tirto.id - Beberapa kasus monkeypox atau cacar monyet saat ini telah menyebar di Eropa dan Amerika Serikat (AS). Di Eropa ada kasus suspek (dugaan) cacar monyet yang dilaporkan di Inggris, Portugal, dan Spanyol.
Dilansir dari kantor berita Reuters pada Kamis (19/5/2022) wabah ini menyebar lewat kontak dekat dan pertama kali ditemukan pada monyet. Dengan sebagian besar terjadi di Afrika Barat dan Afrika Tengah, serta hanya sesekali menyebar di tempat lain.
Cacar monyet merupakan virus yang menyebabkan gejala demam dan ruam bergelombang yang khas. Biasanya bersifat ringan. Penyakit ini memiliki dua jenis utama yaitu pertama jenis Kongo, yang yang lebih parah dengan kematian hingga 10 persen. Dan kedua adalah jenis Afrika Barat, yang memiliki tingkat kematian sekitar 1 persen kasus.
Di negara Inggris, terdapat 9 kasus strain Afrika Barat yang telah dilaporkan sejauh ini, kantor berita Reutersmelaporkan pada Kamis (19/5/2022). Kemudian di Portugal telah mencatat 5 kasus yang dikonfirmasi dan Spanyol sedang menguji 23 kasus potensial cacar monyet. Sedangkan di AS juga telah melaporkan 1 kasus.
“Secara historis, ada sangat sedikit kasus yang diekspor. Itu hanya terjadi delapan kali di masa lalu sebelum tahun ini,” kata Profesor Kesehatan Masyarakat Internasional di London School of Hygiene and Tropical Medicine, Jimmy Whitworth.
“Sangat tidak biasa,” imbuh dia.
Untuk diketahui, cacar monyet menyebar melalui kontak dekat, baik dalam limpahan dari hewan dan lebih jarang di antara manusia. Virus ini pertama kali ditemukan pada monyet tahun 1958 silam, karena itu namanya cacar monyet, meskipun hewan tersebut sekarang dipandang sebagai hewan utama yang mungkin menjadi inang.
Di samping itu, penularan kali ini membingungkan para ahli, karena sejumlah kasus di Inggris yaitu 9 kasus pada 18 Mei 2022 diketahui tidak saling berhubungan. Dan hanya kasus pertama yang dilaporkannya pada 7 Mei 2022 baru-baru ini karena bepergian ke Nigeria. Para ahli juga sudah memperingatkan penularan yang lebih luas, jika kasus tidak dilaporkan.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Restu Diantina Putri