Menuju konten utama

Jokowi, Trans Papua, dan Ambisi Menunaikan Janji

Proyek Trans Papua sudah digarap jauh sebelum Presiden Jokowi, tapi pada masa Jokowi proyek ini dijanjikan selesai 2019.

Jokowi, Trans Papua, dan Ambisi Menunaikan Janji
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo (kanan) berfoto dengan latar Danau Habema usai meninjau Jalur Trans Papua menggunakan motor trail di Habema, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Rabu (10/5). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

tirto.id - Aksi Presiden Jokowi mengendarai motor trail di ruas jalan berbatu Trans Papua sempat viral di media sosial pada awal Mei tahun lalu. Jokowi kala itu seolah ingin menunjukkan kepada khalayak, bahwa tidak mudah membangun infrastruktur di Papua.

“Betapa sulitnya medan di sini. Sangat berat. Membelah belantara, naik gunung yang tinggi. Inilah medan yang dialami Kementerian PU maupun TNI, yang bersama-sama membangun Trans Papua ini,” kata Jokowi dalam vlog-nya

Kini, Trans Papua kembali jadi buah bibir. Lokasi yang pernah dilintasi Jokowi saat touring telah terjadi insiden bersenjata yang memakan korban jiwa. Catatan polisi, ada 15 pekerja proyek pembangunan Jalan Trans Papua di Kabupaten Nduga, Papua, dipastikan meninggal. Pekerja proyek Jalan Trans Papua itu diketahui merupakan karyawan dari PT Istaka Karya.

Istaka Karya merupakan satu dari sekian kontraktor yang tengah mengerjakan proyek Trans Papua. Saat ini, Istaka Karya mendapatkan jatah untuk membangun 14 jembatan sepanjang jalan Habema-Mugi, Kabupaten Nduga, Papua.

“Dari 14 jembatan tersebut, Istaka Karya mendapatkan kontrak dengan pemerintah dengan nilai sebesar Rp184,4 miliar,” kata Yudi Kristianto, Sekretaris Perusahaan PT Istaka Karya seperti yang dilaporkan Tirto.

Gara-gara kejadian itu, pekerjaan proyek Trans Papua terpaksa dihentikan sementara waktu, terutama untuk segmen 5. Adapun, penghentian pengerjaan proyek Trans Papua tersebut merupakan hasil rekomendasi dari polisi. Segmen 5 merupakan wilayah proyek Jalan Trans Papua yang digarap oleh Istaka Karya dan PT Brantas Abipraya. Segmen 5 meliputi wilayah Wamena, Habema, Kenyam, dan Mamugu dengan panjang mencapai 278 km.

Trans Papua dan Jokowi

Jokowi memiliki program kerja bernama Nawacita. Dari sembilan agenda yang disebutkan di dalam Nawacita, membangun Indonesia dari pinggiran menjadi poin yang sering dikumandangkan.

Papua adalah wilayah yang paling menjadi perhatian utama Jokowi, dan wilayah lainnya di luar Jawa. Di dalam Laporan 4 Tahun Jokowi-JK yang dirilis pemerintah, Papua menjadi satu-satunya provinsi yang diulas di laporan tersebut. Perhatian Jokowi terhadap Papua juga sudah terlihat ketika masih berkampanye pada 2014. Papua menjadi tempat kampanye pertama Jokowi, sebelum akhirnya terpilih sebagai presiden periode 2014-2019.

“Kenapa pertama kampanye di sini? Karena saya tahu matahari selalu terbit dari timur, terbit dari Papua. Saya adalah calon presiden pertama yang kampanye di Papua,” tuturnya pada 5 Juni 2014 dikutip dari Detik.

Usai terpilih, Jokowi langsung menjadikan Papua sebagai salah satu perhatian utama dalam mengakselerasi pemerataan di kawasan timur Indonesia. Tema besarnya adalah membangun Papua untuk kemakmuran. Di antara program pemerintah di Papua, Jalan Trans Papua menjadi proyek yang paling ditonjolkan. Proyek yang menghubungkan Papua Barat dan Papua ini bertujuan membuka keterisolasian antar daerah di Papua.

“Untuk Trans-Papua kita harapkan target maksimal 2019 harus semua sudah tersambung,” kata Presiden Jokowi di Jayapura, Sabtu, 9 Mei 2015.

Infografik Target jalan trans papua

Pembangunan Trans Papua sudah dimulai sejak pemerintahan Presiden B.J Habibie, dan diteruskan oleh presiden-presiden berikutnya, termasuk Jokowi. Rencananya, Jalan Trans Papua sepanjang 4.330 km rampung pada 2019.

Pada masa Jokowi, panjang Jalan Trans Papua yang harus dibuka atau ditembus adalah sepanjang 1.066 km. Sampai dengan akhir 2017, Jokowi sudah membuka jalan 910 km, atau 85 persen.

Secara keseluruhan, progres Jalan Trans Papua sudah mencapai 4.174 km atau 96 persen dari target jalan yang dibuka sepanjang 4.330 km. Namun, panjang jalan 4.330 km itu tidak akan seluruhnya beraspal.

“Kami optimistis target bisa tepat waktu. Namun, jalan itu tidak seluruhnya beraspal. Sekitar 1.800 km tidak akan beraspal pada akhir 2019,” kata Atyanto Busono, Direktur Preservasi Jalan Kementerian PUPR kepada Tirto.

Jalan Rusak di Trans Papua

Upaya membangun jalan Trans Papua, pemerintah memang menghadapi kendala, mulai dari medan yang sulit, akses yang terbatas, hingga menyangkut keamanan. Pada 2016, pekerja konstruksi Trans Papua bahkan pernah diculik.

Kendala semacam ini membuat pemeliharaan jalan menjadi terhambat. Pada awal 2018, jalan rusak di Trans Papua bahkan sempat viral. Di ruas Trans Papua, yakni Merauke-Boven Digoel, terdapat jalan rusak parah sepanjang 58 km.

Atyanto menjelaskan jalan yang rusak parah di salah satu ruas Trans Papua itu disebabkan kualitas jalan yang dibangun tidak begitu baik. Hal itu dikarenakan tujuan awalnya adalah membangun jalan sepanjang-panjangnya, bukan kualitas. “Dulu itu kami mementingkan konektivitas dulu. Yang penting terhubung, buka jalan terus diberi aspal dan pasir. Tapi sekarang sudah diganti. Pondasinya diberi semen, dan diaspal dengan ketebalan 5 cm. Sudah mulus,” katanya.

Selain itu, pemerintah juga membangun drainase besar di kanan-kiri jalan yang rusak untuk mencegah timbulnya genangan air di jalan. Hal ini dilakukan karena daya serap tanah di Papua terhadap air agak rendah. Atyanto membantah kerusakan jalan disebabkan jarangnya kendaraan bermotor yang melalui jalan Trans Papua. Menurutnya, setiap Jalan Trans Papua yang dibuka, intensitas penggunaan jalannya terus meningkat.

Jalan Trans Papua memang bagian dari ambisi Jokowi menunaikan janji kampanye untuk dalam kemasan narasi pembangunan konektivitas, efisiensi biaya logistik dan transportasi. Namun, Jokowi nampaknya bakal kesulitan memuluskan targetnya di tengah ketegangan yang sedang terjadi di lapangan.

Baca juga artikel terkait PROYEK JALAN TRANS PAPUA atau tulisan lainnya dari Ringkang Gumiwang

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Ringkang Gumiwang
Editor: Suhendra