tirto.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memamerkan capaian kinerjanya selama 10 tahun dalam Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR-DPD RI Tahun 2024. Selama dua periode, kata Jokowi, pemerintahannya berhasil membangun sebuah pondasi dan peradaban baru.
Sampai saat ini, kata Jokowi, pemerintahannya telah membangun 366 ribu kilometer jalan desa, 1,9 juta meter jembatan desa, 2.700 kilometer jalan tol baru, dan 6.000 kilometer jalan nasional, utamanya Jalan Trans dan Perbatasan Papua, Kalimantan, NTT, dan Jalur Pantai Selatan Jawa.
Selain itu, pemerintahannya juga berhasil membangun sebanyak 50 pelabuhan dan bandara baru, serta 43 bendungan, dan 1,1 juta hektare jaringan irigasi baru.
“Dengan pembangunan itu, kita berhasil menurunkan biaya logistik dari sebelumnya 24 persen menjadi 14 persen di tahun 2023,” kata Jokowi dalam pidatonya di Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR-DPD RI Tahun 2024, Jumat (16/8/2024).
Jokowi mengklaim, dengan capaian pembangunan tersebut peringkat daya saing Indonesia berhasil meningkat dari 44 menjadi peringkat 27 di 2024.
Sebelumnya Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal, mengamini bahwa jika dilihat dari kebermanfaatannya pembangunan infrastruktur dilakukan Jokowi selama 10 tahun terakhir cukup banyak dirasakan oleh masyarakat. Walaupun tetap tidak bisa juga menghilangkan juga beberapa dampak dari pembangunan infrastruktur tersebut.
“Kami melihat banyak manfaatnya secara ekonomi dan dirasakan oleh masyarakat walaupun juga ada dampaknya terhadap golongan masyarakat lain yang mau tidak mau ada dampak kurang menggembirakan juga,” kata Faisal kepada Tirto, Rabu (14/8/2024).
Faisal mengatakan, pembangunan infrastruktur era Jokowi tidak melulu positif meski kebermanfaatannya dirasakan oleh masyarakat banyak. Contohnya soal konektivitas jalan tol yang selama ini dianggap memudahkan masyarakat untuk lalu lintas, tapi kelemahannya belum mampu menekan biaya logistik barang di jalur darat.
Sementara untuk sektor laut sendiri, meski sudah pelabuhan di Jawa dan luar Jawa tapi belum mampu menurunkan ongkos logistik secara signifikan. Ini artinya, kata Faisal, jika melihat dalam sisi pembangunan infrastruktur secara fisik memang banyak transformasi, tapi belum kelihatan manfaat yang signifikan terhadap ekonominya seperti diklaim Jokowi.
“Semestinya dengan infrastruktur yang baik pusat ekonomi tumbuh dan ini belum kelihatan selama 10 tahun terakhir. Ke depan perlu ada penguatan di sana bagaimana infrastruktur ini bisa berdampak ke pertumbuhan ekonomi,” jelas dia.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz