tirto.id - Pemimpin Oposisi Venezuela, Juan Guaido kekurangan pasukan dalam upaya kudeta untuk menggulingkan Presiden Nicolas Maduro pada Selasa (30/5/2019).
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Washington Post, Guaido menyarankan agar Maduro mundur di tengah gelombang pembelot dalam militer.
Sebaliknya, seruan Guaido agar warga hingga petinggi negara maupun militer agar membelot dari Maduro tidak menghasilkan pembelotan massal.
"Mungkin karena kami masih membutuhkan lebih banyak tentara, dan mungkin kami membutuhkan lebih banyak pejabat pemerintah untuk bersedia mendukung, untuk mendukung konstitusi," kata Guaido.
Gagalnya Guaido menarik dukungan massal membuat militer loyalis Maduro mampu memukul mundur pendukung Guaido. Bahkan militer Venezuela telah menghentikan pemberontakan dalam beberapa jam setelah pemberontakan dimulai.
Maduro juga mengatakan Venezuela tidak akan pernah menyerah pada "kekuatan imperialis".
“Mereka gagal dalam rencana mereka. Mereka gagal dalam seruan mereka, karena rakyat Venezuela menginginkan perdamaian, ”kata Maduro, dikelilingi oleh elit militer dan politik Venezuela, dikutip dari Guardian.
“Kami akan terus hadir sebagai pemenang ... di bulan-bulan dan tahun-tahun mendatang. Saya tidak ragu tentang itu."
Hingga saat ini, AS yang mendukung upaya Guaido menggulingkan Maduro belum menentukan apakah akan melakukanintervensi ke Venezuela atau tidak.
Guaido menjadi pemimpin oposisi dalam pemerintahan Maduro. Sejak Januari lalu, pria kelahiran La Guaira tahun 1983 ini kerap menyampaikan upaya untuk menggulingkan Maduro.
Politikus Venezuela itu sempat menyatakan dirinya sebagai presiden sementara Venezuela pada 23 Januari 2019. Ia mengklaim bahwa konstitusi membenarkan tindakannya karena dugaan penipuan pemilihan 2018 dan Nicolas Maduro telah meninggalkan negara itu tanpa presiden.
Editor: Agung DH