Menuju konten utama

Hoax Vaksin Covid-19 Beredar, Bagaimana Menangkalnya?

Informasi hoax terkait vaksin Covid-19 beredar di masyarakat. Cara menangkalnya adalah dengan mencari informasi resmi dari Satgas Covid-19.

Hoax Vaksin Covid-19 Beredar, Bagaimana Menangkalnya?
Anggota Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Reisa Broto Asmoro berpose di Gedung Graha BNPB, Jakarta, Minggu (14/6/2020). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/aww.

tirto.id - Mengetahui sumber informasi terkait Covid-19 yang valid sangat penting. Tujuannya agar masyarakat tidak termakan oleh hoax sehingga malah membuat pengendalian persebaran Covid-19 makin meluas.

“Budaya untuk mengecek sumber berita dan kebenarannya menjadi kunci,” kata Anggota Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Reisa Broto Asmoro di akun resmi YouTube BNPB.

Menurut pemaparan Reisa, sejak 9 bulan pandemi ini sudah ada ribuan kabar hoax tentang Covid-19. Beberapa hoax yang beredar adalah tentang vaksin.

Contoh hoax itu seperti “vaksin mengandung bibit penyakit, jadi sama saja dengan membuat badan rentan terkena penyakit”. “Anggapan ini salah, karena vaksin itu terbuat dari virus atau bakteri yang sudah dilemahkan. Fungsinya membuat badan kita jadi kenal lalu jadi kebal melawan penyakit tersebut. Hal ini tidak sama dengan membuat tubuh menjadi sakit” jelas Reisa.

Reisa menjelaskan beberapa jenis vaksin, antara lain:

  • Vaksin mati: jenis vaksin yang mengandung virus atau bakteri yang sudah dimatikan
  • Vaksin hidup jenis vaksin yang mengandung virus atau bakteri yang dilemahkan
  • Vaksin sub unit: vaksin yang dibuat dari komponen virus/bakteri
  • Vaksin toksoid: vaksin yang dibuat dari toksin yang sudah dilemahkan.

Vaksin sendiri mengandung beberapa unsur yakni antigen, adjuvant, stabilitator, dan pengawet.

Hoax lain yang beredar adalah “vaksin mengandung zat-zat berbahaya”. Fakta yang benar, vaksin yang sudah diproduksi massal tentu harus memenuhi syarat utama: aman, efektif, stabil, dan efisien.

“Setiap vaksin yang beredar harus lebih dulu lolos uji dari otoritas yang berwenang,” jelas Reisa.

Reisa menambahkan, di Indonesia, ada Badan POM sebagai badan yang berwenang dan akan memastikan bahwa vaksin aman dan tidak mengandung bahan berbahaya.

Hoax yang lain menyebutkan, “kalau vaksin nanti sudah tersedia berarti kita akan aman?”

Mengenai hal ini, Reisa menjelaskan bahwa vaksin memang salah satu cara agar masyarakat dapat segera keluar dari pandemic Covid-19, jika sudah tercipta kekebelan komunitas (herd immunity buatan) pada mayoritas penduduk dunia.

Namun Reisa wanti-wanti, “vaksin bukan satu-satunya solusi untuk mencegah penularan Covid-19.” Disiplin dan patuh untuk menerapkan protokol kesehatan juga penting dan efektif untuk menurunkan risiko penularan.

“Jadi ingat, gerakan 3 M ditambah lagi dengan vaksinasi tentu akan lebih baik,” terang Reisa.

Selain ketiga mitos dan hoax tersebut, kata Reisa, masih banyak informasi yang salah terkait vaksin yang beredar di masyarakat. Oleh karena itulah penting untuk memilah informasi yang benar dan salah.

Reisa menyarankan kepada masyarakat yang masih bingung terkait informasi vaksin untuk meluangkan waktu lebih untuk membaca, atau hubungi kontak resmi dari Satgas Covid-19 di Covid19.go.id dan telepon 119 ekstensi 9.

“Lebih baik mencerna informasi dengan baik daripada panik atau bahkan menjadi penyebar hoax. Gali dan kenali, agar hoax tak mengakali,” tutup Reisa.

----

Artikel ini diterbitkan atas kerja sama Tirto.id dengan BNPB dalam rangka kampanye pencegahan Covid-19.

Baca juga artikel terkait KAMPANYE COVID-19 atau tulisan lainnya dari Agung DH

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Agung DH
Editor: Iswara N Raditya