tirto.id - Impor Indonesia pada Juli 2020 tercatat hanya 10,47 miliar dolar AS, masih mengalami penurunan meski pada Juni pemerintah sudah melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah. Secara month to month (mtom) nilai impor turun 2,73 persen dan secara year on year (yoy) penurunannya lebih dalam lagi di kisaran 32,55 persen.
“Tidak mungkin setelah dihantam COVID-19 selama Q2 kita langsung cepat pulih. Kita butuh waktu,” ucap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Selasa (18/8/2020).
Menurut data Kemenko Perekonomian, sejumlah indikator ekonomi mulai menunjukkan pemulihan pada Juli 2020. PMI manufaktur misalnya sudah mencapai 46,9 di Juli 2020 dari 27,5 saat April 2020. Namun sayangnya tren impor belum menunjukkan pemulihan secepat PMI yang membentuk pola V-Shape.
Penurunan impor yang terjadi ini menurutnya perlu mendapat perhatian. Sebab penurunan terjadi di dua pos utama impor Indonesia yaitu bahan baku/penolong yang menyumbang 70,58 persen total impor dan barang modal 18,79 persen dari total impor.
Keduanya dinilai berkaitan langsung dengan nafas industri manufaktur yang menjadi pendorong pemulihan ekonomi yang sedang dikejar pemerintah. Barang modal sendiri nantinya akan menyumbang angka Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang menyumbang 30,61 persen pertumbuhan PDB.
“Kita perlu mewaspadai dan mencari cara sehingga pergerakan industri manufaktur, PMTB tidak terganggu,” ucap Suhariyanto.
Impor bahan baku pada Juli 2020 turun 2,5 persen mtom dan secara yoy lebih dalam lagi di angka 34,46 persen.
Penurunan impor bahan baku ini disumbang oleh turunnya impor raw sugar dari Brasil, biji gandum dari Kanada, tepung kedelai impor dari Brasil.
Suhariyanto mengatakan impor pada Juli 2020 masih ditopang oleh kenaikan impor barang modal di angka 10,82 persen secara mtom. Beberapa impor barang modal yang naik antara lain HS 85 (mesin dan perlengkapan elektrik), HS 89 (Kapal perahu, dan struktur terapung).
Meski demikian kenaikan yang terjadi pada Juli 2020 masih belum cukup. Sebab secara yoy masih turun 29,25 persen.
“Apa saja yang naik? Komponen terkait mesin pengeboran, impor kapal 5.000-50.000 GT. Kemudian juga ada mesin pembangkit listrik dan condenser, auxiliary plant,” ucap Suhariyanto.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Abdul Aziz