tirto.id - Berpuasa bukanlah jadi salah satu alasan orang tidak melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga. Kebanyakan orang malas berolahraga di bulan Ramadan karena takut merasa capek.
Waktu terbaik untuk olahraga selama puasa adalah ketika sore hari menjelang atau sesudah waktu buka puasa.
Hal ini disampaikan Dr. Khalid Almuti, staf dokter di Heart & Vascular Institute di Cleveland Clinic, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab mengungkapkan dalam laman The National.
“Waktu terbaik untuk berolahraga selama Ramadan adalah segera setelah atau beberapa jam sebelum berbuka puasa. Dengan demikian tubuh Anda bisa segera diisi nutrisi dan tenaga kembali secara cepat, atau Anda akan memiliki pasokan energi yang cukup untuk berolahraga secara layak,” kata Dr. Khalid Almuti.
Ia juga menjelaskan, orang yang sedang berpuasa memang perlu untuk membatasi aktivitas fisiknya agar energi di dalam tubuh bisa disimpan dan dimanfaatkan secara efektif.
Namun bukan berarti harus menghindari olahraga sama sekali, malah justru akan menumpukkan masalah kesehatan di tubuh seseorang.
Dr. Khalid mengungkapkan semakin intens olahraga yang dilaksanakan, maka semakin besar potensi cedera yang akan didapat. Angkat beban dalam waktu panjang, misalnya, dapat menyebabkan pusing dan kelelahan ekstrem. Efek yang sama juga akan didapat oleh jenis olahraga lain.
“Ada cara aman untuk tetap berolahraga selama Ramadan dengan cara mengubah rutinitas normal sehari-hari. Menjaga tubuh tetap aktif itu penting untuk menjaga kesehatan. Olahraga mampu menurunkan risiko serangan jantung, stroke, dan diabetes. Juga terbukti mampu menjaga kemampuan kognitif dan meningkatkan mood positif,” jelasnya.
Kunci menjaga kebugaran selama Ramadan sebanyak 20-30 persen ada di olahraga, sementara sisanya 70-80 persen ada di makanan dan minuman yang dikonsumsi saat sahur dan buka.
"Saat sahur penuhi karbohidrat, protein, lemak sehat misalnya dari ikan, kacang-kacangan, dikombinasikan dengan mikronutrien dari sayur kemudian mineral. 40-50 persen harus terpenuhi saat sahur, supaya bisa menahan selama 12 jam," ujar spesialis gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr Marya W. Haryono.
Sementara itu buka puasa adalah saat di mana asupan glukosa tubuh perlu dikembalikan lagi. Marya juga menambahkan supaya saat buka puasa digunakan untuk memenuhi 10-20 persen kebutuhan energi dengan nutrisi lengkap.
Ia juga menganjurkan supaya tetap menyantap makanan manis seperti madu, kurma, dan yoghurt dengan proporsi secukupnya.
Kunci agar energi yang dijaring dari makanan bisa efektif adalah dengan fokus pada makanan dengan serat dan protein yang tinggi.
Bila makanan itu dikonsumsi selama sahur, kelebihan lainnya adalah bisa menghindarkan orang yang bersangkutan dari penyakit kembung selama seharian beraktivitas.
Beragam jenis olahraga bisa menjadi pilihan bagi Anda untuk mengisi waktu luang selama puasa Ramadan dan pandemi COVID-19.
Beragam jenis olahraga tersebut di antaranya pilates, barre, HIIT, yoga, zumba, dan cardio dance. Olahraga tersebut sekaligus juga bisa menjadi pengganti rutinitas yang biasa Anda lakukan di luar rumah.
"Pada saat berpuasa, olahraga ringan merupakan pilihan yang tepat karena tubuh hanya menggunakan cadangan glukosa dan karbohidrat. Olahraga jenis ini cocok karena berfokus pada pernafasan, postur, muscle strengthening, dan stretching. Selain itu, olahraga jenis ini juga menghindari terjadinya dehidrasi berlebih,” kata instruktur barre dan pilates, Marcya Nasution seperti diwartakan Antara News.
Menurutnya, bentuk olahraga kardio juga memacu jantung dengan baik sehingga meningkatkan metabolisme tubuh. Tentunya, hal ini harus dilakukan dengan intensitas yang tidak berlebihan dan frekuensi olahraga sebanyak 2-3 kali seminggu.
“Yang harus dipahami adalah setiap kondisi tubuh itu berbeda, maka perlu untuk love and listen to your body (mencintai dan memahami kondisi tubuh). Selama di rumah, pastikan untuk melakukan aktivitas fisik secara seimbang, serta mencegah dehidrasi dengan memenuhi kebutuhan ion tubuh setiap harinya," kata dia.
Editor: Agung DH