tirto.id - Indonesia akan menjadi tuan rumah untuk pertemuan pertama Kepala Otoritas Regulatori Obat dari negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Pertemuan tersebut akan berlangsung di Jakarta pada 21-22 November 2018. Sebagai penggerak pertemuan itu, BPOM RI telah menerima konfirmasi kehadiran 32 negara dari 57 delegasi negara OKI.
"Ini adalah peristiwa historis bagi Indonesia maupun negara OKI dalam hal bekerja sama, penelitian, dan membuka akses masyarakat untuk memilih obat yang murah juga vaksin," ujar Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, Penny K. Lukito di Hotel Ayana Midplaza, Senin (19/11/2018).
Penny menjelaskan, pertemuan tersebut mengambil tema Perkuatan Kolaborasi antar Kepala Otoritas Regulatori Obat Negara OKI menuju Kemandirian Obat dan Vaksin. Tujuannya untuk menghasilkan kesepakatan terkait strategi perkuatan kolaborasi otoritas regulatori obat negara OKI dalam rangka mempercepat kemandirian obat dan vaksin.
Dalam rilisnya, BPOM RI menjelaskan, pertemuan ini sangat penting dan strategis sebagai forum berbagi pengetahuan, bertukar informasi, dan membangun jejaring. Selain itu, pertemuan ini juga diharapkan bisa mewujudkan ketersediaan obat yang aman, berkhasiat, dan bermutu.
Penny menekankan, Indonesia memiliki peran kepemimpinan yang penting dalam mendorong kerjasama strategis di bidang obat untuk kepentingan rakyat di negara anggota OKI.
Dalam pertemuan nanti, kata Penny, juga akan ada enam Working Sessions yang membahas isu-isu terkait penguatan fungsi sistem regulatori obat dan kolaborasi strategis Otoritas Regulatori Obat.
Selain itu, ada juga pameran produk obat, obat tradisional, kosmetik, dan makanan dari perusahaan dalam negeri dan negara anggota OKI. Kemudian, ada juga bilateral meeting antar negara anggota OKI, workshop, pertemuan bisnis, serta site visit ke industri obat dan vaksin, serta kosmetik halal makanan di Jakarta dan Bandung.
Penny menambahkan, saat ini PT. Bio Farma milik Indonesia telah menerima status Pre-Qualification WHO (PQ-WHO), yaitu syarat pemenuhan standar mutu, keamanan, dan penggunaan secara internasional untuk produksi vaksin, untuk tidak kurang dari 10 produk-produk vaksin.
Indonesia juga patut berbangga karena memiliki jumlah produk vaksin terbanyak yang telah memperoleh PQ-WHO sejak tahun 1997, dibandingkan dengan Senegal yang hanya memiliki 1 (satu) produk vaksin mendapat PQ-WHO.
Produk-produk lain yang sedang dikembangkan oleh Bio Farma adalah: Vaksin rotavirus dan vaksin pneumococcal. Selain vaksin, Bio Farma juga melakukan riset pengembangan protein rekombinan.
"Dengan demikian ke depan Indonesia akan jadi center of excellent. Ini tidak terlepas dari keunggulan BUMN Bio Farma dan keunggulan kapasitas dari BPOM sebagai regulator," tutup Penny.
Penulis: Rizky Ramadhan
Editor: Alexander Haryanto