tirto.id - Tunggal putra Indonesia perlu waktu 12 tahun untuk kembali merebut medali emas dalam gelaran Asian Games. Setelah Taufik Hidayat di Asian Games 2006 Qatar, Jonatan "Jojo" Chirtie akhirnya mampu mengulangi prestasi legenda bulutangkis Indonesia tersebut.
Dalam laga final Asian Games 2018 di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (28/8/2018), Jojo merebut emas setelah mengalahkan tunggal putra Taiwan, Chou Tienchen. Dalam waktu 70 menit, Jojo menang rubber set 21-18, 20-22, dan 21-15.
Menyoal prestasinya itu, Jojo tak mengira bahwa ia bisa meraih medali emas. Ia mengatakan, "Saya tak menyangka bisa meraih emas. Asian Games adalah tempatnya para pebulutangkis terbaik. Karena berkat dari Tuhan, saya pun bisa menang."
Mengenai pertandingan tadi, Jojo sadar bahwa lawannya agak tegang. "Waktu pertama kali salaman sebelum pertandingan, tangannya [Chou] terasa dingin. Saya rasa ia tegang," ujar Jojo. Selain itu, ia juga memanfaatkan kelelahan yang dialami Chou saat melawan Ginting di pertandingan semifinal.
Jojo mempersembahkan emas yang ia Raih untuk Tuhan. Menurutnya, tanpa campur tangan Tuhan, ia tidak mungkin meraih emas. Selain itu, ia juga mempersembahkan emas itu untuk keluarga yang terus mendukungnya. Bahkan, keluarganya setidaknya dua kali sehari mengunjungi Jojo di sepanjang Asian Games.
"Papa berpesan kepada saya bahwa ia ingin mengumandangkan lagu Indonesia Raya. Secara tidak langsung, ia ingin saya menang," kata Jojo menyoal dukungan dari keluarganya.
Yang menarik, menyoal selebrasi buka bajunya, Jojo mengakui bahwa itu merupakan ekspresi spontan.
Dikutip dari Antara, setelah kemenangan atas Chou Tien-chen, Jojo melakukan selebrasi dengan membuka bajunya. Penonton langsung berdiri memberikan tepuk tangan paling meriah untuk sang juara.
"Indonesia.. Indonesia.. Indonesia," teriak penonton.
Penulis: Renalto Setiawan
Editor: Ibnu Azis