tirto.id - Seorang perawat di Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran Jakarta bernama Ayu Yukiko Ahiyate tidak habis pikir dengan peristiwa yang ia saksikan lewat media massa dan media sosial dalam beberapa hari terakhir. Perempuan 24 tahun ini tidak mengerti bagaimana mungkin di tengah masa pandemi seperti sekarang ada orang-orang bergerombol hanya untuk turut serta dalam acara penutupan gerai makanan cepat saji dan bandara penuh dengan antrean masyarakat yang hendak terbang ke luar kota.
Konsentrasi massa seperti ini, yang sebetulnya sangat mungkin dihindari, tentu berpotensi menambah berat beban pekerjaannya karena virus menular dari orang ke orang yang tidak menjaga jarak dan abai terhadap protokol kesehatan lain.
Perawat asal Ambon Maluku itu sudah satu bulan berjibaku di Wisma Atlet mengurusi pasien COVID-19. Ia biasanya berdinas bersama satu atau dua perawat lain. Pasien yang ditangani saat ini sudah lebih dari 40. Saban hari ia memakai berlapis-lapis alat pelindung diri (APD) selama sembilan jam penuh. Sepanjang itu pula ia harus menahan lapar dan buang air.
"Kalau dibilang capek, ya capek. Tapi mau bagaimana itulah tugas kami. Biarlah Tuhan yang membalas kelelahan kami saat ini," kata Ayu Yukiko kepada reporter Tirto, Selasa (19/5/2020).
Di belahan Pulau Jawa lain, Evi Rismawati Dewi mengeluhkan hal serupa. Tenaga medis di sebuah puskesmas di Surakarta Jawa Tengah ini gusar karena orang-orang masih berkerumun dan pemerintah mengeluarkan kebijakan yang "saling tumpang tindih, tidak saling berkoordinasi satu sama lain." "Di satu sisi pemerintah mengeluarkan larangan mudik, tapi di sisi lain bandara malah dibuka," kata dia memberi contoh.
Evi tidak hanya mengeluh. Ia juga protes--baik ke pemerintah dan masyarakat--dengan cara mengunggah foto diri beserta tulisan "Indonesia terserah #sukasukakalian" dan "Surakarta Sak Karep-Karepmu" di Instagram.
Tagar #IndonesiaTerserah lantas masuk deretan trending topic Twitter. Ia digunakan pula oleh tenaga medis lain.
Salah satu yang menggunakan tagar #IndonesiaTerserah adalah Debryna Dewi Lumanauw, dokter di Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet Jakarta. Menurutnya tak ada kata lain yang lebih tepat ketimbang 'terserah' bagi orang-orang yang tak mematuhi imbauan soal physical distancing serta mengabaikan PSBB.
Kepada reporter Tirto, Selasa (19/5/2020), Debryna khawatir situasi seperti ini lama kelamaan jadi beban pikiran para tenaga medis, "sehingga kami jadi enggak fokus dengan pekerjaan yang sudah di depan mata."
Tentu Debryna juga kecewa dengan kebijakan pemerintah terutama yang mulanya melarang mudik kemudian malah membuka semua layanan transportasi. Ia paham pemerintah mungkin mempertimbangkan banyak aspek, namun menurutnya yang lebih penting adalah segala kebijakan harus diputuskan dengan tegas dan konsisten. "Jangan sekarang ngomong A kemudian diganti B, besoknya diganti A lagi."
Seperti bola salju, tagar #IndonesiaTerserah terus menggema di ruang maya, bahkan menginspirasi TheRapUp.Indonesia, kelompok kreator digital, membuat lagu berjudul 'Terserah'--yang kemudian viral.
Sang pelantun, Willy Wijanarko, mengatakan lagu tersebut merangkum seluruh kejadian dalam sepekan, dari mulai konsentrasi massa di McD hingga bandara. Menurutnya, itu semua berkebalikan dengan sebagian besar warga yang telah berusaha mengisolasi diri berbulan-bulan.
"Ada sedih di situ, ada frustrasi, ada kecewa. Emosi yang campur aduk juga jadi inspirasi," katanya kepada reporter Tirto, Selasa (19/5/2020).
'Kami dalam Posisi Sulit'
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) M. Adib Khumaidi mengatakan protes para tenaga medis lewat tagar #IndonesiaTerserah muncul karena mereka "dalam posisi yang sulit." Saat para tenaga medis tengah berjibaku melawan virus sekaligus memberikan usulan strategis kepada pemerintah, masyarakat justru semakin abai dan pembuat kebijakan inkonsisten. Kombinasi dari semua itu adalah potensi pertambahan pasien.
"Ya terserah mau bagaimana lagi. Kami sudah berusaha," katanya.
Sementara Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhilah mengatakan kepada reporter Tirto, Selasa (19/5/2020), meski tagar sempat viral, perawat yang mengeluh--baik fisik maupun mental--masih relatif sedikit. Namun ia tidak yakin tenaga medis yang telah berjibaku selama tiga bulan bisa bertarung melawan COVID-19 lebih lama lagi.
Maka tagar #IndonesiaTerserah adalah adalah upaya mempertanyakan ulang komitmen pemerintah dan masyarakat dalam melawan virus COVID-19. Menurutnya, selain inkonsisten, pemerintah tidak boleh membuat blunder lebih jauh dengan rencana menjalankan kembali kehidupan 'new normal'.
"Harus dibuat skenarionya, jangan buru-buru dilonggarkan. Ini harus disiapkan," Harif menegaskan.
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Rio Apinino