tirto.id - Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) mengumumkan rencana kenaikan harga tahu-tempe antara 10-20 persen. Kenaikan ini merupakan usulan dari anggota pengrajin tempe dan tahu di seluruh Indonesia.
Gakoptindo selaku organisasi yang menaunginya menyatakan setuju mengenai usulan para anggota yang tersebar di seluruh Indonesia.
“Sejalan dengan hal itu, kami mohon kepada seluruh masyarakat Indonesia pecinta makanan tempe dan tahu agar dapat memakluminya. Kami memohon maaf atas hal itu,” ucap Ketua Gakoptindo Aip Syarifudin dalam keterangan tertulis, Jumat (4/12/2020).
Salah satu contoh kenaikannya bisa dilihat dari usulan pengrajin tempe asal Ciledug, Tangerang. Harga tahu goreng isi naik dari Rp30.000/papan menjadi Rp34.000/papan, tahu goreng pong dari Rp31.000/papan menjadi Rp35.000/papan. Lalu harga tempe dari Rp4.000/papan menjadi Rp5.000/ papan.
Aip mengatakan kenaikan ini diperlukan pengrajin karena dampak pandemi COVID-19. Ia bilang kehidupan pengrajin semakin susah lantaran biaya operasional yang semakin tak ramah akibat pandemi.
Salah satunya terasa dari kenaikan harga kedelai impor yang terus terjadi. Hal ini sedikit banyak memengaruhi biaya bahan baku utama tahu-tempe.
Melansir Indexmundi, harga kedelai internasional terus naik dalam 6 bulan terakhir. Pada Mei 2020 harganya hanya berkisar 359,17 per ton lalu per Oktober 2020 sudah menjadi 454,25 per ton.
Harga kedelai impor memang sangat berdampak pada produsen dalam negeri lantaran impor kedelai bertanggung jawab atas 75 persen dari total kebutuhan kedelai Indonesia. Sebagai perbandingan pada 2018 impor kedelai menyentuh 2,58 juta ton tetapi produksi hanya 953.571 ton.
Selain itu, kenaikan biaya operasional juga disumbang oleh kenaikan harga minyak goreng. Dalam surat tertanggal 20 November 2020, pengrajin tempe asal Tangerang menyatakan harga minyak goreng sudah menyentuh Rp13.000 per liter.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Abdul Aziz