjadi manakala aplikasi-aplikasi gim smartphone sebenarnya tak membutuhkan smartphone khusus untuk dapat berjalan. Di hampir semua smartphone, aplikasi gim dapat dijalankan. Penggunaan smartphone pun bukan hanya untuk bermain gim, terdapat aplikasi-aplikasi lain yang menyita perhatian pengguna. Kegagalan JDX S5110 , Xperia Play, dan smartphone sejenis terjadi karena smartphone lain yang ada di pasaran telah mampu menangkap segala kebutuhan pengguna.

Kegagalan-kegagalan smartphone merupakan catatan penting bagi Razer sebagai pendatang baru. Apalagi deretan kegagalan pengembang phone for gaming berbanding terbalik dengan nilai pasar aplikasi gim smartphone yang kian meningkat tiap tahunnya.

Newzoo, firma periset pasar digital, sebagaimana dikutip dari Venture Beat, dalam sebuah laporannya menyebut bahwa pendapatan di sektor aplikasi gim smartphone akan mencapai $65 miliar di 2020 mendatang. Meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan pendapatan aplikasi gim smartphone di tahun 2016 yang berada di angka $38,6 miliar. Dari angka itu, jelas terlihat pendapatan aplikasi gim smartphone penyumbang terbesar pendapatan seluruh segmen aplikasi smartphone. Tahun lalu, seluruh segmen aplikasi menyumbang $46,2 miliar.

Tingginya pendapatan aplikasi gim smartphone, salah satu karena disumbang oleh semakin bergesernya cara orang menikmati gim. Pada 2015, NPD Group, sebagaimana diwartakan CNet, melakukan sebuah survei tentang perubahan ini. Hasil survei yang dilakukan menyebut bahwa anak-anak dengan rentang usia 2-17 tahun, lebih memilih smartphone dan tablet untuk bermain gim dibandingkan konsol atau komputer khusus gim.

“Kini setiap orang membangun gim untuk generasi layar sentuh,” ucap Kristian Segerstrale, Chief Operating Officer Super Evil Magacorp, rumah produksi gim smartphone, kepada Intel.

Baca juga: Banjir Ponsel Cina di India yang Meresahkan

Secara umum, perkembangan aplikasi gim smartphone dimulai sejak awal kemunculan iPhone di 2007 lalu. Dal Yong Jin dalam bukunya berjudul “Mobile Gaming in Asia: Politics, Culture and Emerging Technologies” mengatakan bahwa iPhone melahirkan segala kemungkinan bagi dunia gim mobile. Sebelum kelahiran iPhone, gim mobile didefinisikan sebagai gim yang berjalan di seluruh perangkat mobile, baik konsol portabel maupun ponsel, feature dan smartphone. Hadirnya iPhone, sukses melahirkan segala kemungkinan bagi dunia gim mobile.

Fitur layar sentuh, sensor gerakan, pendeteksian lokasi, serta segala fitur-fitur yang ada pada iPhone di awal kemunculannya, menjadi kekuatan baru yang mampu dimanfaatkan gim mobile. Puncaknya, lahirlah aplikasi gim smartphone seperti Angry Bird, Clash of Clans, Fruit Ninja, dan semacamnya, yang sukses mengubah dunia gim yang identik dengan konsep “hardcore” menuju gim sebagai “aktivitas hidup keseharian.”

Baca juga artikel terkait GAME atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ahmad Zaenudin
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra