tirto.id -
Kelompok Abu Sayyaf atau Abu Sayyaf Group (ASG) dikabarkan telah menyandera 10 pelaut asal Indonesia dalam pelayaran dari Kalimantan ke Filipina pada Sabtu (27/3/2016). Kelompok ini dikabarkan meminta uang tebusan senilai 50 juta peso atau sekitar Rp15 miliar kepada Pemerintah Indonesia.
Terkait dengan hal itu Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso akan berkoordinasi lebih dahulu dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), TNI, dan Polri untuk membahas uang tebusan tersebut.
Sementara itu Ketua Komisi I DPR RI Mahfud Siddiq menyarankan agar pemerintah Indonesia tidak perlu memenuhi permintaan uang tebusan. Mahfud menyarankan agar Indonesia membangun komunikasi dengan otoritas Filipina untuk menyelesaikan masalah tersebut.
“Kelompok Abu Sayyaf saat ini makin terdesak dan kesulitan pendanaan. Mereka lakukan cara-cara pemerasan antara lain melalui penyanderaan,” kata Ketua Komisi I DPR RI Mahfud Siddiq, di Jakarta, Selasa (29/3/2016).
Untuk diketahui, menurut data National Counterterrorism Center (NCTC) Amerika Serikat kelompok Abu Sayyaf dikategorikan sebagai kelompok Islam garis keras yang merupakan sempalan dari kelompok separatis Islam yang beroperasi di Filipina selatan. Mereka mengklaim mengenai sebuah negara Islam merdeka di Mindanao Barat dan Kepulauan Sulu.
Pada awal 1990-an mereka memisahkan diri dari Front Pembebasan Nasional Moro. Saat ini, ASG terlibat dalam sejumlah aksi penculikan untuk tebusan, pemboman, pembunuhan, dan pemerasan.
Diduga, kini ASG dan telah membangun jaringan dengan Jamaah Islamiyah (JI) di Indonesia. Walaupun operasi utama mereka berada di Provinsi Basilan, Sulu, dan Tawi - Tawi di Kepulauan Sulu mereka juga memiliki jaringan di Mindanao.
Sejak pertama kali berdiri pada 1990an kelompok ini telah melakukan beberapa kali penyanderaan dan diberantas dengan operasi militer sebagaimana berikut:
Rekam Jejak Abu Sayyaf
27 Maret 2016- ASG menawan 10 warga negara Indonesia.
Juni 2014 - pihak berwenang Filipina menangkap tokoh senior ASG ASG Khair Mundos di metro Manila.
Maret 2013 – Australia menyampaikan bahwa mereka telah menyandera kelompok ASG selama 15 bulan.
Februari 2012 - sebuah serangan udara militer Filipina terhadap perkemahan teroris di Pulau Jolo menewaskan pemimpin senior ASG Gumbahali Jumdail, yang juga dikenal sebagai Dr. Abu.
2011 - ASG menculik beberapa orang dan menahan mereka untuk meminta tebusan.
Februari 2010 – Marinir Filipina berhasil menewaskan Albader Parad, salah satu anggota ASG paling keras di Pulau Jolo.
Januari 2009 - ASG menculik tiga pekerja Palang Merah Internasional di provinsi Sulu, salah satu sandera disekap selama enam bulan.
November 2007 - sebuah bom sepeda motor meledak di luar Kongres Filipina, menewaskan seorang anggota Kongres dan tiga anggota staf. Sementara tidak ada klaim pasti siapa yang bertanggungjawab terhadap serangan tersebut. Belakangan tiga anggota ASG diduga ditangkap dalam serangan berikutnya.
Juli 2007 - anggota ASG dan Front Pembebasan Islam Moro terlibat kontak senjata dengan marinir Filipina di Basilan Island, menewaskan 14.
2006 - faksi Janjalani pindah ke Sulu, dan bergabung dengan pendukung ASG lokal yang menyediakan tempat penampungan untuk buronan anggota JI dari Indonesia.
14 Februari 2005 - mereka dilakukan pemboman secara simultan di kota-kota Manila, General Santos, dan Davao, menewaskan sedikitnya delapan orang dan melukai sekitar 150 orang.
27 Februari 2004 - anggota Fraksi pemimpin ASG Khadafi Janjalani membom sebuah feri di Manila Bay, menewaskan 116 orang.
Juni 2002 - salah satu dari dua sandera yang tersisa tewas dalam baku tembak antara tentara Filipina dan ASG.
Mei 2001 - ASG menculik tiga warga AS dan 17 warga Filipina dari sebuah resor di Palawan, Filipina, kemudian membunuh beberapa sandera, termasuk satu warga negara AS.
April 2000 – ASG menculik 21 orang termasuk 10 orang Barat - dari sebuah resor Malaysia.
Sumber: diolah dari NCTC dan Antara.