Menuju konten utama

Jurnalis Ghana Ditembak Usai Ungkap Korupsi Sepakbola

Jurnalis Tiger Eye Private Investigation ditembak karena menyelidiki korupsi dalam sepakbola Ghana.

Jurnalis Ghana Ditembak Usai Ungkap Korupsi Sepakbola
Ilustrasi penembakan. Foto/iStock

tirto.id - Ahmad Hussein Suale Divela, jurnalis Ghana, tewas setelah pelor menerjang tubuhnya pada Rabu malam, (16/01/2018) di jalanan ibukota Ghana, Accra, saat tengah di perjalanan. Divela ditembak usai melakukan penyelidikan tentang kasus korupsi sepakbola Ghana.

Divela bekerja pada Tiger Eye Private Investigation, sebuah penyedia jasa investigasi swasta yang dipimpin oleh Anas Aremaeyaw Anas.

Termasuk diantaranya adalah sebuah video dokumenter bertajuk Number 12 yang dirilis pada Juni 2018 lalu. Film itu menyelidiki tentang dugaan korupsi di persepakbolaan Afrika.

Seperti dikutip dari Guardian, Direktur Departemen Investigasi kriminal, Maame Yaa Tiwaa Addo-Danquah, mengatakan "Orang-orang kami berada di lapangan saat ini sedang mengumpulkan informasi. Semua orang yang terhubung dengan pembunuhan ini akan dipanggil untuk diinterogasi."

Oktober 2018 lalu, Kwesi Nyantyaki, ketua Ghana Football Asossiato (GFA), dijatuhi sanksi hukuman dan denda mencapai 500 ribu Dollar.

Ia tertangkap basah setelah menerima suap di depan kamera. Nantyaki dituduh telah meminta 11 Juta Dollar untuk mendapatkan kontra pemerintah.

Selain Nantyaki, delapan wasit dan asisten wasit juga dilarang masuk ke lapangan seumur hidup dan 53 pejabat dikenakan larangan 10 tahun.

Namun demikian, pada 30 Mei 2018, Kennedy Agyapong, seorang anggota parlemen dari Partai Patriotik Baru, partai yang berkuasa, mengancam mendorong penggunaan kekerasan terhadap Divela juga Anas karena keterlibatannya dalam investigasi pelaporan korupsi sepakbola di Ghana selama penampilannya di saluran TV Lokal, Net 2 TV.

Menurut laporan Comitee to Protect Journalism (CPJ), Agyapong telah menyebarkan foto wajah Divela di layar televisi.

“Apa pun yang terjadi, aku akan membayar. Karena dia Divela itu jahat,” kata Agyapong.

Sebelumnya, melalui siaran televisi juga, Agyapong juga telah mengancam Anas beserta rekan-rekannya dengan menirukan suara orang tercekiki sembari menyeret jarinya di leher.

September 2018 lalu, Divela juga sempat berkorespondensi dengan CPJ. Sejak fotonya tersebar luas ke publik, intensitas ancaman pun meningkat.

Meski ancaman itu nyata, Anas, jurnalis yang kerap memakai topi bertudung dan penutup wajah itu demi keamanannya itu pun tetap optimis. Meski dirinya tentu merasa sedih, baginya ia dan rekan-rekannya ta boleh berhenti. “Apapun yang terjadi, kita tak boleh berhenti.”

Baca juga artikel terkait PEMBUNUHAN JURNALIS atau tulisan lainnya dari AS Rimbawana

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: AS Rimbawana
Penulis: AS Rimbawana
Editor: Yantina Debora