Menuju konten utama

Jika Berziarah ke Betlehem, Menginaplah di Hotel Banksy

Banksy, salah satu seniman paling misterius dunia sekaligus simbol seniman-politis, membuat hotel di Palestina agar orang-orang bisa merasakan hidup di bawah pendudukan Israel.

Jika Berziarah ke Betlehem, Menginaplah di Hotel Banksy
Pengingapan The Walled Off Hotel yang dibangun oleh Banksy di Tepi Barat, Palestina. FOTO/Banksy

tirto.id - Di Bethlehem, sebuah pesanggrahan dibangun tepat di kota salah satu bagian Tepi Barat, kota Palestina yang diduduki Israel. Tepat di depan pesanggrahan itu tembok beton melingkar menutupi akses warga Palestina yang hendak masuk ke Betlehem. Lanskap tandus yang mirip kamp konsentrasi dilengkapi serdadu Israel yang berjaga dengan senjata berat, menjadi pemandangan pesanggrahan tersebut.

Pesanggrahan atau wisma tamu tersebut dibangun oleh Banksy, seniman misterius yang terkenal dengan berbagai karya visualnya yang memiliki elemen protes sosial. Kebanyakan karya seni Banksy berada di tembok-tembok kota, di jalanan, dan di tempat yang tak pernah Anda bayangkan akan menjadi kanvas seni.

Namun, kali ini Banksy membangun pondok peristirahatan ini bukan tanpa sebab. Ia ingin menghadirkan pengalaman menginap dengan rasa cemas dan ketakutan yang sehari-hari dirasakan penduduk Palestina.

Penginapan yang diberi nama The Walled Off ini hanya memiliki 10 kamar dan hanya mendapatkan paparan sinar matahari selama 25 menit dalam sehari. Tembok besar di seberang penginapan membuat pesanggrahan ini tak memiliki elemen penting yang membuat penginapan menjadi nyaman seperti pemandangan indah, jauh dari akses pusat hiburan, apalagi lingkungan yang aman. Banksy ingin memberikan pengalaman bagaimana rasanya hidup di bawah penjajahan dan keterbatasan akses akibat pendudukan Israel.

Penginapan ini juga berfungsi sebagai museum. Di dalamnya ada karya rupa dari Banksy. Ia juga berfungsi sebagai medium protes karena dihiasi dengan lukisan, patung, dan seni instalasi yang menjadi ciri Banksy. Kamar presidential suite memiliki jacuzzi yang terbuat dari tangki air berlubang bekas tembakan, dan kamarnya serupa barak tentara. Hotel ini menjadi instalasi seni yang membuat pengunjungnya bisa merasakan atmosfer protes getir namun jenaka yang memang menjadi ciri khas Banksy.

Seluruh kamar yang ada di hotel ini memiliki satu kesamaan, yaitu menghadap dan memberikan pemandangan tembok dan pemukiman ilegal yang dibangun oleh pemerintah Israel.

“Tembok-tembok jadi keren sekarang, tapi aku sudah suka dengan tembok jauh sebelum Trump membuatnya keren,” kata Banksy.

Seniman jalanan asal Inggris ini datang pertama kali ke daerah Palestina yang diduduki Israel sepuluh tahun lalu, meninggalkan banyak lukisan di antara tembok-tembok Israel dan menjadikannya tujuan wisata yang penting.

Beberapa di antaranya adalah karya berjudul Balon Debate, Unwelcome Intervention, Escapism, Sea View, Window on The West Bank, Art Attack hingga Cut It Out yang dibuat pada 2005. Namun, salah satu karya penting Banksy di Palestina barangkali adalah mural berjudul Girl Searching Soldier yang berlokasi di Tembok Tepi Barat di Betlehem. Karya ini dibuat pada 2007 dan menggambarkan anak perempuan yang memeriksa tentara bersenjata. Ia mengkritik kekerasan, patriarki, dan militerisme dalam satu gambar visual.

Kemunculan karya-karya Banksy di Palestina dan daerah pendudukan Israel membuat industri pariwisata negara itu meningkat. Tentu tidak sebesar para peziarah yang hendak mengunjungi Yerusalem, tetapi bagi banyak orang bisa tinggal di hotel yang dibangun berdasarkan karya-karya penting Banksy adalah pengalaman sekali seumur hidup.

Hotel-hotel mulai bermunculan di daerah di mana Banksy membuat kayra dan menambah pekerjaan bagi masyarakat Arab atau Yahudi yang tinggal di sekitar Palestina atau pendudukan Israel. The Walled Off baru akan dibuka pada 20 Maret mendatang. Kepada para pengunjung kelak Banksy berpesan bahwa hotel yang ia bangun bukan sekedar tempat melancong, melainkan “obat untuk fanatisme dengan tempat parkir terbatas.”

Pengelola The Walled Off berharap kelak akan lebih banyak warga Israel, atau dunia, yang datang menginap dan melihat realitas dari dekat bagaimana militer Israel memperlakukan warga Palestina. Membuka mata mereka tentang kondisi lapangan pos-pos keamanan yang kerap mendiskriminasi warga Palestina.

Manajer hotel ini, seperti diwartakan The Guardian, mengundang siapapun, termasuk orang Israel untuk merasakan pengalaman menjadi warga Palestina yang hidup di bawah kungkungan tembok.

Untuk mengunjungi hotel ini, Anda kemungkinan akan melanggar hukum. Warga Israel dilarang mengunjungi Betlehem dan situs-situs penting di daerah itu. Meski hotel Banksy secara spesifik berada di daerah Palestina yang diduduki oleh militer Israel, yang artinya warga Israel bebas datang, tapi untuk mengakses The Walled Off mereka harus melalui daerah-daerah terlarang.

The Walled Off sendiri merupakan gedung bekas studio keramik. Konsep penting yang jadi penanda mengapa penginapan ini penting adalah elemen kolonialisme yang membuka sejarah panjang peran Inggris dalam pembentukan pemerintah Israel di tanah Palestina.

“Tepat 100 tahun sejak Inggris mengambil alih Palestina dan membuat perubahan yang mengakibatkan kekacauan,” kata Banksy dalam pernyataan resmi.

Pembangunan The Walled Off dirahasiakan selama 14 bulan dari pemerintah militer Israel di Tepi Barat. Banksy mengklaim bahwa penginapannya ini memiliki pemandangan paling buruk di dunia. Tembok-tembok simbol penindasan Israel yang dibangun sejak 2002 ini memiliki cerita kelam: tentang bagaimana bom bunuh diri membunuh baik warga Israel dan Palestina, tentang bagaimana diskriminasi terhadap akses tanah bagi masyarakat Palestina, dan kooptasi lahan oleh militer dari pemilik aslinya.

Penginapan ini juga menjadi rumah untuk karya seniman-seniman Palestina yang dikurasi oleh profesor dari universitas Essex bernama Gavin Grindon bersama kurator asal Betlehem bernama Housni Alkateeb Shehada. Mereka berusaha memberikan pandangan soal bagaimana masyarakat Palestina, khususnya seniman merespons realitas di sekitar mereka.

Menjadi seniman di Palestina adalah upaya bertaruh nyawa, karena seringkali karya mereka mesti berhadapan dengan otoritas militer Israel.

Infografik Banksy

Pada mulanya, karya-karya seniman Palestina ingin diproyeksikan atau dibuat di tembok seberang hotel, tapi batal karena risikonya tinggi. Pengawasan aparat militer Israel bisa sangat represif di Betlehem. Tak pernah ada aturan resmi dari militer, “Kami tak tahu apa yang ada di sana dan apa yang dilarang oleh para tentara,” kata Shehada.

The Walled Off merupakan karya penting lain Banksy setelah proyek besarnya bertajuk Dismaland yang dibuat pada 2015 lalu. Dismaland sendiri merupakan taman hiburan dengan suasana muram dan mengerikan yang menggambarkan kiamat sosial dunia. Dismaland menghadirkan karya-karya kritis Banksy yang merespons tema seperti pengungsi, perang, pemanasan global, hingga kejahatan kebencian.

Dismaland dibuat dengan tajuk “taman rekreasi keluarga yang tak cocok untuk anak kecil.” Karya-karya yang ditampilkan, selain mengerikan juga membuat mereka yang percaya dengan cerita indah ala Disney menjadi merasa trauma.

Ada karya instalasi malaikat pencabut nyawa yang sedang duduk di mobil listrik, Cinderella yang mengalami kecelakaan dan difoto oleh paparazzi, serta putri duyung yang mengalami kerusakan wajah. Setiap instalasi yang ada merupakan representasi dari masalah sosial yang ada di Inggris dan dunia.

Baca juga artikel terkait SENIMAN atau tulisan lainnya dari Arman Dhani

tirto.id - Humaniora
Reporter: Arman Dhani
Penulis: Arman Dhani
Editor: Maulida Sri Handayani