Menuju konten utama

Kekuatan Sebuah Aksi Mogok Makan

Aksi mogok makan dilakukan dengan alasan politik di sepanjang sejarah.

Kekuatan Sebuah Aksi Mogok Makan
Massa menyerang tentara di Belfast, tahun 1981. Merespons mogok makan oleh IRA, Bobby Sands dan koleganya. FOTO/AFP/Getty Images

tirto.id - Marwan Barghouti, politisi Palestina yang mendekam di penjara Israel beserta para narapidana lain, memimpin aksi mogok makan 17 April 2017 lalu. Sekitar 1.500 narapidana Palestina ikut serta dalam aksi mogok makan. Mereka menuntut pelayanan kesehatan yang lebih baik serta mendapat akses komunikasi telepon.

Marwan Barghouti, yang digadang-gadang menjadi salah satu calon presiden Palestina di masa mendatang ini, menjalani hukuman penjara seumur hidup atas keterlibatannya dalam intifada (revolusi) kedua Palestina. Ia merupakan tokoh terkemuka, hasil jajak pendapat menunjukkan ia berpeluang memenangi pemilu Presiden Palestina.

"Dengan aksi mogok makan, kami berupaya mengakhiri penganiayaan. Tahanan Palestina menderita akibat penyiksaan, perlakuan tak manusiawi dan melecehkan serta pengabaian medis. Beberapa tahanan sudah tewas dalam penahanan," tulis Berghouti di kolom opini New York Times, sebagaimana dikutp Reuters.

Barghouti mengatakan bahwa aksi mogok makan ini adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan perhatian Israel, setelah upaya lainnya gagal. Issa Qaraqe, kepala urusan tahanan, Otoritas Palestina, menyatakan kekhawatirannya jika terdapat tahanan yang tewas, akan memunculkan pemberontakan baru.

Sebelum Barghouti, upaya mogok makan sebagai aksi protes ini telah dilakukan sejumlah tokoh lain. Mahatma Gandhi bisa disebut sebagai penggerak aksi mogok makan paling terkenal dalam sejarah. Gandhi terlibat dalam dua aksi mogok makan terkenal. Gandhi terlibat dalam dua aksi mogok makan terkenal, yaitu protes mengenai aturan Inggris untuk pemilu di India yang berdasarkan kasta dan mengenai otokrasi aturan di India yang baru merdeka.

Ia mulai melakukan aksi mogok makan pada 16 September 1932 di dalam penjara Yerovda, Bombay, India. Pemimpin spiritual dan politikus India ini melakukan protes terhadap keputusan Pemerintah Inggris yang memisahkan sistem kependudukan India dengan menggunakan sistem kasta.

Meskipun ia sendiri berada di golongan kasta atas, Gandhi tetap percaya, pembagian kelas sosial menggunakan kasta bukanlah hal yang adil. Oleh karenanya, ia tetap konsisten memperjuangkan emansipasi rakyat India.

"Kesempatan yang diberikan Tuhan telah datang kepada saya, untuk menawarkan hidup saya sebagai korban terakhir yang tertindas," ujar Gandhi dalam penjaranya di Yerovda, dikutip dari History.

Gandhi adalah seorang politisi yang melakukan demonstrasi tanpa kekerasan. Metodenya tersebut merupakan strategi efektif dalam merongrong peraturan Inggris di India. "Ini telah menjadi bentuk budaya yang mapan untuk mencari keadilan di abad 20," kata Prof Sharman Apt Russell, penulis Hunger: An Unnatural History dikutip dari BBC.

“Gagasan kelaparan oleh aksi protes politik telah mengalami kebangkitan kembali,” tambahnya.

Aksi mogok makan telah dilakukan dengan alasan politik di sepanjang sejarah. Tidak seperti bentuk demonstrasi lain, mogok makan tidak berpengaruh langsung pada target yang dituju, dan justru pihak pengunjuk rasa yang menderita, bukan orang yang diprotes. Di titik ini, pengunjuk rasa bergantung pada kekuatan moral atas tindakan mereka untuk mencapai sesuatu.

Infografik Protes Dengan Puasa

Aksi mogok makan telah digunakan sebagai agenda demonstrasi tanpa kekerasan. Beberapa di antaranya berhasil membawa perubahan. Michael Biggs, seorang sosiolog di Universitas Oxford, mengatakan beberapa kasus yang paling berhasil adalah kasus republikan Irlandia melawan negara bagian Inggris, kasus Thomas Ashe yang terbunuh saat makan paksa di Dublin pada tahun 1917, kasus Terence MacSwiney yang mati kelaparan di London pada tahun 1920, dan kasus Bobby Sands, yang mati kelaparan di Long Kesh pada tahun 1981.
"Memang, aksi mogok makan ini tidak segera membawa konsesi dari negara, tapi dampaknya sangat besar pada masyarakat Irlandia, baik dengan mengubah pandangan orang-orang terhadap republikan Irlandia maupun dengan mengobarkan emosi orang-orang yang telah berkomitmen,” kata Biggs.

Aksi mogok makan di Irlandia sendiri lahir sebagai aksi protes terhadap kebijakan Pemerintah Inggris yang menangkap para terduga simpatisan republik tanpa proses pengadilan dan tindakan kasar petugas penjara. Aksi mogok makan dimulai oleh Bobby Sands pada tanggal 1 Maret 1981. Bobby Sands akhirnya meninggal akibat kelaparan, enam puluh enam hari sesudah ia memulai aksi mogok makan. Prosesi pemakamannya di Belfast dihadiri oleh 100.000 orang lebih. Meninggalnya Sands akibat aksi mogok makan kemudian diikuti oleh kematian kesembilan peserta mogok makan lainnya, tiga bulan berikutnya.

Maksud tujuan mereka tercapai. Aksi mogok makan yang dilakukan pada tahun 1981 tersebut berhasil menarik perhatian masyarakat dunia dan menaikkan pamor komunitas nasionalis republik. Beberapa tempat di dunia didirikan dan diberi nama dengan mengaitkan nama “Bobby sands” sebagai bentuk penghormatan, sementara di wilayah lain aksi-aksi protes mengecam pemerintah Inggris meledak pasca meninggalnya Bobby Sands.

“Mogok makan adalah kekuasaan,” kata Fran Buntman, profesor sosiologi di Universitas George Washington, Amerika Serikat sekaligus penulis biografi Nelson Mandela dikutip dari Scoop.

“Ini adalah upaya orang-orang yang tidak berdaya memamerkan kekuatan mereka, bahwa mereka juga punya kekuasaan. Dan pemerintah tidak menyukai orang-orang yang seolah-olah memperebutkan kekuasaan di antara mereka. [Aksi mogok makan] merupakan bagian dari usaha orang-orang yang tak berdaya yang juga memiliki kendali atas tubuh mereka sendiri, memenjarakan orang [pemerintah],” komentar Buntman.

Baca juga artikel terkait DEMONSTRASI atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Politik
Reporter: Yulaika Ramadhani
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti