tirto.id - Nilai tukar rupiah di tahun 2019 mendatang diperkirakan masih akan berfluktuasi. Presiden Joko Widodo dalam pidato Rencana Anggaran Pedapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019 menyampaikan, masih banyak faktor yang akan menjadi tantangan dalam menjaga stabilitas dan pergerakan nilai tukar mata uang Garuda.
Jokowi mengatakan, faktor eksternal di antarnya berasal dari dinamika ekonomi di negara maju, termasuk normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat dan Eropa, serta perkembangan ekonomi Cina. Meski demikian, Jokowi mengingatkan bahwa tantangan itu tidak hanya dialami oleh rupiah, tetapi juga oleh banyak mata uang global.
Dengan demikian, pemerintah menargetkan “Nilai tukar rupiah tahun 2019 diperkirakan berada di kisaran Rp14.400 per dolar Amerika Serikat,” kata Jokowi dalam pidatonya di Gedung DPR RI, Kamis (16/8).
Kebijakan perdagangan serta kenaikan suku bunga di AS turut memengaruhi kondisi keuangan di pasar domestik, termasuk pergerakan suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan. Oleh sebab itu, perbaikan kinerja ekonomi nasional dan terjaganya laju inflasi, diharapkan dapat menjadi mitigasi dalam menghadapi tekanan ekonomi global.
“Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, Suku Bunga SPN 3 bulan tahun 2019 diperkirakan rata-rata 5,3 persen,” ucapnya.
Pada RAPN 2018 yang diumumkan pertengahan tahun lalu, pemerintah mematok nilai tukar rupiah sebesar Rp13.500 per dolar AS. Nyatanya, Kementerian Keuangan mencatat nilai tukar mata uang Garuda sepanjang paruh pertama 2018 rata-rata berada di posisi Rp13.746 per dolar AS. Sedangkan secara tahun kalender atau year to date, realisasi nilai tukar rupiah mencapai Rp13.855 per dolar AS.
Penulis: Dea Chadiza Syafina
Editor: Alexander Haryanto