tirto.id - Indonesia National Air Carrier (Inaca), asosiasi maskapai, menyebut pelemahan nilai tukar rupiah atas dollar Amerika Serikat beberapa waktu lalu memicu penaikan biaya operasional yang berdampak harga tiket pesawat melambung.
"Jadi memang ada pemicunya soal kurs rupiah melemah. Ini membuat kenaikan variabel harga tiket mulai avtur, kurs rupiah terhadap dollar AS sampai dan suku bunga pinjaman,” kata Ketua Inaca, Ari Ashkara di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Minggu (13/1/2019).
Dampak paling besar dari pelemahan rupiah, kata dia, terkait dengan melambungnya hutang maskapai, karena menggunakan mata uang dollar AS.
Kenaikan bahan bakar pesawat, avtur, kata Ari terjadi sejak 2016 sebesar 125 persen. Padahal, pengeluaran maskapai paling besar pada avtur sebesar 40 persen. Di sisi lain sejak 2016, maskapai belum pernah menaikkan harga tiket.
“Kenaikan yang terjadi belakangan ini pun sebetulnya masih berada di dalam lingkup tarif batas atas yang ditentukan di Peraturan Menteri Perhubungan nomor 14 tahun 2016,” ungkap dia.
Selain itu, imbuh dia, biaya leasing pesawat pun memakan porsi 20 persen dari pengeluaran maskapai.
"Leasing pesawat dalam hal ini juga menggunakan US dollar, jadi kurs yang menyebabkan [kenaikan]," kata Ari.
Sejumlah faktor itu, kata Ari, membuat maskapai besar yang melayani penerbangan rute domestik, memutuskan harga tiket naik. Kondisi itu, kata dia, berkebalikan dengan maskapai yang melayani rute penerbangan internasional.
“Hanya ada 8 maskapai besar yang melayani penerbangan domestik, sementara di sisi lain ada banyak maskapai yang melayani penerbangan internasional. Jelas beda dari sisi perhitungan tarif,” imbuh dia.
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Zakki Amali