tirto.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) secara resmi akan memulai Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024. Kick-off Meeting SSGI 2024 telah dibuka oleh Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, di Gedung Sujudi Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa (20/8).
Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK), Syarifah Liza Munira, menyampaikan bahwa SSGI 2024 akan dilaksanakan di 514 kabupaten/kota dan 38 provinsi dengan melibatkan banyak pihak dalam kolaborasi.
“SSGI 2024 berkolaborasi dengan Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kantor Setwapres, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Koordinator Bidang Manusia dan Kebudayaan, serta lembaga survei swasta,” ujar Syarifah.
Dante menambahkan, keterlibatan berbagai pihak dalam penyelenggaraan SSGI 2024 menjadi nilai yang berbeda dari SSGI tahun ini. Dante menyebut penyelenggaraan ini menciptakan teknis penyelenggaraan yang tidak eksklusif dilaksanakan oleh Kemenkes saja.
“Dalam pelaksanaannya, dibutuhkan dukungan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, desa, kelurahan, akademisi, media swasta, lembaga swadaya masyarakat, dan mitra pembangunan,” terangnya.
Kolaborasi ini disebut sebagai jalan untuk memetakan data yang lebih valid dan konkret. Dante menyampaikan, “Dari data tersebut, nanti akan kita petakan berapa yang stunting, berapa yang wasting, berapa yang underweight, dan berapa yang obesitas. Ini akan membuat percepatan kebutuhan akan data isi masyarakat, terutama anak-anak di Indonesia, lebih valid lagi, perencanaannya akan lebih konkret lagi, sehingga akan menjadi jembatan kita mempersiapkan Indonesia Emas di tahun 2045.”
Selaras dengan yang disampaikan Dante, Syarifah menyebutkan bahwa survei ini akan memotret gambaran status gizi balita dari 4 indikator gizinya, yaitu stunting, wasting, underweight, dan obesitas. SSGI 2024 juga akan mencakup pengumpulan data faktor determinan dari status gizi.
“Kami juga akan mengumpulkan data mengenai faktor dari status gizi, antara lain mengenai ASI, makanan pendamping ASI, imunisasi, penyakit infeksi pada balita, sampai dengan kesehatan lingkungan, serta status gizi ibu,” tambah Syarifah.
Dari survei yang dilaksanakan, Dante, selaku Wamenkes, berharap data akurat tentang gizi balita akan diperoleh sehingga dapat diketahui prevalensinya, “Yang kita lakukan sekarang adalah surveinya untuk melihat gambaran di masyarakat, pola gizi anak-anak di Indonesia seperti apa?”
Prevalensi stunting yang berada pada angka 21,5 persen di 2023 melampaui target 17 persen seperti yang diharapkan. Namun, Dante menyampaikan bahwa data dari SSGI 2024 diharap dapat membuahkan evaluasi untuk mencapai target 14 persen pada 2025.
Terakhir, Dante berharap seluruh pemangku kepentingan dapat terlibat untuk melaksanakan tanggung jawab bersama dalam SSGI 2024. Ia mengingatkan seluruh pihak untuk mengawal proses SSGI 2024 agar dapat berjalan lancar.
“Hari ini adalah momen yang sangat penting bagi kita semua. Survei yang kita laksanakan bukan sekadar tugas, melainkan tanggung jawab besar yang harus kita emban untuk masa depan bangsa. Status gizi masyarakat adalah cerminan kesehatan dan kualitas hidup bangsa ini. Oleh karena itu, hasil survei ini akan menjadi dasar bagi kebijakan dan program-program kita di masa yang akan datang,” tandasnya.
(INFO KINI)
Penulis: Tim Media Servis