Menuju konten utama
Periksa Fakta

Keampuhan Obat Tradisional Obati Kanker Serviks & Kanker Payudara

Bahan-bahan tradisional hanya digunakan sebagai pendukung untuk pengobatan kanker payudara dan serviks, bukan obat utama.

Keampuhan Obat Tradisional Obati Kanker Serviks & Kanker Payudara
Header Periksa Fakta. tirto.id/Quita

tirto.id - Sebuah unggahan tahun 2019 terkait khasiat obat tradisional yang diklaim dapat menyembuhkan kanker kembali beredar di media sosial Facebook. Unggahan yang dibagikan oleh akun bernama ‘Diaz E Romo’ ini kembali viral, mendulang 3 ribu likes dan dibagikan sebanyak 958 kali per 22 Maret 2021.

Periksa Fakta Obat Kanker Serviks Payudara

Periksa Fakta Obat Kanker Serviks Payudara. facebook/Diaz E Romo

Menurut unggahan ini, kanker serviks dan kanker payudara dapat disembuhkan dengan berpuasa secara rutin selama 3 bulan, serta mengonsumsi air kelapa, yang mengandung asam amino, setiap hari. Cara lain yang direkomendasikan di dalam unggahan tersebut adalah memblender kunyit dan meniran dengan air kelapa dan dagingnya, menyimpan hasilnya di gelas dan wadah berisi air batu, dan mengonsumsinya setelah mengendap selama 6 jam. Unggahan ini juga menyebutkan bahwa makanan yang tinggi albumin seperti tomat dan ikan gabus juga bisa menyembuhkan kedua jenis kanker tersebut.

Lantas, bagaimana kebenaran dari informasi ini?

Penelusuran Fakta

Seperti dilansir dari artikel yang dimuat di Alodokter, yang ditinjau oleh dr. Tjin Willy, kanker payudara merupakan kondisi ketika sel kanker terbentuk di jaringan payudara. Kanker bisa terbentuk di kelenjar yang menghasilkan susu (lobulus), atau di saluran (duktus) yang membawa air susu dari kelenjar ke puting payudara. Kanker juga bisa terbentuk di jaringan lemak atau jaringan ikat di dalam payudara.

Kanker payudara terbentuk saat sel-sel di dalam payudara tumbuh tidak normal dan tidak terkendali. Menurut informasi dari Alodokter juga, sel tersebut umumnya membentuk tumor yang terasa seperti benjolan. Meski biasanya terjadi pada wanita, kanker payudara juga bisa menyerang pria.

Sementara itu, menurut artikel lain yang juga dimuat oleh Alodokter pada September 2020, dan ditinjau oleh dr. Meva Nareza, kanker leher rahim, atau yang juga disebut kanker serviks, merupakan penyakit kanker yang menyerang leher rahim pada organ reproduksi wanita, dan disebabkan oleh Human Papilloma Virus atau HPV.

Masih mengutip Alodokter, beberapa ciri kanker serviks di antaranya adalah pendarahan yang lebih banyak atau lebih sedikit saat menstruasi, perubahan warna saat keputihan, rasa nyeri saat berhubungan intim, merasakan sakit ketika buang air kecil, pembengkakan di salah satu tungkai, bercak darah di urin, juga keluarnya urin atau feses dari vagina.

Kanker payudara dan kanker serviks adalah dua jenis kanker yang banyak diderita oleh masyarakat Indonesia. Merujuk data yang dipaparkan Kemenkes per 31 Januari 2019, angka kanker payudara untuk perempuan berjumlah 42,1 per 100.000 penduduk, dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk. Sementara itu, kanker serviks menyusul dengan jumlah sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk.

Kemudian, terkait klaim pengobatan kedua jenis kanker tersebut seperti yang dibagikan di Facebook, Dokter Onkologi di MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, dr. Aru Sudoyo, menyatakan dalam wawancara dengan Tirto, bahwa bahan-bahan yang disebutkan pada unggahan tersebut secara umum baik untuk dikonsumsi. Pasalnya, memang ada manfaat dari mengonsumsi bahan-bahan tersebut untuk kekebalan tubuh dan kebugaran.

“Namun bahan-bahan tersebut hanya digunakan sebagai pendukung, bukan obat utama. Istilahnya ilmu kedokteran komplementer mendampingi terapi utama,” tuturnya pada Tirto (16/3/2021).

Menurutnya, pengobatan yang meninggalkan terapi utama disebut sebagai pengobatan alternatif.

Menurut laman Alodokter, ada beberapa pengobatan untuk kanker payudara, tergantung kondisi penderita dan jenis kanker payudara itu sendiri. Pengobatan tersebut meliputi terapi radiasi, terapi hormon, kemoterapi, dan prosedur bedah.

Senada dengan informasi di Alodokter, Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat juga menyebut operasi, kemoterapi, terapi hormon, terapi biologis, dan terapi radiasi sebagai jenis-jenis pengobatan untuk kanker payudara. Sebagai catatan, kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan untuk membunuh sel kanker, sementara terapi biologis melibatkan sistem imun tubuh untuk melawan sel kanker atau mengontrol efek samping dari metode pengobatan kanker lainnya.

Sementara itu, mengutip dari artikel kesehatan yang dimuat Halodoc, yang telah ditinjau oleh dr. Verury Verona Handayani, pengobatan kanker serviks juga kurang lebih sama dengan kanker payudara; seperti operasi, terapi radiasi, kemoterapi, terapi target, dan imunoterapi. Jenis pengobatan yang dipilih ditentukan dari stadium atau tingkat keparahan kanker hingga kondisi medis pasien.

Kemudian, dilansir dari Alodokter, pencegahan kanker payudara dapat dilakukan dengan pemeriksaan payudara secara mandiri atau pemeriksaan oleh petugas medis. Pemeriksaan disarankan untuk dilakukan secara rutin. Cara pencegahan lain yang bisa dilakukan adalah berolahraga secara rutin dan menghindari konsumsi minuman beralkohol.

Untuk mencegah kanker serviks, beberapa cara yang direkomendasikan di antaranya berhubungan seks secara aman, menerima vaksin HPV, rutin menjalankan pap smear atau prosedur untuk mendeteksi kanker serviks pada wanita, serta tidak merokok.

Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran fakta yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa informasi pengobatan kanker payudara dan kanker serviks di Facebook bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).

==============

Tirto mengundang pembaca untuk mengirimkan informasi-informasi yang berpotensi hoaks ke alamat email factcheck@tirto.id. Apabila terdapat sanggahan ataupun masukan terhadap artikel-artikel periksa fakta maupun periksa data, pembaca dapat mengirimkannya ke alamat email tersebut.

Baca juga artikel terkait PERIKSA FAKTA atau tulisan lainnya dari Irma Garnesia

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Irma Garnesia
Editor: Farida Susanty