Menuju konten utama

Krisis Venezuela: Maduro Klaim Gagalkan Upaya Kudeta Oposisi

Klaim kemenangan Presiden Venezuela Nicolas Maduro atas upaya kudeta oposisi.

Krisis Venezuela: Maduro Klaim Gagalkan Upaya Kudeta Oposisi
Presiden Venezuela Nicolas Maduro. ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Jasso

tirto.id - Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan upaya kudeta oleh oposisi yang dipimpin oleh Juan Guaido berhasil digagalkan.

Dikutip dari Guardian, dalam pidato selama satu jam pada Selasa (30/4/2019) malam waktu setempat, Maduro menuduh pemimpin oposisi Juan Guaido dan mentor politiknya Leopoldo Lopez berusaha untuk memicu konfrontasi bersenjata yang mungkin digunakan sebagai dalih untuk intervensi militer asing.

Pemerintah Venezuela menyebut kudeta pada Selasa sebagai bagian dari rencana yang didukung AS untuk menghancurkan revolusi Bolivarian yang ia warisi setelah kematian Hugo Chavez pada 2013.

Namun militer Venezuela telah menghentikan pemberontakan dalam beberapa jam setelah pemberontakan dimulai. Maduro juga mengatakan Venezuela tidak akan pernah menyerah pada "kekuatan imperialis".

“Mereka gagal dalam rencana mereka. Mereka gagal dalam seruan mereka, karena rakyat Venezuela menginginkan perdamaian, ”kata Maduro, dikelilingi oleh elit militer dan politik Venezuela.

“Kami akan terus hadir sebagai pemenang ... di bulan-bulan dan tahun-tahun mendatang. Saya tidak ragu tentang itu."

Maduro mengatakan kelompok pemberontak akan menghadapi tuntutan pidana "untuk kejahatan berat yang telah dilakukan terhadap konstitusi, aturan hukum dan hak untuk perdamaian".

Klaim kemenangan Maduro itu dibantah oleh Guaido, pemimpin oposisi muda yang telah berjuang untuk menggulingkan Maduro sejak Januari.

Melalui sebuah pesan video miliknya - direkam di lokasi yang tidak diketahui - Guaido mengklaim Maduro tidak lagi mendapat dukungan dan tak dihormati lagi oleh angkatan bersenjata Venezuela.

Guaido bahkan mengklaim upaya menggulingkan Maduro akan terus dilakukan. Ia menyerukan agar pendukungnya kembali turun ke jalan-jalan pada hari Rabu (1/5/2019) untuk melanjutkan aksi yang disebutnya “Operation Freedom”.

Maduro Dituding akan Pergi ke Kuba

Menlu AS Mike Pompeo mengatakan bahwa tak hanya Departemen Luar Negeri tetapi intelijen dan militer "sangat fokus untuk melindungi rakyat Venezuela, memulihkan martabat mereka, menumbuhkan ekonomi mereka.

Dikutip dari CNN, Pompeo mengatakan Venezuela menghadapi "krisis kemanusiaan yang mengerikan." Pompeo juga mengatakan Maduro sedang bersiap untuk pergi ke Kuba.

Tak tanggung-tanggung, di lokasi yang berbeda, Presiden AS Donald Trump mengancam akan memberlakukan "embargo penuh" terhadap Kuba jika negara itu memberikan dukungan militer kepada Venezuela.

Namun Maduro membantah tudingan Pompeo bahwa dirinya akan pergi ke Kuba. Maduro mengatakan klaim Pompeo adalah "kegilaan" dan menyebut mereka mengatakan sebuah "kebohongan dan manipulasi."

Rusia juga membantah klaim Pompeo dan meyakini bahwa Maduro akan tetap berada di Venezuela.

"Washington mencoba yang terbaik untuk menurunkan moral tentara Venezuela dan sekarang menggunakan [klaim] palsu sebagai bagian dari perang informasi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova, dikutip dari CNN.

Maduro-Rusia vs Guaido-AS

Kementerian Luar Negeri Rusia menuding kelompok oposisi melakukan kekerasan yang berujung bentrok di ibu kota Venezuela.

Tak hanya itu, dikutip dari Moscow Times, Rusia yang telah memasok senjata ke Venezuela dan bertindak sebagai pemberi pinjaman, menuduh AS berusaha "merusak" pemerintahan Maduro, seseorang yang dianggap Moskow sebagai salah satu sekutu terdekatnya di Amerika Latin.

"Oposisi radikal di Venezuela sekali lagi kembali ke metode konfrontasi yang keras," kata kementerian luar negeri.

"Alih-alih menyelesaikan perbedaan politik secara damai, mereka melncarkan rencana untuk memicu konflik, dan memprovokasi pelanggaran ketertiban umum dan bentrokan yang melibatkan angkatan bersenjata."

Presiden Vladimir Putin sudah membahas situasi di Venezuela pada pertemuan Dewan Keamanan hari Selasa lalu.

Rusia bahkan telah mengirim hampir 100 personel militer ke Caracas, sebuah kontingen yang disebut Kremlin sebagai spesialis militer.

Namun, kantor berita Rusia mengutip kedutaan Rusia di Venezuela pada hari Selasa mengatakan bahwa personel Moskow tidak terlibat dalam bentrokan antara oposisi dan pihak berwenang.

Di sisi lain, AS terus mengumandangkan kebebasan warga Venezuela. Trump dalam cuitannya mengatakan "Saya terus memantau situasi di Venezuela. AS berada di sisi warga Venezuela dan kebebasan mereka."

AS menjadi salah satu negara yang mendukung kelompok pemberontak yang dipimpin Guaido untuk menggulingkan Maduro.

Ketika ditanya apakah AS sedang mempertimbangkan intervensi militer terkait situasi di Venezuela, Penasehat keamanan AS, John Bolton mengatakan bahwa "semua opsi ada di atas meja."

Saat ditanya tentang ancaman intervensi Rusia, Bolton mengatakan pemerintahan Trump telah menjelaskan kepada Moskow betapa seriusnya mereka memandang situasi di Venezuela.

"Kami berharap Rusia tidak mengganggu apa yang terjadi di Venezuela," katanya dikutip dari DW.

Baca juga artikel terkait KRISIS VENEZUELA atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Politik
Penulis: Yantina Debora
Editor: Agung DH