Menuju konten utama
Mozaik

Kala Si Jago Merah Melahap Braga di Tahun Baru 1931

Di pengujung 1930, pesta tahun baru di Jalan Braga, Bandung, jadi mencekam karena kebakaran. Tiga toko rusak dilalap api.

Kala Si Jago Merah Melahap Braga di Tahun Baru 1931
Header Mozaik Kebakaran di Penghujung Tahun. tirto.id/Tino

tirto.id - Selalu ada alasan untuk menikmati Jalan Braga. Di sana, kita bisa temukan mall, kafe, toko es krim, dan, tentu saja, deretan bangunan tua yang masih tegak bertahan. Bangunan-bangunan tersebut memendam cerita sejarah panjang tentang jalan di tengah Kota Bandung itu.

Menurut sejarawan Harry G. Budiman dalam studi “Modernisasi dan Terbentuknya Gaya Hidup Elite Eropa di Bragaweg (1894-1949)” yang terbit di jurnal Patanjala (2017), Jalan Braga sudah menjadi tengara penting sejak awal abad ke-19. Jalan yang dulunya bernama Jalan Pedati ini mulai ramai setelah Andres de Wilde membangun gudang kopinya di lokasi yang kini menjadi Kantor Walikota Bandung.

Jalan ini semakin berkembang lagi setelah Societeit Concordia terbentuk di akhir abad ke-19. Perkumpulan elite ini membentuk pola kehidupan Eropa di Jalan Braga. Toko berbagai macam barang, restoran, bank, kios penjahit, dan sebagainya kemudian berdiri di sepanjang jalan. Banyaknya bangunan bergaya Eropa di Jalan Braga membuat jalan ini kemudian mendapat julukan de meest Europesche winkelstraat van Indie atau jalan dengan pertokoan paling bernuansa Eropa di Hindia Belanda.

Di masa itu, jalan ini selalu ramai dan menjadi tujuan orang-orang, baik untuk berbelanja atau sekadar mencari angin. Jalan Braga pun menjadi tujuan saat orang-orang ingin menikmati perayaan tahun baru.

Di ujung Desember 1930, misalnya, masyarakat Kota Bandung berduyun-duyun mengunjungi Jalan Braga dan merayakan momen pergantian tahun dengan pesta kembang api.

Namun, suasana yang dipenuhi rasa gembira dan suka cita itu dengan cepat berubah menjadi mencekam. Sekitar setengah jam sebelum tahun berganti, suara alarm kebakaran tiba-tiba menggema. Seketika, warga yang tengah berkerumun di sepanjang jalan geger.

Api ternyata muncul di tengah keramaian Jalan Braga, tepatnya di dekat Gang Coorde (sekarang Gang Kejaksaan). Si jago merah berkobar di toko Sneep, sebuah toko dealer sepeda dan motor. Selain melalap toko Sneep, api juga merambat ke bangunan-bangunan di sampingnya, membakar toko bunga Abundantia dan toko perhiasan milik Keluarga Coorde.

Kita bisa mengetahui lokasi persis terjadinya kebakaran itu melalui studi silang terhadap beberapa sumber. Data lokasi toko perhiasan Coorde, misalnya, bisa ditemukan di dalam buku berjudul Braga: Jantung Parijs van Java (2008) yang ditulis oleh Ridwan Hutagalung dan Taufanny Nugraha. Di halaman 98 buku tersebut, lokasi toko perhiasan Coorde ditulis berada tepat di sudut persilangan antara Jalan Braga dan Gang Coorde.

Sementara itu, lokasi toko Sneep berada di bagian utara blok Het Snoephuis (jajaran toko roti Sumber Hidangan), tepatnya di Jalan Braga nomor 28. Toko ini bersebelahan dengan toko bunga Abundantia yang menurut koran Algemeen Indisch Dagblad: de Preangerbode, saat itu masih berada di Jalan Braga no. 28A.

Dari informasi-informasi tersebut, dapat dipastikan bahwa kejadian kebakaran terjadi di sudut selatan antara Jalan Braga dan Gang Coorde.

Gara-gara Kembang Api

Mengutip arsip kantor berita Algemeen Nieuws- en Telegraaf- Agentschap (ANETA), beberapa koran yang terbit pada 2 Januari 1931 mengabarkan bahwa kebakaran itu disebabkan oleh kembang api. Koran De locomotief, misalnya, melaporkan bahwa kebakaran terjadi setelah kembang api yang digunakan untuk menyambut pergantian tahun jatuh menyasar toko Sneep.

Dalam hitungan menit, pesta tahun baru yang seharusnya meriah berubah menjadi malam yang penuh kesibukan. Polisi langsung menutup Jalan Braga dan kendaraan yang akan menuju Braga langsung di alihkan ke Oude Hospitaalweg (sekarang bernama Jalan Lembong). Untung saja, para pemadam kebakaran bekerja sigap sehingga api dapat segera dipadamkan. Mereka bisa mengendalikan amukan api sebelum menyebar ke toko-toko lain di Jalan Braga.

Infografik Mozaik Kebakaran di Penghujung Tahun

Infografik Mozaik Kebakaran di Penghujung Tahun. tirto.id/Tino

Dalam kejadian tersebut, toko Sneep dan Abundantia dikabarkan hampir luluh lantak dimakan api. Koran Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indie edisi 3 Januari 1931 menulis bahwa bagian bengkel toko Sneep hampir musnah. Beberapa bagian toko dan sejumlah motor juga mengalami kerusakan. Musibah kebakaran itu diperkirakan membuat Sneep mengalami kerugian sebesar 8.000 gulden.

Toko Sneep memiliki nama lengkap Motor en Rijwielhandel H.J. Sneep. Toko yang beralamat di Jalan Braga nomor 28 ini merupakan dealer resmi beberapa jenama motor untuk wilayah Priangan, seperti Ariel, Sunbeam, Velocette, AJS, dan Matchless. Selain menyediakan serbaneka motor, ia juga menawarkan uji coba berkendara kepada pembeli.

Sementara itu, toko bunga Abundantia pun mengalami kerusakan, meski tak separah toko Sneep. Sejumlah besar bunga dan keranjangnya memang hangus terbakar, tapi bangunan toko Abundantia dapat dikatakan masih utuh.

Bloemenhandel Abundantia merupakan salah satu toko bunga yang memiliki pembibitan sendiri di Kota Bandung. Sebelum menjual bunga, perusahaan yang dimiliki oleh G.J. Boom ini membuka usaha pembibitan di Boumanlaan (sekarang Jalan Kidang Pananjung). Di atas lahan seluas 6 bau, Boom mulai berbisnis tanaman sejak 1925.

Sebagai upaya untuk mempertahankan eksistensi dan mengikuti tren, Abundantia senantiasa mengimpor serbaneka tanaman, bunga, dan anggrek terbaru. Seperti yang dilaporkan de Preangerbode edisi 1 April 1931, salah satu capaian Abundantia yang terkenal adalah menjadi pemasok bunga bagi Istana Gubernur Jenderal di Batavia. Setiap hari, bunga dikirim dari Bandung ke Weltevreden melalui kereta api dan pesawat udara.

Kebakaran di malam tahun baru 1931 juga merembet ke toko milik Keluarga Coorde. Hanya saja, api yang merembet ke toko perhiasan ini hanya mengakibatkan kerusakan kecil.

Toko C. Coorde merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jual-beli perhiasan emas dan perak. Ia menyediakan gelang, pin kebaya, cincin, anting-anting, dan macam-macam perhiasan lain. Ia juga menjual kotak rokok perak, kotak korek api, hiasan tulisan perak, dll. Setiap karya emas atau perak yang dibuat di bengkel Coorde akan ditandai dengan inisial “c.c.”

Baca juga artikel terkait BANDUNG atau tulisan lainnya dari Hevi Riyanto

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Hevi Riyanto
Penulis: Hevi Riyanto
Editor: Fadrik Aziz Firdausi