Menuju konten utama

Jurus Menkop Teten Buat Pedagang Bakso Bisa Go Digital

Pemerintah akan membantu pedagang bakso dan mie ayam mendapatkan NIB, mengakses perbankan untuk mendapatkan bantuan permodalan melalui skema KUR klaster.

Jurus Menkop Teten Buat Pedagang Bakso Bisa Go Digital
ilustrasi bakso pakai vetsin [foto/shutterstock]

tirto.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong agar Paguyuban Pedagang Mie & Bakso Indonesia (Papmiso) memanfaatkan teknologi digital guna mengembangkan bisnisnya. Dia yakin dengan teknologi digital, usaha pedagang mie dan bakso dapat berkembang lebih cepat.

Menindaklanjuti hal tersebut, Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM), Teten Masduki siap memberikan pendampingan kepada pedagang mie dan bakso agar bisa masuk ke pasar digital. Tidak hanya itu, pihaknya juga akan membantu pedagang untuk mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB), memfasilitasi mereka mengakses perbankan untuk mendapatkan bantuan permodalan melalui skema kredit usaha rakyat (KUR) klaster, mendapatkan izin edar, dan sertifikasi halal.

"Untuk yang online ini kita harus inovasi dan itu sudah dilakukan oleh Papmiso selama pandemi COVID-19. Ketika warung mie dan bakso terkendala jualan secara offline, Papmiso membuat bakso frozen. Jadi pedagang bakso yang ada di Papmiso ini sudah melakukan inovasi menyesuaikan dengan teknologi," katanya dalam keterangan tertulis, Senin (22/8/2022).

Teten menuturkan Indonesia akan menjadi negara terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2030 dengan potensi ekonomi digital mencapai Rp4.500 triliun. Karena itu kata dia, para pedagang bakso perlu memanfaatkan hal ini seiring dengan perintah presiden.

"Ekonomi digital kita yang sangat besar di Asia Tenggara itu juga harus dinikmati oleh para pedagang bakso, sehingga Pak Presiden mengarahkan supaya pedagang bakso harus berjualan secara online," ungkapnya.

Teten menjelaskan, program tersebut masuk dalam target pemerintah soal 30 juta UKM masuk pasar digital pada tahun 2024. Namun pada tahun ini baru tercapai sebanyak 19,5 juta UKM. Dia optimistis dalam sisa waktu dua tahun ke depan target tersebut bakal tercapai, salah satunya atas kontribusi dari para pedagang mie dan bakso.

“Sekarang ini saya sudah dapat info dari Mas Bambang (Ketua Papmiso) bahwa dari 50 ribu anggota Papmiso 1.200 sudah go online. Saya juga dapat data dari Go Food sekitar 62.700 yang jualan mie dan bakso sudah terhubung ke online. Grab Food juga sekitar 120 ribu. Jadi sebenarnya sudah cukup banyak, nanti kita ada PR dengan Papmiso bagaimana 50 ribu (anggota Papmiso) dalam dua tahun kita targetkan semua go online,” jelas dia.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Aria Bima yang juga Ketua Dewan Pembina Papmiso mengatakan Papmiso yang membawahi sekitar 50 ribu pedagang mie dan bakso dari 34 provinsi itu telah membentuk koperasi. Awal mula koperasi ini lahir saat para pedagang diserang isu bakso tikus, bakso boraks, hingga bakso tidak higienis dan tak sehat untuk dikonsumsi.

"Permintaan Ibu Megawati Soekarnoputri untuk kumpul bareng di Senayan untuk makan bakso bersama seluruh anggota Papmiso supaya membangkitkan kembali semangat pedagang dan atas Inisiatif itu Papmiso membuat koperasi,” kata Aria Bima.

Tujuan dibentuknya koperasi saat itu menurut Aria Bima agar para pedagang mie dan bakso lebih melembaga sehingga diharapkan kontrol terhadap kualitas mie dan bakso mudah dilakukan. Dengan begitu, para pedagang bisa dengan mudah mendapatkan label standar nasional Indonesia (SNI), dan izin edar dari pemerintah, serta mendapatkan sertifikasi halal.

“Bakso yang dibuat dalam industri koperasi nanti kita akan kontrol bareng-bareng supaya isu bakso tikus, isu bakso kena boraks, atau isu bakso yang kadang dianggap tidak sehat dan tidak higienis itu bisa teratasi. Untuk di Jabotabek saja 50 ribu pedagang bakso, saya kira itu akan mengatasi,” katanya dengan optimistis.

Masalah Kebutuhan Pokok Naik hingga Krisis Daging

Ketua Papmiso Bambang Haryanto mengungkapkan berbagai masalah yang sedang dihadapi oleh para pedagang mie dan bakso dewasa ini. Masalah yang paling dirasakan para pedagang yakni mahalnya harga kebutuhan pokok yang membuat ongkos produksi makin mahal. Karena itu, mereka butuh pinjaman modal tanpa agunan.

“Kami mohon kemudahan akses permodalan yang sekarang ini KUR tanpa agunan. Mudah-mudahan bisa dilaksanakan karena teman-teman ini tidak punya agunan di Jakarta. Mereka hanya merantau, agunannya di kampung halamannya. Jadi mungkin ini Pak Menteri bisa menyampaikan kemudahan KUR tanpa agunan buat pedagang mie dan bakso,” kata Bambang.

Kedua, soal krisis daging. Para pedagang mie dan bakso meminta pemerintah untuk segera mengatasi masalah tersebut, karena mereka kesulitan mengakses daging dengan harga yang terjangkau dan memenuhi keekonomian untuk berdagang bakso.

“Kami juga berharap Pak Menteri, ada solusi untuk krisis daging yang terus-menerus terjadi sampai hari ini. Mohon dibantu untuk mencarikan solusinya karena daging kita hari ini dikuasai oleh segelintir pengusaha. Jadi kita pengusaha kecil ini sulit mengakses secara langsung dengan harga yang murah,” pungkasnya.

Baca juga artikel terkait KUR atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Intan Umbari Prihatin