tirto.id - Indonesia Heritage Agency (IHA), badan layanan umum di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, diluncurkan pada Kamis (16/5/2024) di Museum Benteng Vredeburg, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Unit yang dibentuk untuk mengelola museum dan cagar budaya yang dinaungi Kemendikbudristek tersebut, akan bertanggung jawab atas pengembangan dan pengelolaan 14 museum dan 34 cagar budaya di berbagai wilayah di Indonesia.
Dalam konferensi pers peluncuran IHA, Plt. Kepala IHA, Ahmad Mahendra, menyatakan pihaknya memiliki komitmen untuk mengembangkan dan melakukan konservasi bangunan cagar budaya di Indonesia.
“IHA berusaha memastikan warisan budaya Indonesia terlindungi secara holistik, mempertahankan nilai historis serta keotentikannya untuk generasi mendatang,” kata dia.
Komitmen tersebut, jelas Mahendra, dapat dilihat dari program reimajinasi museum dan cagar budaya yang kini tengah dikerjakan IHA.
Dalam konsep reimajinasi yang digagas IHA, Mahendra menyebut terdapat tiga pilar utama yang digunakan sebagai pedoman dalam merevitalisasi museum dan cagar budaya di bawah naungannya, yakni reprogramming, redesigning, dan reinvigorating.
Melalui reprogramming, museum atau cagar budaya di bawah IHA akan menata ulang proses kuratorial dan koleksi yang ada di dalamnya.
Satu hal yang penting dalam reprogramming tersebut, kata Mahendra, adalah proses kuratorial dan pemajangan koleksi yang sesuai dengan narasi yang diusung setiap museum atau cagar budaya.
Menurut dia, museum dan cagar budaya di Indonesia harus memiliki ciri khas dan kisah utama yang diusung oleh koleksi dan kuratorial dalam museum tersebut. "Makanya harus diperkuat dulu narasinya," ujarnya.
Sementara itu, melalui redesigning, museum atau cagar budaya diharapkan mampu menata ulang bangunannya agar memperkaya pengalaman dan mengutamakan kenyamanan pengunjung. Namun, jelas Mahendra, hal tersebut dilakukan dengan tetap menghormati koleksi dan bangunan cagar budaya serta tetap mematuhi standar konservasi.
Lain halnya dengan reinvigorating, IHA menargetkan peningkatan profesionalisme dan kompetensi SDM yang terlibat dalam pengelolaan museum dan cagar budaya.
Mahendra menyebutkan jika tiga hal tersebut dapat dilihat dari revitalisasi Museum Benteng Vredeburg yang tengah dikerjakan sejak Maret 2024.
Penanggung Jawab Unit Museum Benteng Vredeburg, M Rosyid Ridlo, menyatakan bahwa museum dengan bangunan era Hindia-Belanda tersebut menerapkan tiga hal utama dalam revitalisasi yang tengah dikerjakan kini.
“Ada tiga kata kunci: penghijauan, sejarah, dan community-hub, itu narasi besar yang kita kembangkan melalui revitalisasi kali ini,” ujar Rosyid ketika ditemui di lokasi pada Kamis (16/5/2024).
Ia menuturkan jika salah satu hal yang diperkuat dalam revitalisasi kali ini adalah penataan ulang dan upaya mempercantik diorama-diorama yang telah ada di Museum Benteng Vredeburg. Ia menjelaskan jika diorama yang ada di Vredeburg kini dilengkapi dengan teknologi dan pencahayaan yang baik untuk menonjolkan sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia yang ada di dalamnya.
Selain itu, Rosyid menyatakan jika pihaknya juga mengembangkan Museum Benteng Vredeburg sebagai katalisator masyarakat melalui program community-hub. “Itu kita kembangkan lembaga FOKUS.”
FOKUS merupakan kependekan dari Forum Komunitas Museum yang telah bekerja sama dengan pengelola Benteng Vredeburg. Para anggota FOKUS tersebut, jelas Rosyid, merupakan para agen museum yang mengenalkan pentingnya bangunan Vredeburg bagi identitas masyarakat di Yogyakarta.
“Kita juga mengembangkan spot-spot ruang dan halaman yang nantinya bisa mengakomodasi ekspresi seni masyarakat,” kata dia.
Penulis: Rizal Amril Yahya
Editor: Abdul Aziz