tirto.id - DKI Jakarta akan segera memiliki kereta moda maya terpadu atau Mass Rapid Transit (MRT) yang oleh Gubernur Anies Baswedan disebut dengan nama Ratangga. Jakarta bakal resmi punya MRT pada 2019 nanti, padahal sejarah salah satu jenis model transportasi publik bertipikal cepat ini sudah tercatat sejak lama. Lantas, MRT pertama di dunia ada di kota mana?
Kereta api bawah tanah pertama di dunia ternyata terdapat di London, Inggris, yang mulai beroperasi pada 10 Januari 1863. Dikutip dari buku London: A Short History (2015) karya A.N. Wilson, angkutan publik itu dinamakan The Tube atau London Underground dan masih berupa kereta uap.
Pada 1890, London membuka jalur kereta listrik yang sekaligus menjadikan The Tube sebagai kereta api cepat pertama di dunia. Lintasan jalurnya memiliki panjang 402 kilometer yang menghubungkan 270 stasiun dan merupakan salah satu jalur kereta listrik terpanjang di dunia.
Selain itu, tulis Christian Wolmar dalam The Subterranean Railway: How the London Underground was Built and How it Changed the City Forever (2004), jaringan bawah tanah di London ini juga merupakan jaringan pertama di dunia yang mengoperasikan kereta listrik. Jaringan dan jalur MRT ini masih beroperasi hingga kini dan digunakan oleh 1,2 miliar orang setiap tahunnya.
Lebih dari seabad kemudian, Indonesia baru akan mempunyai moda transportasi MRT, yakni di Jakarta yang oleh Anies Baswedan disebut dengan nama Ratangga. Nama ini, kata Anies, berasal dari bahasa Sansekerta yang dinukil dari puisi dalam Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular pada abad ke-14 Masehi.
“Dalam bahasa Jawa kuno, arti Ratangga adalah kereta perang yang identik dengan kekuatan dan pejuang,” ungkap Anies Baswedan di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Senin (10/12/2018).
“Semoga dengan kehadiran dan beroperasinya Ratangga nanti, tidak hanya meningkatkan mobilitas, namun juga memberikan manfaat tambahan,” imbuh Gubernur DKI Jakarta yang juga mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI ini.
MRT Jakarta fase I untuk rute Bundaran Hotel Indonesia (HI)-Lebak Bulus rencananya mulai akan beroperasi pada Maret 2019. Pengerjaannya saat ini telah mencapai 97,5 persen dan tinggal menyelesaikan stasiun pemberhentiannya sebelum resmi dioperasikan.
Editor: Iswara N Raditya