tirto.id - Ponsel pintar, digunakan manusia dengan intensitas yang cukup tinggi. Risiko kerusakannya pun semakin besar. Ditambah rajinnya produsen mengeluarkan model terbaru, maka siklus hidup ponsel pinter pun semakin singkat.
Diwartakan Scientific America, rata-rata, orang akan mengganti ponsel mereka setiap 22 bulan. Riset yang dilakukan Gallup di Amerika Serikat pada tahun 2015 mengungkapkan, 54 persen pengguna ponsel pintar, akan melakukan pembaruan atau pergantian perangkat mereka, “hanya ketika ponsel pintar berhenti bekerja atau menjadi benar-benar usang.” Selanjutnya, 44 persen responden mengaku akan mengganti ponsel pintar mereka “secepatnya saat provider telepon selular mengizinkan hal itu, biasanya tiap dua tahun sekali.”
Di wilayah Amerika Serikat, lazim diberlakukan sistem kontrak antara pengguna dan perusahaan provider telepon selular. Sistem kontrak akan memberikan pengguna keringanan atau subsidi dalam membeli unit baru. Umumnya, provider menerapkan sistem kontrak selama 2 tahun atau lebih bagi para pelanggannya.
Sebagai contoh, provider AT&T di Amerika Serikat, menawarkan iPhone 7 32GB dengan harga yang bisa dicicil berikut dengan berbagai paket data selular seharga $21,67 per bulan. Dengan cicilan 30 kali, maka pelanggan cukup membayar 650 dolar untuk iPhone 7 32 GB plus paket datanya. Ini tentu jauh lebih murah daripada membeli “putus” perangkat bikinan Apple tersebut seharga $649,99.
Selanjutnya, hanya 2 persen responden yang mengaku akan membeli ponsel ketika ada produk baru diluncurkan ke pasaran. Ini artinya, mereka akan mengganti ponsel pintarnya setiap tahun mengingat siklus pembaruan perangkat ponsel pintar dari berbagai perusahaan teknologi dunia dilakukan hampir tiap tahun.
Secara lebih terperinci, riset yang dilakukan Gallup mengungkapkan adanya perbedaan pergantian ponsel pintar antara pengguna Android dengan pengguna iPhone. Terdapat 47 persen pengguna iPhone yang akan mengganti ponsel pintar lawas mereka ketika ponsel pintar tersebut telah mati total. Sedangkan bagi pengguna Android, persentasenya ada di angka 58 persen.
Selain itu, 51 persen pengguna iPhone akan mengganti ponsel pintarnya menjadi baru, ketika provider mengizinkan pembaruan. Sedangkan bagi pengguna Android, persentasenya hanya berada di angka 40 persen.
Adanya perbedaan antara Android dan iPhone salah satu sebabnya adalah paket kontrak dari provider. Umumnya, provider telepon selular, memberikan paket kontrak bagi iPhone, namun jarang memberikan paket kontrak bagi perangkat berbasis Android. Dengan demikian, secara umum, harga ponsel pintar berbasis Android di Amerika Serikat terbilang mahal. Intensitas mengganti ponsel pintar Android, kalah oleh iPhone.
Pergantian ponsel pintar juga dipengaruhi oleh skema yang digunakan pengguna. Apakah pascabayar atau prabayar. Julien Blin dari Infonetics, dikutip dari Digital Innovation Gazette mengungkapkan, “pengguna ponsel pintar pascabayar cenderung memperbarui (ponsel lawas) menjadi ponsel baru setiap 18 sampai 20 bulan.” Ia lantas melanjutkan, “bagi pengguna prabayar, saya meyakini pembaruan (pergantian) tersebut dilakukan setiap tujuh sampai delapan bulan karena hal demikian merupakan siklus alami bisnis ini.”
Siklus pergantian ponsel pintar dengan skema prabayar lebih cepat dilakukan karena hal demikian terkait dengan skema tersebut yang tidak mengikat pelanggannya dengan aturan yang ketat.
Menurut Deloitte, diperkirakan pada 2015 lalu, sebanyak 1 miliar ponsel pintar dibeli sebagai pengganti ponsel pintar lawas untuk pertama kalinya. Nilai penjualan ponsel pengganti tersebut, mencapai angka $300 miliar. Penelitian Deloitte dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2014 di Australia, Finlandia, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Norwegia, Singapura, Korea Selatan, Spanyol, Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat. Hasilnya mengungkapkan bahwa 7 dari 10 pemilik ponsel pintar, mengganti ponsel pintar mereka dalam 18 bulan.
Pengguna ponsel pintar, memiliki kemungkinan lebih tinggi memperbarui ponsel pintarnya dengan yang lebih baru daripada perangkat elektronik lainnya. Secara persentase, kecenderungan mengganti ponsel pintar berada di angka 32 persen. Sedangkan laptop atau komputer jinjing, ada di angka 21 persen dan tablet di angka 19 persen.
Roger Entner dalam “International Comparison: The Handset Replacemen Cycle” mengungkapkan ada keterkaitan antara siklus pergantian ponsel pintar dengan daya beli.
Pada tahun 2010, Brazil memiliki pendapatan per kapita di daya beli sebesar $11.239, siklus pergantian ponsel pintarnya berada di angka 80,2 bulan sejak ponsel pintar dibeli. Kanada dengan pendapatan perkapita di daya sebesar $39.057, siklus ponsel pintarnya berada di angka 33,0 bulan sejak ponsel pintar dibeli.
India dengan pendapatan per kapita di daya beli sebesar $3.339, siklus ponsel pergantian ponsel pintarnya berada di angka 93,6 bulan sejak ponsel pintar di beli. Sedangkan Amerika Serikat, memiliki siklus pergantian ponsel pintar di angka 21,7 bulan sejak ponsel pintar di beli dan memiliki pendapatan per kapita di daya beli sebesar $47.284. Sayang, tidak ada data tentang Indonesia.
Semakin tinggi besaran pendapatan perkapita di daya beli, semakin cepat siklus pergantian ponsel pintar.
Jadi, berapa lama kamu mengganti ponsel pintar?
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti