tirto.id - Asuransi Jiwasraya diduga membeli saham gorengan yang menyebabkan BUMN tersebut menderita kerugian. Kementerian BUMN pun meminta Kejaksaan untuk memeriksa investasi Jiwasraya di "saham gorengan" yang merugikan itu.
"Jadi ada bahayanya, kalau kita lihat saham dari yang diinvestasikan Jiwasraya memang saham gorengan. Saya main saham juga jadi tahu itu saham 'gorengan', tapi fundamentalnya itu 'digoreng' saat tertentu. Makanya kita minta Kejaksaan meneliti," jelas staf khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga di Gedung Kementerian BUMN, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Selatan (21/11/2019).
Saham "gorengan" merupakan istilah tidak resmi di pasar saham, untuk menyebut saham-saham yang bisa memberikan keuntungan dalam waku singkat karena isu tertentu. Padahal, saham tersebut bisa jadi secara fundamental tidak menguntungkan secara jangka panjang.
Arya menjelaskan, laporan BPK terkait kesalahan investasi Jiwasraya ini sudah ada. Ia berharap hasil audit BPK tersebut juga bisa dijadikan acuan bagi Kejaksaan dalam melakukan pemeriksaan.
"Kita lagi cari laporan BPK-nya. Kayaknya sempat masuk BPK Ini bisa jadi acuan untuk pegangan bagi Kejaksaan," terang dia.
Jiwasraya kini sedang dibelit masalah. Sejak setahun lalu, mereka rugi besar. Kerugian berlanjut hingga tahun 2019. Periode sembilan bulan pertama 2019, kerugian setelah pajak yang dicatatkan Jiwasraya menyentuh angka Rp13,74 triliun.
Sementara itu, hingga tutup buku 2018, rugi setelah pajak yang dibukukan Jiwasraya mencapai Rp15,89 triliun. Keuntungan sempat direguk perseroan ini periode 2009-2017.
Pada tahun 2017, Jiwasraya hanya mampu mengantongi duit Rp430 miliar setelah audit. Sebelum melaporkan nilai keuntungan itu, Jiwasraya sempat mengklaim mencatat laba bersih sebesar Rp2,4 triliun. Angka ini lebih tinggi dari laba 2016 yang sebesar Rp2,14 triliun.
Meski memiliki utang yang besar, pemerintah masih berusaha keras untuk memperbaiki kondisi Jiwasraya. Arya mengatakan, ada produk dari Jiwasraya yang bagus dan patut untuk dipertahankan.
"Jiwasraya juga ada bisnis yang sangat bagus kita pilah mana yang baik mana yang enggak baiknya. Itu lagi kita pilah, itu yang dipakai untuk mencari investor. Lagi dianalisis yang bagusnya," jelas dia.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti