tirto.id - Jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024, berbagai narasi yang saling menyerang antarcalon bertebaran di sosial media. Sayangnya, terdapat sejumlah klaim yang ternyata, setelah ditelusuri, adalah hoaks.
Tirto menemukan sebuah unggahan di media sosial yang mencurigakan. Dalam sebuah video yang beredar di TikTok, beredar informasi soal pembaptisan massal anak-anak sekolah di Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara, pada 22 Februari 2019 lalu.
“Anak-Anak Sekolah Morotai Di BAPTIS 22 Februari 2019, PEMBAPTISAN MASAL, MENOLAK LUPA,” begitu tulis pesan dalam video yang diunggah akun @marimoingonefuturu3, pada 19 Oktober 2024 (arsip).
Video menampilkan dua orang dewasa, yang tampak berdiri di depan ratusan anak sekolah yang menyaksikan mereka. Terdapat juga foto perempuan yang tertempel di bagian bawah video.
“Rekam jejak Sherly tjoanda,” begitu bunyi keterangan teks penyerta video, mengindikasikan sosok foto wanita dalam video adalah Sherly Tjoanda.
Sebagai konteks, Sherly Tjoanda adalah salah satu calon Gubernur Maluku Utara. Dia menjadi Cagub Malut menggantikan suaminya, Benny Laos, yang meninggal dalam sebuah kecelakaan di Pelabuhan Bobong, Kabupaten Pulau Taliabu, Sabtu (12/10/2024).
Sampai dengan Jumat (15/11/2024), video tersebut mengumpulkan lebih dari 412 ribu penonton. Unggahan juga mengumpulkan 5.369 tanda suka dan 1.836 komentar. Unggahan juga dibagikan ulang lebih dari 900 kali.
Kami juga menemukan video dengan narasi yang sama tersebar di Facebook dari unggahan akun "Factos Factos" di grup Suara Warga Ternate (Swarta) 2024-2029 (arsip). Unggahan tersebut dipublikasikan pada Kamis (14/11/2024).
Lalu, bagaimana faktanya? Apakah benar ada aktivitas pembaptisan massal di Morotai pada tahun 2019 yang terkait dengan calon Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda?
Penelusuran Fakta
Tim riset Tirto mencoba mengumpulkan petunjuk dari video yang tersebar di media sosial tersebut. Kami menemukan video berikut, juga dari unggahan akun @marimoingonefuturu3, yang menunjukkan video serupa, namun tanpa embel-embel nama Sherly Tjoanda.
Berdasar pesan berjalan dalam video tersebut, diketahui kalau acara tersebut digelar oleh Yayasan Barokah Surya Nusantara (YBSN) pada 21 Februari 2019 di pantai Armydoc Nepebes, Morotai Selatan (situs pariwisata Morotai menyebutnya sebagai Army Dock & Navy Base). Sementara komentar tersemat di gambar juga menyebut kegiatan tersebut bertemakan Karnaval Merah Putih, yang memang salah satu penyelenggaranya adalah YBSN.
Narator dalam video tersebut kemudian menjabarkan dalam kegiatan tersebut ada instrumen dan atribut yang digunakan yang menjurus ke simbol misionaris. Ada upaya kristenisasi ke anak-anak yang mayoritas beragama Islam. Simbol yang dimaksud ada dalam wujud roti hidup yang dibagikan, juga penyiraman minyak urapan, sebagai bentuk baptis.
Berdasar petunjuk tersebut kami mencoba melakukan penelusuran dengan kata kunci "karnaval merah putih 2019 morotai". Beberapa hasil pencarian teratas adalah artikel dari situs Gelora dan Demokrasi. Kedua tulisan tersebut menyebut 500 siswa dari SMA Negeri 1, SMK Pelayaran, SMPN 1, MIS Gotalamo Aliyah, dan SD se-Kota Daruba Morotai, mengikuti kegiatan Karnaval Merah Putih pada 21 Februari 2019.
Kegiatan utama dari karnaval tersebut adalah aksi sosial dan solidaritas kebangsaan serta sosialisasi antinarkoba dan seks bebas. Kontroversi muncul ketika para siswa tersebut diarahkan ke laut dan diduga dibaptis. Kegiatan ini memunculkan dugaan upaya Kristenisasi terselubung dari YBSN.
Di dua tulisan tersebut juga terdapat tautan video dari kegiatan yang dimaksud. Di video tersebut terlihat dua orang perempuan dewasa yang berdiri di depan ratusan anak, serupa dengan video yang tersebar di media sosial. Namun di video ini, tidak ada narator yang menyertai video sehingga suara kedua perempuan dan anak-anak ini terdengar.
“Hari ini, kami anak-anak indonesia, sepakat, Indonesia, tidak ada lagi, gempa bumi, tidak ada lagi korban tsunami, tidak ada lagi bencana di Indonesia, di Morotai. Kami percaya, hari ini, kami menahan bencana, kami sepakat, kami bersatu, sebagai bangsa Indonesia. Kami berkata, Indonesia diselamatkan,” begitu kata-kata yang terucap dari dua perempuan itu yang diikuti anak-anak yang ada di kerumunan.
Kemudian kedua wanita tersebut mengarahkan anak-anak untuk bersama-sama menghadap ke laut sembari mengangkat tangan mereka dan meneriakkan kalimat tersebut kembali. Terlihat memang ada wujud biskuit yang dipegang oleh anak-anak dalam video tersebut.
Tetapi, kegiatan itu sendiri tidak menunjukkan pembaptisan, seperti yang dinarasikan. Sebab secara ritual, untuk dibaptis harus ada ritual pencurahan air di atas kepala. Hal ini tertuang di aturan gereja Katolik maupun Kristen.
Berdasar informasi di situs tersebut, untuk bisa dibaptis secara Kristen ataupun Katolik, perlu ada proses inisiasi yang biasanya memakan waktu untuk pengajaran dan pembinaan iman. Untuk baptis anak pun perlu ada pengakuan percaya dari orang tua atau wali.
Kegiatan-kegiatan tersebut tidak terlihat ada dalam video yang diunggah bersama tulisan. Kami juga menemukan video berikut yang diduga sumber dari unggahan-unggahan di media sosial. Terlihat memang ada aktivitas meneriakkan kalimat-kalimat ke laut dengan para siswa membawa simbol roti biskuit. Juga terlihat ada tulisan di roti tersebut. Tapi tidak ada aktivitas pembaptisan seperti yang disebutkan dalam narasi di TikTok.
Lebih lanjut, terkait keterlibatan Sherly Tjoanda dalam kegiatan tersebut, kami menemukan video berikut –juga dari hasil pencarian sebelumnya. Video dari akun YouTube "Redaksi i-malut" itu menjabarkan kegiatan karnaval merah putih yang kegiatan rutin setiap tahunnya.
Kegiatan Karnaval itu, merupakan hal rutin setiap tahun, yang dilaksanakan Yayasan Barokah, dengan tujuan sebagai edukasi psikologi kepada generasi muda terutama para pelajar, di ingatkan betapa pentingnya masa depan mereka, sehingga mereka bisa menjaga demi cita cita mereka.
Karnaval ini melibatkan kurang lebih 500 siswa-siswi dari pusat kota Daruba, mereka bergerak dengan berjalan kaki dan membentang bendera merah putih diatas kepala sepanjang 50 meter.
Pada kegiatan yang dilangsungkan pada Februari 2019 ini, disebut Ketua Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Pulau Morotai, Sherly Tjoanda, ikut dalam barisan siswa-siswi. Sherly, yang saat itu juga istri Bupati Morotai, disebut membuka acara.
Dalam konteks tersebut kehadiran Sherly adalah sebagai tamu, bukan sebagai penyelenggara acara. Dia juga tidak terlihat ada di video saat anak-anak dalam video berteriak ke laut, yang diduga simbol pembaptisan.
Lebih lanjut, Tirto mencoba mencari informasi terkait kasus dugaan pembaptisan massal di Morotai tersebut. Kami menemukan artikel dari situs potretmalut pada 8 Maret 2019 berikut, yang menyebut adanya penetapan tersangka atas dugaan pemalsuan dan penipuan dokumen dari kegiatan Karnaval Merah Putih di Morotai.
Namun, dalam artikel tersebut dijelaskan kalau dugaan Kristenisasi yang dilakukan YBSN masih dalam proses penyelidikan dan belum disimpulkan. Adapun pihak yang ditetapkan tersangka dalam kejadian tersebut; GL, ER, dan Gresia Dedana alias Greis terkait langsung dengan YBSN. Tidak ada nama Sherly Tjoanda terkait dengan kasus tersebut.
Kesimpulan
Hasil pemeriksaan fakta menunjukkan unggahan soal aktivitas pembaptisan massal di Morotai pada tahun 2019 yang terkait dengan calon Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).
Dugaan pembaptisan dalam kasus tersebut belum terbukti. Lebih lanjut, Sherly Tjoanda memang hadir dalam kegiatan Karnval Merah Putih pada tahun 2019 tersebut, namun dia datang sebagai Ketua PKK Pulau Morotai dan hanya memberi sambutan dan tidak terlibat dalam kegiatan yang diduga pembaptisan.
==
Rataliya Puspita Varera berkontribusi dalam penulisan artikel periksa fakta ini.
Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Decode, pembaca dapat mengirimkannya ke email factcheck@tirto.id.
Editor: Alfons Yoshio Hartanto & Farida Susanty