Menuju konten utama

Kekecewaan & Diskriminasi Sebabkan Dua Anggota Santoso Kabur

Kapolda Palu menyatakan bahwa dua anggota kelompok Santoso kabur karena kecewa setelah mendapatkan perlakuan diskriminatif dari anggota lainnya. Mereka lalu memutuskan untuk melarikan diri dan bertemu dengan anggota Satgas Tinombala yang tengah berpatroli. Sempat terjadi perkelahian, namun mereka akhirnya menyerahkan diri.

Kekecewaan & Diskriminasi Sebabkan Dua Anggota Santoso Kabur
Sejumlah personil Brimob menaiki kendaraan untuk memburu kelompok Santoso di desa Sedoa, Lore Utara, Poso, Sulawesi Tengah, Kamis (24/3). antara foto/edy.

tirto.id - Dua orang anggota kelompok sipil bersenjata pimpinan Santoso alias Abu Wardah, Ibad dan Faqih, mengaku sengaja melarikan diri dari kelompok itu karena tiga alasan.

Seperti yang dilansir Kantor Berita Antara pada Selasa (19/4/2016), alasan pertama mereka adalah perjuangan kelompok ini dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan syar'ii atau ajaran Islam dan hal-hal seperti yang sebelumnya mereka baca dalam propaganda media sosial dari kelompok Santoso.

Alasan kedua adalah mereka dikucilkan oleh anggota kelompok lainnya dan alasan ketiga mereka diperlakukan berbeda dengan kelompok lainnya dalam hal pembagian makanan, pekerjaan dan perlakuan.

Sesuai hasil pemeriksaan sementara oleh tim Operasi Tinombala di Poso, Ibad diketahui bergabung dengan kelompok Santoso sejak tiga tahun lalu sehingga diperkirakan Ibad mengetahui seluruh peristiwa teror yang dilakukan oleh kelompok Santoso.

Selama ini, Ibad diketahui banyak berperan sebagai anggota pencari logistik dalam kelompok Santoso.

Sedangkan Faqih bergabung dengan kelompok ini pada September 2015 dan mengikuti berbagai pelatihan militer (tadrip) sekaligus berperan sebagai anggota pencari logistik serta aktif dalam tim pengintai.

Kapolda Sulteng Brigjen Pol Rudy Sufahriadi pada Senin (18/4/2016), mengaku belum bisa mengorek keterangan lebih banyak dari kedua terduga teroris anggota Mujahdin Indonesia Timur (MIT) itu karena kondisi mereka sangat lemah akibat kurang makan.

"Mereka masih dalam proses pemulihan fisik dulu baru pemeriksaan dilanjutkan," ujar Kapolda.

Kedua DPO kasus terorisme Poso itu tertangkap di sebuah kebun warga desa Padang Lembara, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, pada Jumat (15/4/2016).

Kabid Humas Polda Sulteng AKBP Hari Suprapto menjelaskan pada saat itu, kedua orang tidak dikenal itu terlihat berjalan desa Padang Lembara. Keduanya kemudian bertanya kepada seorang personel operasi Tinombala yang menyamar sebagai warga biasa, tentang alamat rumah pak Badri asal Medan.

Personel operasi itu kemudian menanyakan identitas mereka namun mereka tidak menjawab sehingga petugas menaruh curiga dan meminta mereka menunjukkan KTP.

Akan tapi kedua OTK (orang tak dikenal) itu langsung mencabut golok dan terjadilah perkelahian fisik di antara mereka. Petugas bersangkutan dengan dibantu dua rekannya yang juga berpakaian sipil segera dapat melumpuhkan keduanya dengan tangan kosong tanpa melepaskan tembakan.

Keduanya kemudian digiring ke Mapolres Poso untuk menjalani pemeriksaan. Dari dalam tas milik Ibad, petugas menemukan 32 jenis barang seperti satu buah bom rakitan pipa paralon, senter, charger telepon seluler, lem besi merk dextone, obat ampicilin dan paracetamol, korek api gas, pisau dan parang, peralatan mandi dan makan.

Sedangkan di tas Faqih ditemukan 16 jenis benda antara lain baterai, korek api gas, paku, tali nilon, rompi tempat magazin dan topi rimba hitam. (ANT)

Baca juga artikel terkait ABU WARDAH

tirto.id - Hukum
Sumber: Antara
Penulis: Rima Suliastini
Editor: Rima Suliastini