tirto.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI memastikan jemaah haji sakit yang dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) tetap dimonitor oleh petugas kesehatan dari Indonesia.
Kepala Bidang Kesehatan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, M Imran menjelaskan jemaah haji sakit khususnya yang dirawat di RSAS tetap membutuhkan dukungan dan pemantauan dari tenaga kesehatan Indonesia.
“Jemaah haji sakit yang dirujuk ke RSAS akan selalu dikunjungi oleh petugas kesehatan setiap harinya. Petugas ini akan melihat progres pengobatan jemaah hingga memberikan support moril agar jemaah haji tetap semangat menjalani pengobatan hingga sembuh,” ujar Imran dalam keterangan tertulis, Senin (12/6/2023).
Oleh sebab itu, PPIH membentuk tim visitasi untuk mengunjungi jemaah haji sakit di RSAS.
“Kegiatan visitasi juga dilakukan untuk memberikan dukungan nutrisi, konsultasi medis, penyiapan kepulangan jemaah pasca rawat inap serta melakukan pendataan jemaah haji yang dirawat,” sambung Imran.
Hingga Sabtu (10/6/2023), tim visitasi KKHI Makkah telah mengunjungi 20 jemaah haji sakit yang sedang dirawat di empat RS Arab Saudi yaitu RS King Abdullah, RS King Faisal, RS King Abdul Aziz, dan RS Heera Makkah.
Penanggungjawab visitasi KKHI Makkah Muhammad Sakti menyatakan petugas memonitor diagnosis, penanganan, hingga jadwal pemulangan dari RS.
“Kami harus tahu diagnosis dari dokter RS Arab Saudi yang merawat jemaah haji sakit, penanganan yang diberikan seperti apa, hingga selanjutnya apakah sudah boleh dipulangkan atau perlu penanganan lebih lanjut,” kata Sakti.
Sakti mengklaim pelayanan jemaah haji sakit di RSAS relatif lancar. Kendala yang sering dialami yaitu masalah komunikasi terutama dalam perbedaan bahasa.
Kendala bahasa sering terjadi antara dokter yang menangani di RSAS dengan pasien asal Indonesia yang tidak mengerti bahasa Inggris dan Arab.
“Kendala bahasa ini dapat menghambat proses pengobatan jemaah haji yang sakit,” ucap Sakti.
Sering kali jemaah sakit juga tidak bisa menyampaikan keluhannya kepada dokter RSAS karena perbedaan bahasa. Oleh karenanya, tim visitasi ikut membantu sebagai penghubung dalam menjembatani komunikasi antara dokter RSAS dan pasien.
“Selain itu kami juga diminta RSAS untuk menjelaskan prosedur penanganan yang akan diberikan kepada jemaah haji sakit,” tambah Sakti.
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Gilang Ramadhan