tirto.id - Jurnalis Tirto.ID Aditya Widya Putri menerima penghargaan Hassan Wirajuda Perlindungan WNI Award (HWPA) 2019 untuk kategori jurnalis atau media dari Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang hadir dalam acara tersebut langsung memberikan penghargaan itu.
Ada tujuh kategori lainnya, yaitu mitra kerja sama Kemlu, Kepala Perwakilan, staf Perwakilan RI, mitra kerja Perwakilan RI, masyarakat madani Indonesia, pemerintah daerah. Satu kategori terbaru yakni pelayanan publik di perwakilan RI.
Penghargaan tersebut diberikan atas jerih payah Adit merancang tulisan panjang nan mendalam yang tersaji dalam kanal indepth dan dipublikasikan pada Juli 2018.
"Semoga setelah mendapatkan award ini, aku bisa menulis soal perlindungan WNI terutama buruh migran dengan lebih baik lagi," ujarnya usai menerima penghargaan di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu (11/9/2019).
Penghargaan tersebut, menurut Direktur Perlindungan WNI Kemlu, Lalu Muhamad Iqbal dalam jumpa pers di kantin Diplomasi kompleks Kemlu, Jakarta Pusat, Rabu (8/5/2019), merupakan bentuk apresiasi terhadap pihak-pihak yang berperan dalam upaya perlindungan WNI.
Adit membuat laporan panjang mengenai lika-liku perdagangan manusia di Entikong, Kalimantan Barat. Dalam waktu seminggu, ia menjelaskan pengalaman orang-orang yang memupuk asa demi kehidupan layak sebagai buruh migran ilegal dan pengalaman aparat penegak hukum dalam memperlakukan para buruh migran. Laporan itu tersaji dalam judul "Selamat Datang di Entikong: Jalur Padat Perdagangan Manusia."
Lalu dalam artikel bersambung dengan judul "Serbasalah WNI di Perbatasan: Urusan Sembako Ditopang Malaysia."
Ia menuturkan kisah para warga yang menjalankan praktik "ngaleng". Yakni kegiatan membawakan barang hasil belanja orang lain dari Serawak, Malaysia ke Entikong. Praktik tersebut sudah lazim bagi warga perbatasan tersebut.
Adit tak hanya fokus pada kegetiran hidup calon buruh migran Indonesia dan sipil saja. Dalam tulisan berjudul "Petugas PLBN Entikong: Demi Indonesia, Kami Bertaruh Nyawa", ia melukiskan dengan kata-kata bagaimana kehidupan para penjaga portal perbatasan atau yang disebut Pos Lintas Batas Negara terasa rentan dari ancaman keamanan dan keselamatan.
Tulisan berseri itu, Adit tutup dengan sebuah kisah mengkhawatirkan mengenai upaya-upaya penyelundupan narkotika melalui wilayah perbatasan Indonesia Malaysia tersebut.
Atas penerimaan penghargaan ini, ia berharap agar isu perlindungan buruh migran bisa menjadi perhatian bersama.
"Enggak cuma jadi fokus kemlu saja tapi juga semua jajaran pemerintahan dan masyarakat," pungkasnya.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Maya Saputri