tirto.id - Jelang perayaan Iduladha 1440 Hijriyah pada Ahad, 11 Agustus 2019, harga komoditas terpantau merangkak naik.
Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPi) Abdullah Mansuri mengatakan, kenaikan tertinggi dialami oleh cabai.
“Laporan dari seluruh pasar yang hari ini jualan, hampir seluruh komoditas naik. Tapi yang tertinggi ya cabai,” ucap Mansuri saat dihubungi reporter Tirto pada Sabtu (10/8/2019).
“Jadi cabai paling menonjol kenaikannya. Rp1.500 per kg dari biasanya,” tambah Mansuri.
Menurut pemantauan Tirto di Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) per Sabtu (10/8/2019) pukul 17.50 WIB, harga cabai merah di hampir seluruh Pulau Sumatera tergolong tinggi (tanda merah) di kisaran Rp75 ribu-80 ribu per kg.
Pola serupa juga dialami oleh daerah Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan.
Harga tertinggi cabai merah tercatat berada di Sumatera Selatan di kisaran Rp90.700 per kg. Lalu Banten dengan harga Rp91.700 per kg dan DKI Jakarta Rp98.750 per kg.
Mansuri mengatakan, di samping cabai, harga komoditas lain juga turut merangkak naik. Di antaranya adalah bawang putih dan bawang merah serta daging ayam. Kenaikannya, kata Mansuri, berkisar pada Rp500-800 per kg pada Sabtu (10/8/2019).
Soal kenaikan yang terjadi pada hari raya Iduladha, Mansuri mengatakan jumlahnya berada di luar ekspektasi pedagang.
Sebab prediksinya, kenaikan akan terjadi di angka Rp1.000 per kg, tetapi ada juga harga komoditas seperti cabai yang melonjak lebih tinggi dari perkiraan.
“Di luar ekspektasi apa yang saya pikirkan karena tertinggi saya pikir beberapa komoditas itu naiknya sekitar Rp1.000 per kg tapi ini pada Rp1.500 sampai Rp3.000 per kg,” ucap Mansuri.
Kendati demikian, Mansuri menjelaskan, kenaikan harga yang terjadi saat ini masih berada dalam batas wajar.
Ia memastikan, kenaikan lebih terjadi karena permintaan periodik atau musiman masyarakat karena menyambut Iduladha.
“Permintaan tinggi ini mengikuti kebiasaan Iduladha. Naiknya masih dalam batas kewajaran,” ucap Mansuri.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno