tirto.id - Ada stigma negatif yang beredar di masyarakat bahwa jika seseorang ke psikolog, berarti dia sakit jiwa atau gila. Namun, stigma ini agaknya kurang tepat.
Berbagai masalah hidup seperti pekerjaan yang penuh tekanan, keluarga yang toksik, dan trauma akibat pelecehan atau kekerasan seksual jika tidak ditangani dengan baik dapat membuat kesehatan mental menurun.
Kesehatan mental menurun dapat menyebabkan seseorang melarikan diri dari masalahnya ke hal yang negatif seperti kecanduan minuman beralkohol, menyakiti diri sendiri, bahkan mengakhiri hidupnya sendiri.
Peristiwa lain seperti kehilangan seseorang karena kematian atau kehilangan seseorang karena putus cinta atau diselingkuhi juga bukanlah peristiwa yang mudah dilalui.
Berbagai peristiwa buruk yang telah disebutkan dapat mengakibatkan sulit tidur, kehilangan nafsu makan atau sebaliknya, dan penurunan fungsi kognitif seperti kesulitan mengambil keputusan dan ketidakmampuan berpikir jernih. Kesehatan mental yang menurun tentunya akan berdampak buruk pada kualitas hidup seseorang.
Dilansir dari American Psychological Association, jika terdapat tanda-tanda berikut sebaiknya Anda bertemu dengan profesional untuk membicarakan masalah Anda.
1. Apakah Anda atau seseorang yang dekat dengan Anda meluangkan waktu setiap minggu untuk memikirkan masalah tersebut?
2. Apakah masalah Anda memalukan, sampai-sampai Anda ingin bersembunyi dari orang lain?
3. Selama beberapa bulan terakhir, apakah masalah tersebut menurunkan kualitas hidup Anda?
4. Apakah masalah memakan waktu lama untuk Anda pikirkan, misalnya memakan waktu lebih dari satu jam per hari?
5. Apakah Anda membatasi pekerjaan atau ambisi pencapaian Anda karena memikirkan masalah tersebut?
6. Apakah Anda mengatur ulang gaya hidup Anda untuk mengakomodir masalah tersebut?
Jika semua jawaban untuk pertanyaan tersebut adalah "Ya", tidak ada salahnya menjadwalkan diri untuk bertemu dengan psikolog.
Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?
Psikolog dan Psikiater adalah profesional yang berbeda bidang keahlian meskipun masih berkutat di bidang yang sama. Dilansir dari artikel Tirto.ID, psikiater adalah dokter medis yang dapat mendiagnosis penyakit dan dapat meresepkan obat. Psikolog memang memiliki gelar doktor, namun psikolog bukanlah dokter medis.
Psikolog fokus pada psikoterapi (terapi bicara) dengan berbagai metode untuk membantu klien menyelesaikan masalahnya dan membantu memulihkan kesehatan mental klien.
Sebagai tahap awal, Anda dapat berkunjung ke psikolog untuk sekadar bercerita tentang kondisi yang Anda hadapi sehari-hari. Psikolog adalah orang yang berada di bawah Sumpah Profesi Psikologi Klinis. Artinya, cerita Anda dijamin kerahasiaannya. Bercerita pada psikolog pun berbeda dengan bercerita pada seorang teman akrab.
Psikolog memiliki pendekatan tersendiri untuk menggali perasaan kita dan menganalisa pola pikir kita. Jika masalah Anda dirasa berat dan telah mengganggu psikis Anda, psikolog biasanya merujuk Anda ke psikiater untuk diresepkan obat. Namun, fungsi obat tidak dapat menggantikan fungsi psikoterapi.
Masih dilansir dari American Psychological Assocation, studi menunjukkan bahwa efek psikoterapi memiliki efek jangka panjang bahkan setelah pengobatan berakhir. Hal ini berbeda dengan obat yang diresepkan psikiater yang memiliki efek jangka pendek. Obat yang diresepkan berfungsi untuk membantu proses realisasi agar kita lebih mudah menerima realita kondisi kita.
Berkunjung ke psikolog juga bukanlah hal yang memalukan. Berkunjung ke psikolog mungkin bisa diibaratkan mengunjungi firma hukum ketika Anda butuh nasehat hukum. Anda sebagai klien akan dibimbing untuk menyikapi kasus hukum yang menimpa Anda dari sudut pandang seorang profesional hukum.
Begitu pun ketika Anda berkunjung ke psikolog, Anda sebagai klien akan dibimbing untuk melalui peristiwa yang terjadi di hidup Anda dari sudut pandang seorang profesional di bidang psikologi klinis yang berada di bawah sumpah jabatan.
Editor: Yulaika Ramadhani