tirto.id - Demi melawan otoritas Katolik di Eropa yang dianggap terlalu merugikan peradaban manusia, Ordo Illuminati didirikan di Bavaria. Menurut para pelopornya, Katolik yang selama ini berkuasa harus segera dimakzulkan dan digantikan secara total oleh logika dan akal manusia. Karena kedua hal itulah menurut mereka yang sebaiknya membimbing kehidupan.
Alkisah, pada zaman kegelapan di Eropa, segala keputusan umum yang berkaitan dengan pemerintahan sipil dalam negara tidak diambil berdasarkan kepentingan masyarakat, melainkan berdasarkan kepentingan otoritas Katolik. Setelah berlangsung selama berabad-abad, semangat sekularisme dan perkembangan intelektualitas individu akhirnya melahirkan sebuah era pembaruan yang disebut zaman pencerahan.
Sekitar tahun 1687, masyarakat Eropa mulai memisahkan kepentingan gereja Katolik dengan pemerintahan negara. Hingga 1789, masa pencerahan menjadi titik balik peradaban Eropa yang ditandai dengan empat hal utama: kapitalisme, individualisme, aspek rasionalitas, dan kemajuan teknologi.
Di masa itulah gerakan Illuminati muncul. Publik mengenalnya untuk pertama kali sebagai Ordo Illuminati. Gerakan ini lahir pada 1 Mei 1776, tepat hari ini 245 tahun silam, di Ingolstadt, Bavaria--sekarang bagian dari negara Jerman. Ordo Illuminati dipelopori oleh Johann Adam Weishaupt, profesor bidang hukum kanonik di Universitas Ingolstadt yang dikelola oleh Tarekat Yesuit. Sebelum memulai gerakan, Weishaupt mengundurkan diri dari Tarekat Yesuit.
Karena merasa gerakan Freemasonry terlalu mahal dan tidak terbuka pada ide-ide barunya, ia berusaha membangun gerakan baru. Bersama Weishaupt yang terus berkembang menjadi seorang yang anti-klerikal--oposisi terhadap otoritas agama--terdapat empat orang muridnya yang menjadi pendiri Illuminati. Mereka adalah Massenhausen, Bauhof, Merz dan Sutor.
Mereka mengambil simbol burung hantu kecil yang sohor dari mitologi Yunani. Simbol “The Owl of Athena” ini merupakan burung hantu yang menyertai dewi Athena, dewi kebijaksanaan. Secara tradisi, simbol ini merupakan lambang pengetahuan, kebijaksanaan, dan kecerdasan di dunia Barat.
Sebagai gerakan yang dipelopori oleh para pemikir bebas, mereka mengklaim gerakannya sebagai gerakan pencerahan yang lebih radikal dari gerakan lainnya di Eropa. Mereka yang masuk sebagai anggota melakukan sumpah rahasia. Hasilnya, meski banyak gerakan yang diasosiasikan dengan atau sebagai Illuminati, gerakan yang dimulai di Bavaria inilah yang paling dikenal dan dianggap sebagai Illuminati.
Awalnya, para pelopor Illuminati Bavaria ingin menyebut gerakannya sebagai “Perfectibilists”, yang berarti "kesempurnaan sesungguhnya ada dalam akal manusia dan kemampuan berpikir saintifik". Tapi karena berbagai pertimbangan, nama itu diubah menjadi Illuminati. Tujuan gerakan ini sebagaimana disebutkan di awal tulisan, memang ingin menggantikan Katolik dengan agama akal (the religion of reason) dalam kehidupan sehari-hari. Auguste Comte, filsuf positivisme Prancis abad ke-19, sempat mengonfirmasi tujuan ini.
Dari Ingolstadt, Weishaupt secara bertahap memperluas keanggotaan Illuminati ke Eichstätt, Freising, Munich, dan wilayah lainnya. Uniknya, mereka yang direkrut diutamakan yang berasal dari golongan kaya dengan usia relatif muda serta punya status sosial yang baik. Meski tidak pernah benar-benar terkonfirmasi, doktrin dan ide gerakan Illuminati menarik perhatian sekian banyak tokoh terkemuka dari berbagai kalangan intelektual Eropa. Beberapa nama kesohor yang dikaitkan dengan Illuminati di antaranya sastrawan Wolfgang von Goethe, Johann Gottfried von Herder, astronom Johann Bode, penulis Friedrich Nicolai, filsuf Friedrich Jacobi, dan penyair Friedrich Leopold.
Kegiatan Illuminati yang menarik perhatian publik memungkinkan Weishaupt memperluas gerakannya hingga ke berbagai belahan Eropa mulai dari Italia, Prancis, Polandia, hingga Denmark. Bahkan sejak 1778 mereka membuka komunikasi dan rangkaian kerjasama dengan kantong-kantong Masonik--organisasi yang telah lebih dulu lekat dengan berbagai kegiatan konspiratif.
Manajemen organisasi Illuminati begitu rumit. Misalnya, dalam setiap aktivitas mereka menggunakan nama-nama sandi yang hanya dipahami sebagian kecil anggota. Weishaupt mendapatkan panggilan khusus “Spartacus”. Ini menambah kerumitan dan kesan mistik.
Ketika Karl Theodor menjadi penguasa Bavaria pada 1777, ia yang merupakan pendukung despotisme, melarang segala bentuk kelompok rahasia termasuk Illuminati. Secara internal, perpecahan akhirnya terjadi pada gerakan ini, dan ketika pemerintah Bavaria mengeluarkan Dekrit Sekuler, Illuminati pun dibubarkan. Weishaupt sempat membawa kabur sekian banyak dokumen penting Illuminati sebelum akhirnya dirampas pemerintah pada 1786.
Meski demikian, sekitar tahun 1797, Memoirs Illustrating the History of Jacobinism karya Augustin Barruel dan Proofs of a Conspiracy karya John Robison, mengangkat teori yang menyatakan eksistensi Illuminati masih terus bertahan dan melakukan persekongkolan internasional. Mereka bahkan mengklaim bahwa Revolusi Prancis 1789 didalangi oleh Illuminati. Saking populernya kedua buku tersebut, Jedidiah Morse (pendeta di Amerika Serikat) bahkan sempat berkhotbah menentang Illuminati bersama beberapa pendeta lain.
Khotbah mereka diterbitkan di berbagai surat kabar. Maka muncullah pelbagai penolakan terhadap gerakan Illuminati yang mendapatkan momentum di sekitar 1820-an seiring dengan munculnya gerakan anti-Mason.
Menjadi Budaya Populer
Di era modern, ketertarikan terhadap Illuminati dimulai ketika novelis Robert Shea dan Robert Anton Wilson menerbitkan novel The Illuminatus! Trilogy yang menempatkan gerakan Illuminati sebagai konspirator utama dan memengaruhi berbagai keputusan penting yang menentukan jalannya peradaban dunia. Para penulis lain seperti Mark Dice, David Icke, Texe Marrs, Ryan Burke, Jüri Lina, dan Morgan Gricar berpendapat bahwa Illuminati Bavaria terus bertahan.
Barangkali, novel yang paling populer mengangkat konspirasi di sekitar Illuminati adalah Foucault’s Pendulum karya Umberto Eco yang terbit pada 1988, dan Angels and Demons karya Dan Brown yang terbit pertama kali tahun 2000.
Meskipun tidak menggunakan sumber-sumber dan metode sejarah yang solid dalam penulisannya, namun novel-novel itu sukses mewariskan kesan misterius dalam Illuminati.
Selain itu, teori konspirasi di sekitar Illuminati diperkuat oleh Myron Fagan--tokoh penting dalam gerakan teori konspirasi--yang berusaha mencari bukti-bukti yang mengaitkan banyak peristiwa penting dalam sejarah dunia dengan Illuminati. Sebelum meninggal pada 1972, ia serius menggarap penelitian ekstensif. Beberapa di antaranya seperti Pertempuran Inggris-Prancis di Waterloo, Revolusi Prancis, hingga peristiwa pembunuhan presiden AS John F. Kennedy: semua dicari benang merah keterkaitannya dengan Illuminati.
Kesan misterius Illuminati juga menghasilkan banyak perbedaan dalam menilai sikap serta tujuan kegiatan gerakan itu. Augustin Barruel melihatnya secara negatif. Meski Barruel menganggap Weishaupt mengutamakan kesetaraan dan kebebasan serta kemerdekaan individu di atas kepentingan lain, ia menilai tujuan ini lebih banyak membahayakan ketimbang menguntungkan publik. Sementara John Robison (pengarang buku Proofs of a Conspiracy) bahkan melihat misi Illuminati sebagai sebuah persekongkolan jahat.
Thomas Jefferson justru punya pandangan lain. Dalam sepucuk suratnya kepada James Madison, ia mengatakan bahwa Weishaupt adalah seorang filantropis yang baik. Alih-alih membubarkan peran agama, imbuhnya, ia justru memulihkan sifat alami agama yang penuh dengan moralitas sekaligus mengajarkan pada manusia tentang cara-cara mengatur diri sendiri dengan hadirnya kebebasan.
Dalam sebuah buku yang lebih mirip pamflet berjudul Kurze Rechtfertigung meiner Absichten (1787), Weishaupt sempat menjawab berbagai tudingan publik terhadapnya:
“Illuminati berencana mendidik para anggotanya di tingkat kemanusiaan dan moralitas (mendasarkan ajaran pada supremasi akal, tidak memaksakan orang melakukan hal-hal yang tidak diinginkan). Jika posisi-posisi penting dalam politik bisa diraih, hal itu tentu akan mempermudah jalannya misi kami.”
Editor: Irfan Teguh Pribadi