Menuju konten utama

Kasus Pemulangan Atlet SA, Aktivis: Keperawanan Bukan Urusan Negara

Aksi longmarch di Car Free Day Bundaran HI memprotes atlet senam SA yang dikeluarkan dari Sea Games 2019 terkait tes keperawanan.

Kasus Pemulangan Atlet SA, Aktivis: Keperawanan Bukan Urusan Negara
Jaringan Muda Setara menggelar aksi dukungan moral kepada atlet SA yang dituduh tidak perawan dan dipulangkan secara paksa oleh pelatih, di aksi Long March dari Bundaran HI ke Sarinah, Minggu (8/12/2019). tirto.id/Selfie Miftahul.

tirto.id - Kelompok Jaringan Muda Setara yang mendapat dukungan dari 111 organisasi dari komunitas perempuan menggelar aksi longmarch memprotes atlet SA yang dikeluarkan dari Sea Games terkait tes keperawanan.

Koordinator Nasional Jaringan Muda Setara, Lathiefah Widuri Retyaningtyas (Tyas), mengatakan aksi dukungan moral ini sebagai wujud kepedulian yang dilakukan untuk menuntut pelatih SA meminta maaf secara langsung kepada atletnya yang mendapat perlakuan intimidatif.

Lengkap dengan atribut hitam, dan tinta merah membentuk cap tangan di wajah serta berbagai poster bertuliskan 'Keperawanan Bukan Urusan Negara', Tyas bersama puluhan aktivis lainnya menyuarakan ketidakadilan yang dialami SA.

"Kami membuat satu dukungan solidaritas kepada SA, kami mendukung SA dan keluarganya agar segera mendapat permintaan maaf secara langsung dari pelatih," jelas dia kepada Tirto di longmarch Car Free Day, dari Bundaran HI sampai Sarinah, Jakarta Pusat, Minggu (8/12/2019).

Dalam aksi ini, pihaknya juga mendesak negara dalam hal ini Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak atau pun Kemenpora untuk memberikan dukungan psikologis kepada SA yang saat ini kondisinya masih tertekan.

"Karena dia sebelum dikeluarkan dari Sea Games 2019 di Filipina itu diinterogasi dulu. Bayangkan remaja usia 17 tahun ditanya soal keperawanan kemudian dikeluarkan. Saat ini korban masih tampak cemas ketika ingin menyuarakan ketidakadilan ini," papar dia.

Dengan adanya aksi yang dilakukan ini, ia berharap pemerintah memberikan dukungan penuh untuk mengembalikan psikologis SA kembali seperti semula. Ia juga berharap tidak ada lagi kasus terhadap status keperawanan yang tak lain bertujuan untuk melakukan diskriminasi dan pelecehan terhadap perempuan.

Apalagi, kata Tyas, SA merupakan atlet yang berbakat. SA sudah mendapatkan 49 medali yang sudah didapatkan sejak kelas dua Sekolah Dasar. Sampai saat ini tim kepelatihan menyangkal adanya motif keperawanan SA.

Diskriminasi yang dialami SA menunjukkan bahwa motif keperawanan masih menjadi alat penentu untuk mengukur kecakapan, keahlian dan kepantasan seorang perempuan di tempat kerja, sekolah, di cabang keolahragaan.

"Kami sekali lagi menuntut adanya permintaan maaf secara terbuka oleh tim kepelatihan dan institusi yang telah menginterogasi dan memulangkan SA secara paksa, negara harus memulihkan nama baik dan memberikan dukungan psikologis bagi SA," tandas dia.

Sebagai informasi sebelumnya, Ayu Kurniawati, ibu kandung atlet senam artistik Shalfa Avrilia Siani, terkejut dengan pemulangan putrinya dari Pelatnas pertengahan November lalu, hanya beberapa pekan jelang pembukaan SEA Games Filipina 2019. Menurut keterangan Ayu, Shalfa dipulangkan oleh pelatihnya, Indra, karena tudingan sering keluar malam dan selaput daranya sudah robek.

“Tidak nyangka dibuang sama pelatihnya, dibuang begitu saja. Tidak ada surat tidak ada pemberitahuan," ujar Ayu di Kediri, Jumat (28/11/2019) seperti dilansir Antara.

Ayu lantas mempertanyakan alasan yang terkesan mengada-ada itu. Selain itu, tudingan pelatih kepada putrinya juga sudah terbukti tidak benar. Ayu mengaku sempat membawa Shalfa ke dokter RS Bhayangkara Kediri pada 20 November.

Ia menuturkan hasil pemeriksaan menyimpulkan hymen intact, artinya selaput dara atlet masih utuh.

“Hasilnya, masih virgin kata dokternya. Tetapi pihak pelatih meragukan hasil itu. Katanya harus dicek lagi," sambungya.

Kejadian itu hingga kini bikin Shalfa sendiri merasa terpukul. Keluarga saat ini telah menggandeng kuasa hukum untuk melaporkan kasus ini kepada Presiden Joko Widodo dan Kemenpora.

“Permasalahan adik kita atlet nasional ini, setelah kami konfirmasi dan ditemukan fakta, bahwa ada sebuah tindakan yang tidak prosedural. Kami sudah menyampaikan pengaduan pertama ke Presiden Joowi, mengingat eksistensi dari Shalfa untuk mewakili negara kita ke Sea Games," tutur Imam Muklas, kuasa hukum keluarga Shalfa, seperti diberitakan Antara.

Menpora Zainudin Amali sendiri pada hari yang sama mengeluarkan rilis resmi setelah mendengar kabar yang menimpa Shalfa. Zainudin mengaku turut prihatin, tapi dia membantah alasan yang diutarakan Ayu.

Zainudin mengklaim telah berkomunikasi langsung dengan tim pelatih dan mendapati alasan pemulangan Ayu tidak ada kaitannya dengan hal pribadi.

“Pak Indra [pelatih Shalfa] bilang yang benar atlet tersebut indisiplin dan kurang fokus, berdampak peringkatnya menurun sehingga tidak disertakan ke SEA Games. Dan digantikan oleh atlet lain yang peringkatnya jauh lebih tinggi," papar Zainudin kepada Tirto, Jumat (29/11/2019).

Shalfa sendiri merupakan atlet senam ritmik asal Kediri yang sejak lama sudah bergabung ke pelatnas. Dia tergabung di Asrama Pusdiklat Persani, Gresik.

Baca juga artikel terkait SEA GAMES 2019 atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Maya Saputri