tirto.id - Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) di Jakarta dalam beberapa tahun terakhir telah meningkat. Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2023,TKK mencapai 92,43 persen. Artinya, 92 dari 100 angkatan kerja terserap ke dalam lapangan pekerjaan, sedangkan sisanya menganggur.
Tren kenaikan positif TKK ini terjadi pada angkatan kerja pria maupun perempuan. Pekerja paling banyak di sektor jasa mencapai 83,59 persen. Disusul sektor manufaktur 16,24 persen dan sisanya pekerja sektor pertanian 0,17 persen.
Capaian positif tersebut tidak lepas dari peran Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, dalam memperluas kesempatan kerja. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memperluas kesempatan kerja dengan pola di luar hubungan kerja, untuk membuka peluang penyerapan tenaga kerja di sektor informal.
“Salah satunya [kami] membentuk dan mengembangkan Tenaga Kerja Mandiri melalui program Kewirausahaan agar dapat menyerap tenaga kerja di sektor informal. Dan diharapkan ke depannya dapat merekrut tenaga kerja,” kata Heru kepada Tirto, Senin (9/9/2024).
Program tersebut menelan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp 10,46 miliar. Ini dilakukan untuk pemberdayaan masyarakat menjadi wirausahawan untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat Jakarta.
Perluasan tenaga kerja, lanjut Heru, juga dilakukan dengan pelatihan teknis kewirausahaan berbagai bidang, seperti kuliner, service AC, dan craft di Suku Dinas. Pelatihan ini paling tidak menargetkan sekitar 3.000 peserta setiap tahun sebagai bekal pembentukan tenaga kerja mandiri.
Sementara itu, dalam upaya mempersiapkan calon tenaga kerja yang berkompeten, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi (Disnakertransgi) Provinsi DKI Jakarta mengembangkan pula berbagai pelatihan berbasis kompetensi. Peningkatan keterampilan dan kompetensi tenaga kerja menjadi penting, agar angkatan kerja lebih siap untuk memasuki pasar kerja.
“Dengan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri, mereka memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan,” ucap Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi Provinsi DKI Jakarta, Hari Nugroho, kepada Tirto, Senin.
Hari mengklaim, pelatihan yang ada sudah disesuaikan dengan kebutuhan industri. Ini tentu membantu menciptakan tenaga kerja yang sesuai dengan permintaan pasar. Hal itu sekaligus mengurangi kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki pencari kerja dengan keterampilan yang dibutuhkan pemberi kerja.
“Dengan pelatihan yang berstandar global, tenaga kerja menjadi lebih kompetitif. Tidak hanya di pasar kerja lokal, tetapi juga internasional. Ini membuka peluang untuk bekerja di perusahaan multinasional atau luar negeri, yang pada gilirannya mengurangi tekanan terhadap pasar kerja lokal,” ujar Hari.
Ia menyatakan, untuk mendukung pelatihan kerja berbasis kompetensi ini, pihaknya secara aktif mempersiapkan berbagai langkah. Mulai dari pemetaan kebutuhan pasar kerja, perancangan kurikulum pelatihan, penyediaan fasilitas pelatihan, hingga pengajar yang kompeten.
“Kita kerja sama dengan membangun kemitraan dengan perusahaan, untuk mengetahui kebutuhan keterampilan yang sebenarnya dan memperbarui kurikulum secara berkala, agar sesuai dengan perkembangan teknologi,” tutur Hari.
Tantangan Pemprov DKI Jakarta
Menurut peneliti Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Muhammad Anwar, salah satu tantangan terbesar dalam menciptakan tenaga kerja berstandar global adalah ketidaksesuaian antara keterampilan yang diajarkan di lembaga pendidikan dengan kebutuhan industri. Maka, Pemprov DKI Jakarta harus secara proaktif mengembangkan sistem pendidikan yang lebih adaptif terhadap perubahan ekonomi global.
“Kurikulum pendidikan harus mencakup keterampilan yang relevan dengan perkembangan teknologi, seperti kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), analisis data, dan otomatisasi, yang menjadi pilar dari Revolusi Industri 4.0,” papar Anwar kepada Tirto.
Di samping pendidikan formal, pelatihan vokasional yang lebih fokus pada keterampilan teknis pun harus diperkuat. Banyak negara yang sukses menciptakan tenaga kerja berorientasi globa. Jerman misalnya yang telah mengadopsi model pendidikan dual system, yang menggabungkan pelatihan di tempat kerja dengan pendidikan di sekolah.
“Model semacam ini memungkinkan tenaga kerja di Jakarta untuk tidak hanya memiliki pengetahuan teoritis, tetapi juga keterampilan praktis yang langsung dapat diterapkan di dunia industri global,” urai Anwar.
Untuk menciptakan tenaga kerja yang berorientasi dan berstandar global, Pemprov DKI Jakarta pun perlu menerapkan beberapa langkah strategis yang dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja. Salah satunya dengan sinergi antara pemerintah dengan dunia usaha dan pendidikan.
Anwar menambahkan, keterampilan tenaga kerja tidak dapat ditingkatkan oleh pemerintah saja. Sinergi antara pemerintah, sektor swasta, serta institusi pendidikan sangat penting, untuk memastikan lulusan pendidikan siap menghadapi tantangan di pasar kerja global.
“Pemprov DKI Jakarta dapat mengembangkan kemitraan dengan perusahaan multinasional yang beroperasi di Jakarta, untuk menciptakan program magang dan pelatihan kerja yang relevan. Program semacam ini memungkinkan para pekerja muda memperoleh pengalaman kerja global yang sangat berharga, sekaligus membangun jaringan profesional internasional,” ungkap Anwar.
Sebagai contoh, Singapura yang memiliki reputasi sebagai hub tenaga kerja global, berhasil menarik investasi asing dengan menawarkan tenaga kerja yang terampil dan berpendidikan tinggi. Keberhasilan itu tentu berkat sinergi yang erat antara dunia usaha, pemerintah, serta lembaga pendidikan. “DKI Jakarta bisa meniru model ini untuk menarik lebih banyak investasi asing dan meningkatkan standar tenaga kerja lokal,” jelas Anwar.
Anwar mengemukakan, agar dapat bersaing di pasar global, tenaga kerja harus memiliki sertifikasi yang diakui secara internasional. Sertifikasi ini tidak hanya sebagai tanda pengakuan atas kemampuan teknis seseorang, tetapi juga menjadi alat ukur standar kompetensi yang dibutuhkan di banyak sektor. “Sertifikasi di bidang IT, manajemen proyek, dan keahlian teknis lainnya sangat dibutuhkan oleh industri global,” pungkasnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang