Menuju konten utama

Indahnya Suasana Ramadan di Kota New York

Suasana Ramadan di New York tampaknya sedikit berbeda dengan di Jakarta, meski muslim hanyalah minoritas, tapi kekeluargaan sangat terasa kental di negara Big Apple tersebut.

Indahnya Suasana Ramadan di Kota New York
Ilustrasi Kota New York. [foto/www.theodysseyonline.com]

tirto.id - Kemeriahan Ramadan di New York, Amerika Serikat benar-benar tak sama seperti Jakarta. Tak ada restoran yang menutup jendela dengan tirai pada siang hari atau azan Magrib yang terdengar dari pelantang masjid di tiap jengkal kota.

"Di Jakarta nuansa Ramadan terasa di mana pun kita pergi, tapi di New York butuh usaha untuk merasakan itu," kata Muhammad Daud, mahasiswa New York University, pada ANTARA News, Minggu (11/6/2017).

Masjid adalah salah satu tempat untuk merasakan suasana Ramadan yang kental karena ada acara berbuka puasa bersama, lalu salat tarawih berjamaah.

Menurut Daud, tidak sulit mencari masjid di New York meski jumlahnya tentu tidak sebanyak di Jakarta.

"Setidaknya ada di tiap beberapa kilometer," katanya.

Salah satu tempat untuk melepas rindu suasana Ramadan di Indonesia adalah Masjid Al-Hikmah di Queens, New York. Masjid itu didirikan oleh komunitas Indonesia pada 1995.

Muslim memang minoritas di kota yang dijuluki Big Apple itu. Veni Ari Jayanti, alumni Columbia University, adalah satu-satunya orang yang memeluk agama Islam di dalam lingkaran pertemanannya. Meski demikian, pada hari pertama Ramadan, teman-teman menemaninya buka puasa.

Pada hari itu mereka berkumpul untuk makan malam. Agar bisa sama-sama menikmati hidangan, mereka sengaja mengundurkan jam makan malam selama 2,5 jam agar bertepatan dengan waktu buka puasa di New York.

"Sebagai minoritas tapi saya tidak pernah dikucilkan, justru mereka berusaha inklusif," kata Veni pada ANTARA News.

Meski harus puasa lebih lama dari yang biasa dijalani di Indonesia, cuaca di New York cukup bersahabat.

"Enak buat puasa, cuacanya sejuk, masih nyaman," kata co-founder Unreasonable Lab New York itu.

Pengalaman menyenangkan terkait toleransi juga dirasakannya saat menonton parade Memorial Day di kawasan Chappaqua, tempat tinggal keluarga Clinton.

"Nunggu parade, lihat Hillary Clinton pas puasa, kece juga."

Hari itu ditutup dengan acara barbeque di rumah temannya. Mengingat jam berbuka puasa belum tiba, rata-rata orang berusaha menghormati dengan berusaha tidak makan di hadapannya.

"Pas waktu buka (puasa), teman saya sampai memesankan makanan dari restoran khusus yang menyediakan daging halal," tambah dia.

Salah satu komunitas muslim di sana, Islamic Center New York University (ICNYU), mengadakan acara rutin selama Ramadan, seperti buka puasa bersama dan salat tarawih berjamaah.

Namun acara seperti itu rupanya tak hanya diselenggarakan oleh komunitas muslim, tetapi juga mereka yang menganut kepercayaan berbeda. Ini tak lepas dari masyarakat New York yang berasal dari latar belakang beragam.

"Ada komunitas Jewish yang mengadakan buka puasa buat orang muslim, jadi orang Yahudi yang masakin buat kita buka puasa," ujar dia.

"Keberagaman itu dirayakan di sini. Walau muslim minoritas, belum pernah terasa ada diskriminasi besar, bahkan teman-teman selalu supportive di sini," pungkas dia.

Baca juga artikel terkait RAMADHAN atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yandri Daniel Damaledo
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Yandri Daniel Damaledo