Menuju konten utama

Kapasitas Mentok di 30-40%, Banyak Perusahaan Pilih Kurangi Kredit

Hasil survei OJK menunjukkan pelaku usaha kompak belum memerlukan kredit di awal 2021 lantaran bisnisnya belum pulih.

Kapasitas Mentok di 30-40%, Banyak Perusahaan Pilih Kurangi Kredit
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso memberikan sambutan saat peluncuran Digital Kredit UMKM yang diselenggarakan oleh HIMBARA dan eCommerce di Jakarta, Jumat (17/7/2020). ANTARA FOTO/Humas OJK/pras.

tirto.id - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso memperkirakan pertumbuhan kredit masih akan tertahan dalam beberapa waktu ke depan. Wimboh mengatakan hasil survei lembaganya menunjukkan pelaku usaha kompak belum memerlukan kredit di awal 2021 lantaran bisnisnya belum pulih.

“Rata-rata korporasi operasinya setelah kami survei belum fully recover. Baik itu automobile (otomotif) atau motorcycle, manufaktur atau hotel berbintang itu semua belum recover. Kapasitasnya masih 30-40 persen,” ucap Wimboh dalam sebuah webinar, Selasa (26/1/2021).

Wimboh mengatakan survei lembaganya ini dilakukan pada 200 perusahaan besar di Indonesia. Periode pelaksanaan survei dijalankan rutin tiap bulannya. Hasilnya ia mendapati respons pengusaha berkebalikan dengan data-data ekonomi yang secara makro justru menunjukkan tren pemulihan.

Wimboh pun mengingat ketika 200 perusahaan itu disurvei banyak yang menjawab, “Saya belum perlu modal kerja seperti sebelum masa pandemi.”

Jawaban seperti itu menurut Wimboh berada di luar ekspektasinya. Pasalnya indikator Prompt Manufacturing Index milik IHS Markit sudah menunjukkan angka 51,3 poin, yang artinya industri seharusnya sudah melakukan ekspansi seperti meningkatkan produksi dan meningkatkan penjualan.

Lalu ia juga mendapati indeks kepercayaan konsumen juga terus membaik. Menurut data Desember 2020, posisinya sudah mencapai 96,5 poin nyaris melampaui batas 100 agar konsumen Indonesia bisa dikatakan optimis untuk melakukan konsumsi sehari-harinya.

Melihat ada perbedaan ini, Wimboh mengatakan perusahaan besar menganggap kredit terutama modal kerja hanya akan menambah beban baru. Pasalnya kredit memiliki konsekuensi berupa beban bunga yang dikhawatirkan dapat mengganggu keuangan perusahaan.

“Karena modal kerja kan beban bunga sehingga mereka menurunkan balance kredit modal kerjanya. Beberapa BUMN juga sama. Kredit BUMN di beberapa bank cukup besar juga menurunkan balance,” ucap Wimboh.

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN KREDIT atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Gilang Ramadhan