Menuju konten utama

Indonesia Kembali Ekspor Listrik ke Singapura Senilai 20 M USD

Bagi Indonesia, ekspor listrik ke Singapura dapat mengamankan pasar listrik surya yang bakal diproduksi dalam jumlah besar paling lambat pada 2028. 

Indonesia Kembali Ekspor Listrik ke Singapura Senilai 20 M USD
Foto udara Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) IKN di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Kamis (1/8/2024). PLTS IKN yang saat ini telah beroperasi dengan kapasitas 10 MW itu akan memasok 100 persen kebutuhan listrik untuk upacara peringatan HUT Ke-79 RI di IKN. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/tom.

tirto.id - Indonesia bakal menambah kuota ekspor listrik ke Singapura menjadi 3,4 giga watt AC atau sekitar 20,4 giga watt peak, dari sebelumnya hanya 2 giga watt AC. Dari total kapasitas tersebut, Indonesia akan meraup investasi senilai 20 miliar dolar AS atau sekitar Rp308 triliun (kurs Rp15.423 per dolar AS).

"Dengan penandatanganan nilai proyek ini, Pak Rachmat membisikkan kepada saya sekitar 20 miliar dolar AS," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, dalam acara Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2024).

Kerja sama cross border electricity ini merupakan hal penting untuk kedua negara.

Bagi Indonesia, ekspor listrik ke Singapura dapat mengamankan pasar listrik surya yang bakal diproduksi dalam jumlah besar paling lambat pada 2028, atau paling cepat di akhir 2027. Selain itu, dengan produksi listrik bersih ini, Indonesia juga menjadi mampu untuk membangun ekosistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sendiri yang di dalamnya terdapat pula panel surya dan baterai.

"Bagi Singapura, kerja sama ini akan mengamankan pasokan listrik bersih melalui sistem penyimpanan energi baterai dan panel surya yang diproduksi di Indonesia," imbuh Luhut.

Total kapasitas listrik sebesar 3,4 giga watt AC tersebut akan diproduksi oleh 7 perusahaan yang telah mendapat conditional approval alias persetujuan bersyarat. Jumlah perusahaan ini bertambah dari yang sebelumnya hanya 5 perusahaan.

Pada kesempatan yang sama, Minister for Manpower and Second Minister for Trade Industry Singapore, Tan See Leng, mengungkapkan Otoritas Pasar Energi atau Energy Market Authority (EMA) telah memberikan persetujuan bersyarat kepada 5 perusahaan untuk impor listrik bersih dari Indonesia.

Kelima perusahaan tersebut adalah Konsorsium Pacific Medco Solar Energy Medco Power with Consortium partners, PacificLight Power Pte Ltd (PLP) and Gallant Venture Ltd, Salim Group, Adaro Green, dan TBS Energi Utama.

Setelah ini, EMA akan memberikan persetujuan bersyarat kepada dua perusahaan lain untuk melakukan ekspor listrik surya dengan kapasitas 1,4 gigawatt AC. Kedua perusahaan tersebut adalah Total Energies RGE dan Shell Vena Energy Consortium.

"Kedua proyek ini akan mengekspor tambahan listrik rendah karbon sebanyak 1,4 GW dari Indonesia ke Singapura," kata Tan dalam sambutannya.

Ihwal proses ekspor listrik, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Rachmat Kaimuddin, menjelaskan pemerintah akan terlebih dulu membangun jalur transmisi bawah laut. Untuk pembangunan jalur transmisi ini, Indonesia membutuhkan nilai investasi setidaknya 2 miliar dolar AS.

"Sepertinya, kayaknya di luar transmisi itu, tapi anggaplah masuklah. Transmisinya mungkin 2 bilion [dolar AS] kali ya," kata Rachmat.

Ekspor listrik baru bisa dilakukan oleh kelima perusahaan yang telah mendapat persetujuan bersyarat paling lambat pada awal 2028, usai semua ekosistem PLTS siap. Sementara untuk dua perusahaan lainnya baru bisa mentransmisikan listrik surya paling lambat pada 2030.

Baca juga artikel terkait LISTRIK atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Flash news
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Irfan Teguh Pribadi