Menuju konten utama

Isu PHK Muncul di Tengah Melonjaknya Laba Bukalapak

Laba Bukalapak hingga semester I/2019 meningkat tiga kali lipat ketimbang periode yang sama tahun lalu. Lantas kenapa PHK dilakukan?

Isu PHK Muncul di Tengah Melonjaknya Laba Bukalapak
CEO Bukalapak Achmad Zaky dalam temu media perayaan ke-9 Bukalapak di Jakarta, Rabu (10/1/2019). ANTARA News/Arindra Meodia

tirto.id - Isu Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di perusahaan e-commerce Bukalapak mencuat ke publik.

Hal tersebut terkonfirmasi oleh sejumlah karyawan yang kini bekerja di Bukalapak.

Lewat keterangan resminya, Kepala Staf Strategi Bukalapak Teddy Oetomo membenarkan soal rencana PHK di perusahaanya tersebut. Ia menyampaikan persaingan e-commerce kini makin ketat dan kondisi tersebut jauh berbeda dengan kondisi 9 tahun lalu–ketika Bukalapak didirikan.

Hal ini mengharuskan Bukalapak melakukan perubahan yang diperlukan untuk menjaga keberlangsungan bisnis.

“Seiring dengan kemajuan teknologi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang, beragam, dan terus berubah, perubahan dalam perusahaan juga harus dilakukan untuk mengimbangi,” ungkap Teddy, Selasa (9/10/2019).

Meski tak menyebut langsung PHK atau efisiensi, ia menyampaikan bahwa perubahan itu dilakukan untuk menjalankan strategi bisnis jangka panjang.

“Menjadi e-commerce yang berkelanjutan adalah penting bagi kami karena sementara pertumbuhan GMV adalah ukuran penting untuk setiap e-commerce,” ucap Teddy.

GMV adalah akumulasi nilai pembelian atau order dari pengguna aplikasi dalam periode tertentu. Saat ini, kata Tedy, Bukalapak telah berhasil menghasilkan peningkatan dalam monetisasi, memperkuat profitabilitas perdagangan daring mereka.

Tedy mengklaim, laba kotor semester pertama Bukalapak pada 2019 meningkat tiga kali lipat ketimbang 2018. “Dan kami telah mengurangi separuh kerugian EBITDA kami dalam 8 bulan terakhir saja,” imbuhnya.

Meski demikian, kabar PHK ini membuat khawatir beberapa karyawan yang bekerja di start up digital tersebut saat dihubungi Tirto.

“Kabarnya ada puluhan orang, tapi masih belum ada pernyataan resmi dari HRD,” ujar karyawan yang enggan disebutkan identitasnya tersebut.

Baca juga artikel terkait START UP atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Gilang Ramadhan