tirto.id - Bangsa Indonesia sangat berpotensi mengalami perpecahan dan hal itu cukup menjadi ancaman serius, mengingat bangsa ini terdiri dari berbagai macam etnis dan agama. Hal itu disampaikan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian dalam dialog pada Rakornas Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Asrama Haji Medan, Rabu (17/5/2017).
"Potensi [perpecahan] itu ada, baik eksternal maupun internal," kata Tito dalam dialog yang dihadiri Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Erry Nuradi, Kapolda Sumut Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel, dan Ketua Umum IMM Taufan Putra itu.
Kendati demikian, Kapolri menilai bahwa masyarakat Indonesia perlu merasa beruntung karena tidak mengalami persoalan yang serius setelah 71 tahun merdeka.
Namun, menurut Tito, kondisi yang tenang itu juga tidak boleh dipandang sebelah mata dan menganggap potensi-potensi perpecahan tersebut tidak ada.
Lebih lanjut Tito menjelaskan, dari sisi internal, potensi perpecahan itu timbul akibat belum terciptanya pemerataan pembangunan sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945. Kondisi itu, kata dia, dapat menimbulkan kerawanan, apalagi secara demografi, kehidupan berbangsa di Indonesia masih didominasi masyarakat "low class" atau kelas bawah.
Selain itu, kata Tito, masih kuatnya ketimpangan kesejahteraan dalam hidup bermasyarakat antara yang kaya dan kelompok miskin juga menjadi penyebab.
Kapolri menilai, kondisi itu semakin diperparah dengan adamya perilaku yang memanfaatkan dan memanipulasi demokrasi dengan memanfaatkan kelompok kelas bawah untuk kepetingan elite tertentu.
Sementara dari aspek eksternal, menurut Tito, ancaman tersebut selalu ada karena politik internasional itu bersifat anarki yakni ketidakteraturan akibat tidak adanya yang mengatur. Dalam politik anarki tersebut berlaku hukum rimba. "Siapa yang kuat, dia yang menang," kata Tito dikutip dari Antara.
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto