tirto.id - Pergeseran gelombang dua jemaah haji Indonesia dari Makkah ke Madinah dimulai hari ini, Rabu, 26 Juni 2024. Sebanyak 6.950 jemaah haji dari berbagai kloter digeser ke Madinah, kemudian akan dipulangkan melalui Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA).
Seperti disampaikan Kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah, Khalilurrahman, pergeseran jemaah gelombang kedua memang dimulai hari ini. Namun, kata dia, kepulangan gelombang pertama sudah dimulai pada 21 Juni 2024, baik melalui Bandara AMAA maupun Bandara KAAIA (King Abdul Aziz International Airport).
Untuk jemaah yang digeser ke Madinah, Khalilurrahman melanjutkan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, jemaah harus mematuhi jadwal keberangkatan yang telah ditetapkan oleh panitia.
"Jangan sampai saat berangkat masih melaksanakan ibadah sunnah ataupun ibadah lainnya di Masjidil Haram," katanya.
Kedua, jemaah perlu tahu bahwa tujuan pendorongan jemaah ke Madinah adalah untuk berziarah ke Raudhah atau makam Rasulullah Muhammad SAW di Masjid Nabawi. Oleh karena itu, kata dia, ketika nanti bertabrakan dengan jadwal yang lain maka diminta mengutamakan ke Raudhah lebih dahulu.
"Kalau bertabrakan antara waktu ziarah ke Raudhah dengan ziarah ke tempat-tempat bersejarah lain seperti ke Masjid Qiblatain, kemudian ke Uhud atau ke Masjid Kuba dan tempat bersejarah lainnya, maka kami mengimbau utamakan untuk melaksanakan ziarah ke Raudhah," ujarnya.
"Karena kalau ziarah ke Raudhah, waktunya sudah ditetapkan dan kalau sudah habis waktunya, jadwal tasrehnya, maka tidak bisa diulangi kembali," katanya menambahkan.
Kemudian Khalilurrahman juga meminta jemaah memahami dan tidak kaget ketika melihat fasilitas akomodasi yang ada di Madinah. Di Mekkah, ia melanjutkan, kapasitas hotelnya besar-besar, bisa mencampur sampai puluhan ribu jamaah haji Indonesia.
"Tetapi di Madinah tidak semua hotel itu bisa menampung puluhan ribu. Bahkan banyak yang hanya bisa menampung cuma dua ribu atau tiga ribu. Sehingga potensi berpisah hotel, satu kloter berpisah hotel itu menjadi hal yang tidak bisa dihindarkan," ujarnya.
Berikutnya terkait dengan lobi hotel. Ukuran lobi hotel di Madinah tidak sebesar hotel-hotel di Makkah. Begitu pula dengan sarana-sarana lainnya, juga tidak sekomplet di Makkah. Misalnya, kalau hotel Makkah menyediakan mesin cuci, di hotel Madinah tidak. Lalu soal larangan-larangan merokok di Madinah juga lebih ketat.
"Kemudian menjemur pakaian di jendela ataupun di lorong-lorong, kemudian juga di tempat tangga darurat itu tidak diperkenankan. Nah, ini hal-hal yang perlu diketahui," tuturnya.
Selanjutnya hal-hal lain yang penting diperhatikan terkait dengan cuaca di Madinah yang lebih panas daripada Makkah. Kasus yang tiap tahun terjadi, banyak jamaah haji kakinya melepuh usai salat di Masjid Nabawi.
"Kenapa? Karena mereka menitipkan sandal di loker-loker Masjid Nabawi. Sementara jumlah loker di Masjid Nabawi jumlahnya banyak. Masuknya dari pintu A, keluarnya pintu C. Tidak ketemu," ujarnya.
Oleh karena itu, Khalilurrahman mengimbau agar jemaah memasukkan sandalnya ke kantong kresek atau tas, dan tidak menitipkannya di loker-loker. Karena ketika masuknya di pintu A, maka akan keluar melalui pintu yang lain.
"Sehingga ketika keluar gak pakai sandal, yang terjadi adalah banyak jamaah haji kakinya melepuh. Sementara cuaca di Madinah sangat panas sekali," ujarnya menambahkan.
Khalilurrahman juga mengimbau agar jemaah tidak membawa perhiasan berlebihan ketika salat di Masjid Nabawi atau saat masuk Raudhah. Sebab di area tersebut rawan kasus-kasus pencopetan. Peringatan ini terutama bagi ibu-ibu yang hendak berziarah ke sana.
"Pencopetan itu tolong diantisipasi karena wanita itu kan agak berbeda, banyak yang pakai penutup cadar-cadar kita enggak tahu siapa mereka tiba-tiba tangannya merogoh tas atau dompet jemaah haji kita," katanya menegaskan.
Penulis: Muhammad Taufiq
Editor: Irfan Teguh Pribadi