tirto.id - “Sudah saya perintahkan kalau tidak keliru awal tahun yang lalu, di dunia perbankan, masa membangun sistem, membangun ATM setiap bank sendiri-sendiri, lokasinya sama tapi jejer-jejer. Satu ada Bank Mandiri, satu membuat sendiri BRI, satu membuat sendiri BNI, saya sampaikan saat itu, pemiliknya itu siapa ini? “
Sindiran ini pecah saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak kuasa menyampaikan keheranannya soal realisasi penyatuan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang digagas hampir setahun lebih belum juga terealisasi hingga November 2015. Padahal berdasarkan hitungan di atas kertas, penyatuan ATM keempat bank BUMN yaitu BNI, BRI, BTN, dan Mandiri bisa menghemat Rp30 triliun.
“Bayangkan ATM setiap kota ada berapa, bayangkan kita punya kota/kabupaten berapa? Hal-hal seperti ini yang harus dihitung. Ini kan pemiliknya sama, pemiliknya pemerintah, kok buat sendiri-sendiri? “ tanya Jokowi saat Peresmian Pabrik V PT. Pupuk Kalimantan Timur dan Pabrik Asam Fosfat II PT Pertokimian Gresik di Bontang, Kalimantan Timur, 19 November 2015.
Akhirnya, Menteri BUMN Rini Soemarno meluncurkan fasilitas ATM Himpunan Bank Milik Negara (ATM Himbara) perdana di Blok B Pusat Grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin 21 Desember 2015, setelah sebulan sebelumnya dapat sindiran Jokowi. Padahal, komitmen keempat bank BUMN sudah dimulai Juni tahun yang sama.
Sinergi BUMN ini memang mudah diucapkan tapi tak semudah dilaksanakan. Sehingga menjadi sebuah jalan yang panjang untuk menyatukan mesin-mesin ATM keempat BUMN yang menggunakan istilah Presiden Jokowi, saling jejer satu sama lain. Penyatuan ini masih terus berproses hingga ditargetkan rampung total pada akhir 2016.
Sinergi dan Penghematan
Ide menyatukan ATM BUMN merupakan bagian dari sinergi dan efisiensi BUMN yang digencarkan oleh Presiden Jokowi. Sinergi ini bisa berimplikasi biaya transaksi yang lebih murah karena telah terjadi efisiensi.
Menurut Ketua Himbara Asmawi Syam, biaya pengelolaan ATM bisa dihemat hingga mencapai Rp6,8 triliun. Misalnya, pembelian satu unit mesin ATM bisa memakan biaya hingga Rp100 juta. Jadi, setiap bank tentunya harus merogoh kantong Rp100 juta untuk menghadirkan satu unit mesin ATM.
Dengan adanya ATM Himbara, setiap bank cukup mengeluarkan masing-masing Rp25 juta untuk pembelian satu unit mesin ATM. Itu artinya, bank plat merah hanya perlu membayar seperempatnya dan dapat berhemat hingga Rp75 juta.
"Selain biaya pengelolaan ATM, sinergi 4 Bank BUMN ini (Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI dan Bank BTN) juga memangkas biaya transaksi via ATM di masyarakat sekitar Rp7,3 triliun per tahun," kata Ketua Himbara Asmawi Syam, dikutip Antara.
Ini tak lepas dari penurunan transaksi transfer antar ATM di jaringan Himbara hingga 50 persen menjadi Rp4.000. Untuk biaya tarik tunai di bank lain sesama anggota Himbara turun lebih dari 90 persen menjadi Rp500. Sedangkan untuk cek saldo dibebaskan dari tarif atau gratis.
"Dengan penurunan tarif transaksi melalui ATM Himbara, frekuensi penggunakan ATM Himbara oleh masyarakat diperkirakan semakin meningkat. Sehingga pendapatan berbasis biaya (fee based income) bank akan naik," ujar Direktur Utama BTN, Maryono, dikutip dari Antara.
Guna mendukung peningkatan transaksi melalui ATM, di penghujung 2015 lalu, sudah disediakan sebanyak 50 jaringan mesin ATM Himbara namun baru tersedia untuk wilayah Jabodetabek. Sedangkan pada 2016 ini, ditargetkan sekitar 10.000 ATM gabungan bank plat merah tersebut serta adanya penurunan tarif ATM Himbara. Jumlah tersebut akan dibagi antara BRI, Mandiri, BNI dan BTN.
Selain itu bank-bank Himbara saat ini juga menggandeng PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk untuk membentuk perusahaan prinsipal yang akan memfasilitasi proses switching transaksi di antara bank-bank Himbara.
Pada tahap awal, pembentukan entitas perusahaan yang akan menjadi prinsipal dilakukan oleh Telkom. Ini dilakukan melalui penyertaan modal awal yang bersifat sementara hingga terbentuknya holding BUMN Keuangan. Selanjutnya, holding BUMN Keuangan akan menjadi pemegang saham mayoritas dalam perusahaan prinsipal tersebut.
Bank Indonesia (BI) pun sudah memberi lampu hijau terhadap pembentukan perusahaan operasional sistem pembayaran atau switching untuk penyatuan ATM kepada Himpunan Bank Negara, yakni Bank Rakyat Indonesia, BNI, Bank Mandiri, dan Bank Tabungan Negara. Penyatuan ini memang butuh waktu panjang, sementara pesaing sudah menunggu di luar sana.
Himbara dan ATM Bersama
Jaringann ATM Himbara ini berbeda dengan ATM Bersama yang sudah ada. ATM Bersama yang didirikan sejak 1990 ini merupakan salah satu jaringan terminal ATM antar bank di Indonesia.
Hingga saat ini, ATM Bersama sudah beranggotakan 87 bank dan lembaga selain bank yang sudah terhubung melalui lebih dari 49.000 terminal ATM yang tersebar diseluruh Indonesia. Sedangkan ATM Himbara hanya bisa digunakan oleh nasabah BNI, BRI, BTN dan Mandiri.
Selain itu, perbedaannya juga terletak pada tarik transaksi ATM. Misalnya tarif untuk penarikan tunai di ATM Himbara hanya dikenai tarik Rp500. Sedangkan ATM bersama memberi tarif Rp7.500. Selain itu tarif untuk cek saldo di ATM Himbara tidak dikenai tarif sedangkan ATM bersama dikenai tarif Rp4.000.
Apapun itu, pilihan transaksi pembayaran ada di tangan masyarakat. Biasanya yang murah adalah yang paling dilirik dan yang menguntungkan adalah yang paling banyak dipilih. Bagi bank BUMN langkah cepat sudah jadi keharusan, sehingga bisa segera merampungkan seluruhnya program penyatuan ATM yang jelas-jelas positif ini.