Menuju konten utama

Kejanggalan Polisi Menuding Ambulans 'Membawa Batu' buat Demonstran

Akun Twitter Polda Metro Jaya menghapus cuitan "ambulans mengangkut batu dan bensin" buat amunisi demonstran.

Kejanggalan Polisi Menuding Ambulans 'Membawa Batu' buat Demonstran
Wartawan mengambil gambar mobil ambulans milik Pemprov DKI Jakarta yang ditahan di Halaman Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (26/9/2019). ANTARA FOTO/Reno Esnir.

tirto.id - Demonstrasi pelajar SMP dan STM di Jakarta berujung ricuh pada Rabu (25/9/2019) malam. Muncul informasi simpang siur, di antaranya: polisi menuding ambulans Pemprov DKI Jakarta membawa batu untuk para demonstran.

Polda Metro Jaya dalam akun Twitter resmi @TMCPoldaMetro mengunggah informasi pada pukul 02.15: "Polri amankan 5 kendaraan ambulans milik Pemprov DKI Jakarta yang digunakan untuk membawa batu dan bensin yang diduga untuk molotov di dekat Gardu Tol Pejompongan Jl. Gatot Subroto."

Unggahan video itu memperlihatkan ambulans putih berlogo Pemprov DKI Jakarta berpelat merah. Lalu, ada ambulans lain berlambang Palang Merah Indonesia. Seseorang meneriakkan tuduhan: "Ini ambulans pembawa batu, penyuplai batu untuk para demonstran!"

Namun, cuitan itu dihapus pada pukul 10.50.

Sementara video dengan konten yang sama diunggah oleh akun resmi Instagram Polda Metro Jaya pada pukul 02.14. (Sampai artikel ini dirilis pukul 12.45, unggahan tersebut belum dihapus.)

Petugas Medis Diintimidasi oleh Polisi

Salah satu petugas medis di titik lokasi ambulans itu, yang minta namanya disamarkan dengan inisial AR, mengatakan polisi mengintimidasi petugas medis saat akan mengevakuasi korban demonstran.

"Saat jebol, ada satu korban yang harus ditangani di ambulans. Polisi bilang, 'lo yang tadi, kan?'"

"Memang sebelumnya rusuh, massa ambil batu dari taman di gedung BNI, marinir mencegah. Tapi, polisi kira ambulans yang siapkan batu," kata AR, petugas medis dari salah satu kelurahan di Palmerah, Jakarta Barat.

AR bergerak ke area demo demi kemanusiaan. Maka, ia dan petugas medis serta dua ambulans lain (dari Kelurahan Pademangan dan milik PMI) bersiaga di depan Menara BNI Pejompongan, Jakarta Pusat. Di situ, massa dipukul mundur ke area tempat lokasi dia berada, sekitar pukul 23.30.

Areal Gedung BNI Pejompongan menjadi titik evakuasi, ujar AR. Saat itu gedung gelap. Polisi berseragam hitam berkumpul. Massa dari mahasiswa, pelajar dan warga sekitar masih dipukul mundur. Empat anggota marinir melerai dan mencegah. Tapi massa terus dipukuli oleh polisi.

"Korban yang diinjak-injak polisi itu dilerai anggota marinir dan dibawa masuk ke ambulans," ujar AR. "Tapi korban digebuki di dalam ambulans, padahal ada polisi lain yang bilang 'Hargai Saya',"

"Tapi polisi lain masih emosi."

AR menduga korban yang diinjak-injak itu masih di bawah umur. Ia menceritakan siapa pun yang ada di situ dilarang oleh polisi menggunakan gawai untuk merekam atau memotret peristiwa.

Lantas, empat personel PMI Jakarta Pusat dan dua personel PMI Jakarta Timur di situ juga jadi sasaran polisi, ujar AR. Padahal mereka hanya mencegah agar polisi tak main hakim sendiri dan membiarkan ambulans berangkat.

Dua petugas PMI berhasil menyelamatkan diri ke gedung BNI, tapi empat rekannya jadi bulan-bulanan polisi. Polisi meneriakkan: "Lo yang tadi halang-halangi gue tadi, kan?"

AR diusir karena melihat kejadian itu.

"Ketika saya diusir, anggota PMI sedang dipiting, dikerumuni. Saat saya menyelamatkan diri, anggota PMI itu dipukuli," tuturnya.

Setiap ambulans yang melintas diberhentikan dan dirazia oleh polisi. "Di ambulans, tidak ada batu atau bensin, hanya ada alat medis. Kalau petugas medis diperlakukan seperti ini, siapa yang mau mengobati korban?" tegas AR.

Polisi memecah kaca ambulans di lokasi. Pintu ambulans ditarik paksa. Polisi juga "memperlakukan korban seperti binatang," ujar AR.

AR berkata saat itu ia berpakaian seragam dengan tulisan jelas 'Rescue', juga anggota PMI mengenakan atribut medis.

Ia berkata polisi menembakkan peluru karet, tidak diarahkan ke udara. "Semua ditembakkan ke bawah [massa], ada [korban] yang wajahnya sobek, kuping bolong. Siapa saja demonstran di situ, tetap dihajar anggota [polisi]," klaim AR.

Respons Polisi: 'Kami sedang kroscek'

Kabid Humas Polda Metrp Jaya Kombes Pol Argo Yuwono berkata kepada reporter Tirto bahwa dia "masih akan memeriksa informasi" soal mobil ambulans Pemprov DKI Jakarta yang dituding dalam video itu "mengangkut batu dan bensin" bagi demonstran.

"Sedang kami kroscek dengan penyidik, seperti apa kejadiannya. Saya belum dapat informasi," ujarnya di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Kamis (26/9/2019).

Saat ditanya ada berapa jumlah ambulans yang diamankan oleh Polda Metro Jaya, Argo tidak menjawab. "Nanti saya cek dulu."

Respons Anies Baswedan: 'Situasi di lapangan rentan menyebarkan fitnah'

Menanggapi hal ini, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berkata Polda Metro Jaya telah mengamankan satu unit mobil ambulans milik Pemprov DKI Jakarta. Sementara empat lainnya milik PMI. Kelima ambulans itu "diamankan" pada Rabu (25/9/2019) dini hari.

"Kami berkeyakinan bahwa petugas ini menjalankan tugasnya sesuai dengan SOP. Mereka dalam situasi tadi malam, di lapangan, situasi yang tidak sederhana. Karena itu kita tidak usah terburu-buru menyimpulkan apa pun," ujar Anies saat konferensi pers di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (26/9/2019) pagi.

Jika mengikuti SOP, kata Anies, seharusnya ada tiga petugas dalam ambulans, yaitu dokter, sopir, dan petugas paramedis.

"Saya ingin garis bawahi, dalam situasi sulit kemarin, di saat orang menjauh, petugas ambulans itu mendekat. Saat semua orang menghindari, ambulans mendekat. Ini bukan kerja sederhana, bukan sesuatu yang gampang. Karena itu potensi mereka kena fitnah selalu ada," kata Anies.

"Mereka bekerja di tempat yang orang menjauhi. Saya menyampaikan apresiasi."

Baca juga artikel terkait DEMO MAHASISWA atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Politik
Reporter: Alfian Putra Abdi & Haris Prabowo
Penulis: Adi Briantika
Editor: Maya Saputri