tirto.id - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Fadhil Hassan mengatakan, pemerintah agar berupaya menarik investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
"Kita masih memerlukan investasi asing," jelas dia dalam diskusi 'Tantangan Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial' di Gedung Naffaro ITS, Pejaten, Jakarta Selatan, Kamis (11/4/2019).
Fadhil juga sempat mengatakan soal jika ada calon presiden (Capres) yang anti-keberadaan asing bukanlah sikap yang tepat. Pasalnya, kata dia, Indonesia masih butuh modal untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi di dalam negeri.
"Kalau ada capres yang anti-asing itu bisa aseng atau bule itu nggak usah dihitung lah," kata dia.
Ia menjelaskan, alasan beberapa negara seperti Vietnam dan Singapura bisa berkembang pesat hingga saat ini yaitu karena pemerintahnya ramah investor asing.
Dalam hal ini ia menjelaskan, Indonesia perlu dibangun namun APBN Indonesia masih terbatas. "Kita perlu asing dalam artian investasi," ujar dia.
Ekonom Indef M. Nawir Messi menjelaskan, memang sudah terjadi peningkatan kemudahan asing dalam sistem investasi. Namun, modal asing yang masuk masih minim.
"Perbaikan peringkat kemudahan berbisnis tidak dilirik [investor] PMA. Membaiknya peringkat EoDB [indeks kemudahan bisnis] belum mampu mendorong peningkatan PMA," kata dia.
Realisasi investasi asing pada 2017 mencapai 32,3 miliar dolar AS atau Rp430 triliun, sedangkan realisasi investasi asing pada 2018 sebesar 29,3 miliar dolar AS atau Rp392 triliun.
Penurunan PMA ini, kata dia, terkait dengan dinamika ekonomi global. Ditambah, situasi nasional yakni ada pemilu setrenal, sehingga memunculkan kekhawatiran.
Terutama, dalam regulasi sektor dengan orientasi jangka panjang seperti migas, manufaktur, perkebunan dan transisi perizinan menggunakan online single submission.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Zakki Amali