tirto.id - Beragam iklan obat bermunculan di media sosial seperti Facebook. Beberapa iklan menggunakan figur tokoh tertentu untuk mempromosikan produknya.
Baru-baru ini, muncul dan ramai di media sosial iklan obat nyeri sendi dan tulang yang dipromosikan oleh akun bernama "Megawati Soekarnoputri" (arsip) dan "Puan Maharani" (arsip). Dalam video yang diunggah akun "Crystal Gallery" pada awal April 2024 lalu itu, terlihat Puan dan Megawati menceritakan pengalaman sakit mereka.
Menurut video, keduanya menggunakan obat yang tidak diproduksi massal, meski nama obat itu tidak spesifik disebutkan dalam video. Di bagian bawah video juga terdapat tautan yang mengarahkan ke situs lain. Keterangan teks penyerta video berisi saran untuk mengklik tautan untuk informasi lebih lanjut.
Sampai dengan Jumat (26/4/2024), video yang menampilkan kesaksian Megawati telah disaksikan lebih dari 560 ribu kali. Unggahan juga mengumpulkan lebih dari 7.800 tanda suka (likes) dan setidaknya 1.300 komentar. Sementara video yang menunjukkan cerita Puan, mengumpulkan lebih dari 346 ribu penonton. Terdapat sekitar 4 ribu tanda suka dan 600 komentar.
Menariknya di kedua kolom komentar kedua video tersebut, terdapat beberapa komentar yang menyebut informasi dalam video ini hoaks. Sementara terdapat sebagian lain yang cenderung percaya dan menanyakan lebih lanjut terkait obat tersebut.
Lalu apakah benar Megawati dan Puan mengiklankan obat sakit nyeri dan tulang?
Penelusuran Fakta
Mula-mula, Tirto menyaksikan dua video pendek berdurasi sekitar 3 menit tersebut. Kecurigaan akan keaslian video awalnya terlihat dari tidak sinkronnya gerakan mulut dan kata-kata yang keluar dalam dua video tersebut.
Kemudian jika dicermati lebih lanjut, isi pesan yang disampaikan dalam dua video tersebut hampir sama persis; mulai dari diagnosis penyakit sampai dengan isi keluhan.
Tirto kemudian mencoba mengambil potongan gambar dari dua video tersebut, untuk kemudian melakukan penelusuran dengan metode reverse search image.
Pertama dari video Megawati. Hasil pencocokan gambar mengarahkan ke video wawancara ekslusif Megawati di YouTube. Video unggahan kanal resmi Sekretariat Presiden di YouTube tersebut berisi wawancara dengan Megawati terkait 75 tahun merdeka Indonesia pada tahun 2020 lalu.
Terlihat Megawati mengenakan pakaian bermotif bunga berwarna cerah dan pin besar di dada kirinya, serupa dengan video iklan yang tersebar di Facebook.
Dalam video tersebut, sesuai judulnya, berisi wawancara Megawati terkait dengan Dirgahayu Indonesia ke-75. Megawati bercerita soal pengalaman paling berkesan sebagai presiden, tips bagi generasi muda, pendapat soal bagaimana perempuan Indonesia bisa memajukan bangsa, dan lain sebagainya.
Dengan cara yang sama, dilakukan penelusuran untuk video yang muat testimoni Puan. Hasil pencarian mengarahkan ke video serupa dari kanal "Inter-Parliamentary Union (IPU)" di YouTube.
Dalam video tersebut, Puan, sebagai perwakilan DPR, menyampaikan peran parlemen dalam memimpin dan mengambil peran dalam krisis kesehatan COVID-19. Video tersebut juga merupakan bagian dari Konferensi Ketua Parlemen Dunia Kelima dan sebelumnya Konferensi Ketua Parlemen Perempuan ke-13. Keduanya dipaparkan secara virtual oleh Puan kala itu.
Dari dua video tersebut pun tidak ada kaitan sama sekali dengan informasi obat nyeri tulang dan sendi.
Jika mencoba masuk ke tautan yang ada di bagian bawah unggahan, justru malah diarahkan ke situs berbahasa Spanyol soal konsultasi nutrisi. Video iklan dengan menampilkan Megawati dan Puan juga tidak terlihat lagi dalam situs tersebut.
Kesimpulan
Hasil penelusuran fakta menunjukkan video yang memperlihatkan Megawati dan Puan mengiklankan obat nyeri sendi dan tulang bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).
Video yang disebarkan di Facebook adalah hasil suntingan. Video asli dari unggahan di Facebook adalah wawancara Megawati terkait kemerdekaan Indonesia ke-75. Sementara video Puan diambil dari sambutannya untuk acara Konferensi Ketua Parlemen Dunia dan Konferensi Ketua Parlemen Perempuan pada tahun 2020 lalu.
==
Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Decode, pembaca dapat mengirimkannya ke email factcheck@tirto.id.
Editor: Farida Susanty